Saat memimpin tim penjualan, saya selalu menekankan pentingnya strategi ala penjual keliling ini. Tawarkan terus, informasikan produk kita pada calon pembeli, sekalipun mereka menolaknya berkali-kali.Â
Ada pengalaman menarik yang pernah saya alami saat saya masih baru berjualan. Suatu ketika, seorang calon klien dengan nada sedikit jengkel dan marah mengatakan pada saya, "Sudah saya bilang, saya tidak tertarik dengan penawaranmu. Jangan pernah memberi brosur atau menelpon saya lagi!"
Kebanyakan anak buah saya yang rata-rata baru menjadi tenaga penjualan mungkin sudah menyerah dengan penolakan seperti ini. Tapi saya tidak.Â
Saya tetap memberi penawaran dan menginformasikan produk yang saya jual, namun tidak secara langsung kepada klien yang bersangkutan. Bisa melalui sekretarisnya, atau sekedar menaruh brosur di meja resepsionisnya.
Beberapa bulan kemudian, sekretaris calon klien tersebut menelpon dan meminta waktu untuk bertemu.Â
Ketika tiba di kantor, saya dipersilahkan masuk ke ruangan dan bertemu langsung dengan calon klien yang pernah marah-marah menolak penawaran saya.
Tahu apa yang dikatakannya?
"Saya sebenarnya sudah banyak menerima penawaran serupa, baik dari sesama sales dari perusahaanmu maupun dari sales perusahaan lain. Tapi, karena kamu yang pertama kali menawari saya dan terus menginformasikan produkmu, jadinya namamu yang saya ingat pertama kali saat saya butuh produkmu ini."
Begitulah, kita tidak akan pernah tahu esok hari. Kita tidak akan bisa menduga perubahan hati seseorang. Karena, siapa yang bisa menggerakkan hati kita untuk membeli? Siapa yang bisa merubah pendirian kita, dari yang semula menolak menjadi meminta/berkeinginan?
Tiada lain cuma Dia Yang Maha Membolak-balikkan hati.