Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Belajar dari Kisah Sukses Canva

5 Januari 2020   14:28 Diperbarui: 6 Januari 2020   10:48 2539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kisah sukses Canva (gambar diolah dari Canva)

Canva menyediakan perangkat lunak desain grafis sebagai layanan. Ini platform kolaborasi online yang didedikasikan untuk orang-orang yang bukan desainer grafis dan tidak memiliki dana untuk mempekerjakan atau belajar di sekolah desain grafis.

Bagi non-profesional seperti saya, perangkat lunak yang bagus itu:

  • Sederhana dan mudah untuk menemukan dan menggunakan fitur-fitur dasar yang kita cari di aplikasi.
  • Serbaguna dan menawarkan beberapa fitur canggih yang umum digunakan untuk mereka yang menginginkannya.

Alat-alat Canva sederhana dan sangat mudah digunakan. Antarmuka-nya ramah pengguna dan intuitif. Canva menyediakan beragam templat/tema, font, warna, dan foto gratis yang bisa dipilih dan digunakan penggunanya.

Canva membuat setiap orang bisa mendesain sendiri berbagai model kebutuhan gambar untuk alat pemasaran. Dari sampul Facebook hingga postingan Instagram, brosur, infografis, logo, undangan pernikahan, dll.  Kita dapat mendesain apa saja dan hasil akhirnya terlihat luar biasa.

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, Canva membuat para penggunanya merasa diberdayakan untuk bisa merancang dan membiarkan imajinasinya diterjemahkan ke dalam gambar dan gambar visual yang indah.

Melanie Perkins, Sosok di balik Kisah Sukses Canva

Kisah sukses Canva dimulai dari sosok Melanie Perkins. Pada 2012 saat mengajar di University of Western Australia, Melanie Perkins melihat secara langsung betapa sulitnya menavigasi perangkat lunak desain grafis.

Melanie Perkins, CEO Canva (sumber foto: twitter@canva)
Melanie Perkins, CEO Canva (sumber foto: twitter@canva)

Melanie Perkins tahu banyak orang membutuhkan gambar yang bagus, tapi mereka tidak bisa mendapatkan karena alat desainnya sulit untuk digunakan.

Dari permasalahan yang ia temukan, Melanie Perkins kemudian mencari jawaban, apa yang dibutuhkan orang-orang yang tidak bisa menyewa desainer grafis profesional, tidak bisa sekolah desain, dan jelas bukan fotografer profesional pula? Jawabannya adalah alat desain yang keren dan mudah digunakan.

Perkins mengatakan, "Diperlukan waktu satu semester untuk mempelajari dasar-dasarnya. Bahkan tugas yang paling sederhana, seperti mengekspor file PDF berkualitas tinggi, dapat mengambil 22 klik."

Saat itulah Perkins menyadari adanya peluang bisnis baru. Dengan semakin populernya konten berupa gambar di berbagai platform media sosial, Perkins sadar bahwa pasar membutuhkan alat desain yang lebih sederhana.

Berawal Dari Proyek Buku Tahunan Sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun