Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Wasiat Terakhir Alexander Agung

4 Maret 2021   09:03 Diperbarui: 4 Maret 2021   09:06 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Alexander Agung mengendarai kudanya, Bucephalus di kota Pella (flickr.com)

Alexander Agung, Penakluk Dunia Jaman Kuno

Alexander Agung (365 SM-323 SM), penakluk dunia dari jaman kuno, dipuji sebagai salah seorang pemimpin militer paling brilian. Dia menaklukkan sebagian besar dunia saat itu ketika usianya baru menginjak 32 tahun. Meskipun menjadi raja Makedonia kuno kurang dari 13 tahun, dia mampu mengubah arah sejarah. Dia adalah raja besar yang membentangkan kerajaannya dari India, melalui Mesir hingga perbatasan utara Yunani.

Pada usia 20 tahun, Alexander Agung menggantikan ayahnya, Philip II sebagai raja Makedonia. Di masa mudanya, Philip II sudah mempersiapkan putranya itu dengan teliti untuk menggantikan dirinya.

Alexander Agung dibekali keterampilan dan pengalaman militer yang mumpuni. Tak hanya itu, Philip II juga tidak mengabaikan pendidikan akademiknya. Dipilihnya guru terbaik, ilmuwan dan filsuf terbesar dunia kuno, Aristoteles, untuk membimbing Alexander Agung.

Alexander Agung jelas bukan pemimpin kacangan dan orang biasa. Sepanjang sejarah penaklukannya, dia tidak pernah kalah dalam satu pertempuran pun sepanjang hidupnya. Kemampuannya untuk merencanakan dan menyusun strategi dalam skala besar membantunya memenangkan banyak pertempuran bahkan ketika pasukannya kalah jumlah. Dia memotivasi pasukannya untuk menjadi bagian dari penaklukan terbesar dalam sejarah. Dia menawan, menginspirasi, dan berani.

Dua tahun setelah menduduki tahta Makedonia, Alexander Agung melancarkan invasi pertamanya. Tujuannya tidak tanggung-tanggung, Imperium Persia yang wilayah kekuasaannya membentang luas dari Mediterania sampai India.

Alexander Agung hanya membawa 35 ribu prajurit ketika berangkat menuju perang yang gagah berani ini. Jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan tentara Persia.

Meski kalah jumlah, pasukan yang dibawa Alexander Agung lebih terlatih dan terorganisasi, hasil didikan Philip II. Di tambah faktor kejeniusan Alexander Agung sendiri sebagai pemimpin dalam mengambil strategi peperangan, pasukan yang dipimpinnya mampu menaklukkan Imperium Persia.

Satu per satu wilayah Persia jatuh ke tangannya. Dari Asia Kecil, mengarah Suriah lalu ke Tyre (sekarang Lebanon), Alexander Agung terus mendekat ke ibukota Persia. Gaza jatuh setelah dikepung selama 2 bulan. Mesir menyerah tanpa perlawanan.

Pada 330 SM, Alexander Agung menyerbu Babilon, menuju dua ibukota Persia: Susa dan Persepolis. Saat itu, Persia justru dilanda pemberontakan. Raja Darius III dibunuh oleh para perwiranya sendiri demi mencegahnya menyerah kepada Alexander. Namun, Alexander mengalahkan dan membunuh penerus Darius III.

Usai menaklukkan Imperium Persia, Alexander Agung masih belum berpuas diri. Ditatapnya pegunungan Hindu Kush, lalu dipimpinnya pasukan menyerbu India. Setelah menaklukkan beberapa daerah di India Barat, pasukannya mulai kelelahan dan menolak untuk terus berjalan menerobos ke timur India.

Setelah menaklukkan ratusan kerajaan, Alexander kembali ke Babilon, Persia. Pada 323 SM dalam perjalanan pulang, dia jatuh sakit parah.

***

Tiga Wasiat Terakhir Alexander Agung

Saat berbaring di ranjang kematiannya di Babilon, dia menyadari bahwa tidak ada yang berharga bahkan setelah menjalani kehidupan yang sukses menaklukkan sebagian besar dunia yang dikenal.

Hari-hari terakhir Alexander di ranjang kematiannya menawarkan pelajaran moral bagi kita semua. Dia ingin pulang dan bertemu ibunya sebelum jiwanya pergi dari dunia ini. Tapi, dia tahu dia tidak akan bertahan selama itu.

Alexander kemudian memanggil para jenderal kepercayaannya. Setelah melihat para jenderalnya berkumpul, dari tepi ranjang Alexander Agung kemudian memberikan tiga wasiat terakhirnya:

"Aku akan segera pergi dari dunia ini. Sebelum pergi, aku punya tiga permintaan yang aku ingin kalian kerjakan tanpa gagal, " ucap Alexander Agung.

Pertama, jika aku mati, dokter yang sudah merawatku selama aku sakit  harus membawa tubuhku sendiri.

Kedua, aku ingin jalan menuju kuburanku bertabur emas, perak, dan batu mulia yang ada di dalam perbendaharaanku sementara tubuhku dibawa untuk dikuburkan.

Permintaan ketiga dan terakhir dariku adalah: biarkan kedua tanganku terus menjuntai dari peti mati selama perjalanan menuju pemakamanku.

Mendengar tiga wasiat itu, para jenderal Alexander saling bertatap muka dan bertanya-tanya satu sama lain. Mereka merasa aneh, sekaligus tidak mengerti bagaimana cara mengerjakan permintaan raja mereka.

Akhirnya, salah seorang jenderal yang dikenal paling setia dan paling dekat dengan Alexander Agung memberanikan diri bertanya,

"Yang Mulia! kami berjanji kepada Anda bahwa semua keinginan Anda akan terpenuhi. Tapi maukah Anda memberi tahu kami mengapa Anda memiliki keinginan yang begitu aneh? "

Sambil menahan sakit dan nafas yang terputus-putus, Alexander Agung kemudian menjelaskan mengapa dia memiliki tiga keinginan terakhir yang aneh itu:

"Aku ingin semua orang mempelajari tiga pelajaran yang telah kupelajari dalam hidupku.

Tentang permintaan pertama, aku ingin dokter menggendong tubuhku sendiri agar orang-orang tahu bahwa tak ada dokter yang dapat menyembuhkan penyakit, terutama ketika orang yang mereka obati akan menghadapi kematian. Tak ada dokter yang dapat menyelamatkan orang dari cengkeraman kematian.  

Tentang permintaan kedua, aku ingin jalan menuju kuburanku bertabur emas, perak, dan batu mulia sementara tubuhku dibawa untuk dikuburkan, itu karena aku ingin orang-orang tahu bahwa tidak ada sedikit pun harta, baik itu emas perak atau berlian yang bisa kubawa ke liang lahat. Aku sudah menghabiskan seluruh hidupku mengejar kekuasaan dan kekayaan. Tapi lihatlah sekarang, tidak ada yang bisa kubawa. Apa pun yang diperoleh di bumi, akan tetap di bumi.

Terakhir, aku ingin kedua tanganku terus menjuntai keluar dari peti mati karena aku ingin orang-orang tahu bahwa kita semua datang dengan tangan kosong di dunia ini dan kita akan pergi dengan tangan kosong."

***

Catatan: 

Bagian Tiga Wasiat Terakhir Alexander Agung adalah mitos karena tidak ada catatan sejarah apa pun yang mengisahkan permintaan terakhir itu. Dalam buku The Anabasis of Alexander yang disusun Lucius Flavius Arianus (Arianos dari Nikomedia) hanya ada catatan bahwa Alexander Agung tidak dapat berbicara selama berjam-jam menjelang ajal menjemputnya.

Meski hanya mitos, selayaknya kita dapat mengambil pelajaran darinya, bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya. Kita semua datang dengan tangan kosong di dunia ini, dan kita akan pergi dengan tangan kosong pula.

Sehebat-hebatnya Alexander Agung yang sudah menaklukkan ratusan kerajaan, dia tidak berdaya menghadapi kematian. Sekaya-kayanya kerajaan Alexander Agung, pada akhirnya runtuh dan hilang dari peradaban.

Tidak ada yang abadi di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun