Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buatlah Artikelmu Mudah Dibaca dengan Memperbaiki Tingkat Keterbacaannya

13 Maret 2019   00:04 Diperbarui: 26 April 2021   11:05 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memperbaiki artikel untuk meningkatkan keterbacaan (sumber foto ilustrasi : unsplash.com/@johnschno)

"A mathematical theory is not to be considered complete until you have made it so clear that you can explain it to the first man whom you meet on the street." - David Hilbert

Sebuah esai yang bagus itu harus menarik dan mudah dibaca. Menarik untuk dibaca tidak sama dengan mudah dibaca. Esai yang menarik untuk dibaca tergantung pada kualitas isi atau gaya penulisan. Sedangkan esai yang mudah dibaca itu ditentukan oleh tingkat Keterbacaan/Readibility.

Apa itu Keterbacaan/Readibility?

Perhatikan contoh berikut:

"Ani membeli sedikit mentega. Tapi mentega yang dibeli Ani ternyata pahit. Jadi, Ani kembali lagi membeli mentega yang lebih baik daripada mentega yang Ani beli sebelumnya. "

Sekarang, pertimbangkan contoh berikut ini:

"Ani membeli sedikit mentega.

Tapi mentega yang dibeli Ani ternyata pahit.

Jadi, Ani kembali lagi membeli mentega yang lebih baik daripada mentega yang Ani beli sebelumnya."

Yang mana yang kamu sukai? Yang kedua lebih menarik secara visual dan mudah ditangkap mata kita, bukan? Ini karena format penulisan kedua lebih jelas dan lebih mudah dibaca.

Sekarang perhatikan gambar tangkapan layar berikut ini. Sebut saja tangkapan layar yang pertama (atas) namanya Sarah. Dan tangkapan layar yang kedua (bawah) namanya Laura.

Tangkapan layar 1

sumber tangkapan layar: dokumentasi Himam Miladi
sumber tangkapan layar: dokumentasi Himam Miladi
Tangkapan layar 2

sumber tangkapan layar: dokumentasi Himam Miladi
sumber tangkapan layar: dokumentasi Himam Miladi
Misalnya kita sedang berbicara dengan Sarah, yang memiliki kosakata yang mengesankan. Hanya saja, saat kita berbicara dengannya, kata-kata yang diucapkan Sarah seolah hanya melintas di kepala. Sedangkan arti/pesan yang hendak disampaikan Sarah malah tidak kita pahami. Di sisi lain, bayangkan kita berbicara dengan Laura, yang berbicara dalam bahasa yang lebih sederhana. Apa yang diucapkan Laura bisa kita mengerti dengan lebih baik.

Dengan Sarah, kita bisa jadi sering berpikir bahwa bahasa kita ternyata tidak sesuai dengan standar bahasa yang digunakan Sarah. Jadinya, alih-alih terlibat aktif dengan berbalas kata, kemungkinan kita hanya akan menutup mulut dan tersenyum saja sampai pembicaraannya selesai.

Berbeda bila kita berbicara dengan Laura, yang bahasanya mudah dicerna. Kita bisa proaktif menimpali pembicaraan tersebut. Berbicara dengan Laura yang memakai bahasa sederhana dan mudah dipahami membuat kita merasa setara dan tidak rendah diri.

Dua ilustrasi diatas membawa kita pada arti dari Keterbacaan:

Keterbacaan konten adalah penanda yang membantu kita untuk menentukan apakah konten/artikel yang kita buat mudah dibaca atau tidak.

Gagasan tentang Keterbacaan muncul pada 1920-an di Amerika Serikat. Ketika itu jumlah anak yang bersekolah di sekolah menengah di sana meningkat. Para pendidik mulai membicarakan apa yang seharusnya diajarkan pada anak-anak sekolah ini.

Sebuah saran diajukan oleh Thorndike dalam bukunya "The Word Teachers' Word Book" (1921). Buku itu mencantumkan 10.000 kata, masing-masing memberikan nilai berdasarkan perhitungan luas dan frekuensi penggunaannya. Idenya adalah buku ini dapat memberi tahu para guru tentang kata-kata mana yang harus mereka tekankan dalam pengajaran mereka sehingga kata-kata yang paling umum digunakan dapat ditanamkan dalam kosa kata siswa mereka.

Buku Thorndike dan variasi selanjutnya adalah katalis untuk penelitian Keterbacaan, yaitu apa yang membuat teks dapat dibaca dan bagaimana hal ini berbeda berdasarkan tingkat pendidikan. Pada akhir 40-an, ukuran keterbacaan telah muncul menghasilkan skor berdasarkan penghitungan suku kata dan panjang kalimat. 

Mengapa keterbacaan itu penting dan harus diterapkan dalam setiap konten (artikel)?

"Konten yang disukai orang dan konten yang dapat dibaca orang hampir merupakan hal yang sama". -- Neil Patel.

Dari ilustrasi di atas, kita tahu bahwa mengobrol dengan Laura jauh lebih menyenangkan daripada berbicara dengan Sarah dengan kosa katanya yang penuh warna. Begitu pula dengan konten yang kita buat. Pembaca akan menyenangi konten tersebut bila mereka lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan.

Membaca secara digital lebih sulit daripada membaca pada buku cetak. Dalam dunia digital, jumlah kontennya meningkat secara eksponensial setiap detiknya. Hal ini membuat rentang perhatian pembaca juga semakin menurun.

Temuan survei tahun 2016 terhadap 550 eksekutif bisnis menyimpulkan hal yang sama. Sebanyak 81% dari responden setuju bahwa konten yang ditulis dengan buruk menghabiskan banyak waktu mereka.

Untuk itu, kita harus memastikan konten digital (baca: artikel) yang kita buat bisa tetap menarik dan mempertahankan bola mata pembaca tetap terpaku pada layar teks. Kita harus memastikan tulisan kita bukan sekedar kumpulan kata-kata yang dilemparkan tanpa sajak atau alasan.

4 Manfaat Keterbacaan konten

Selain mengoptimalkan penggunaan kata-kata sebagai alat komunikasi yang efektif, ada 4 manfaat lain dari keterbacaan suatu konten:

a.  Konten yang mudah dipindai dan jelas dapat menarik banyak pembaca

Ada dua statistik penting yang berkaitan dengan manfaat keterbacaan ini:

  • Pembaca hanya membaca rata-rata 20% dari teks pada halaman website.
  • 55% orang membaca postingan blog (artikel) selama 15 detik atau kurang.

Dengan meningkatkan keterbacaan konten, kita bisa menarik perhatian untuk mendorong orang membaca lebih banyak konten yang kita sajikan. Keterbacaan konten yang baik juga bisa meninggalkan kesan positif dalam pikiran pembaca dalam waktu 15 detik yang mereka berikan untuk membaca artikel kita.

b.  Keterbacaan bagus untuk SEO website

Bagi yang terbiasa menulis di blog dengan platform Wordpress, semestinya sudah akrab dengan Keterbacaan/Readibility. Penilaian Keterbacaan dari artikel yang kita tulis tersebut disandingkan dengan penilaian SEO. Yang paling umum terdapat dalam plugin Yoast SEO. Mengapa Keterbacaan bersanding dengan SEO?

Misalkan pengguna mengunjungi situs kita tetapi mereka pergi hampir seketika karena mereka menemukan tidak ada yang menarik disana. Hal ini mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan pengguna di website kita. Inilah yang dinamakan Bounce Rate/Tingkat Pantulan.

Algoritma mesin pencari dengan cepat mengidentifikasi hal ini. Bounce Rate tinggi berarti lebih banyak pengguna yang hanya mengklik tautan, dan pergi lagi seketika (memantul). Ini memberi penilaian negatif bagi website dan secara negatif pula mempengaruhi peringkat mesin pencari untuk website tersebut.

Memang, ada beberapa faktor yang bisa menahan pengguna untuk tetap berada lebih lama di website kita. Desain, bentuk dan ukuran huruf, serta beberapa faktor lain seperti konten gambar atau video. Namun, Keterbacaan masih menjadi faktor penentu dari tingkat bouncing atau seberapa lama waktu yang dihabiskan pengguna saat berada di website.

Dengan kata sederhana, website yang (artikelnya) mudah dibaca cenderung berperingkat tinggi di mesin pencari. Pengguna kembali ke situs karena mereka menemukan konten kita mudah dimengerti dan situs tersebut terasa lebih mudah diakses.

c. Peningkatan lalu lintas kunjungan

Ketika konten lebih mudah dibaca, itu artinya konten tersebut memberi manfaat bagi audiens. Dengan demikian, mereka akan kembali lagi, lagi dan lagi. Tentu saja hal ini akan meningkatkan lalu lintas kunjungan ke website.

Sebaliknya, jargon atau frasa yang rumit bisa membingungkan pembaca. Dan karena itu mereka bisa dengan cepat meninggalkan halaman situs, tidak pernah kembali lagi.

d. Konversi yang lebih baik

Yang dimaksud konversi disini adalah dalam bentuk keterlibatan pengguna (komentar, suka atau berlangganan email). Dengan menulis artikel yang mudah dibaca, pada dasarnya itu sama dengan kita sedang berusaha mengembangkan hubungan dengan audiens.

Akibatnya, konversi akan meningkat. Dan ini semua hanya bisa terjadi bila kita bisa mendapatkan perhatian pengunjung, dengan cara menyajikan konten yang jelas, bebas komplikasi, dan mudah dibaca.

Skor Keterbacaan

Karena Keterbacaan ini dimulai dari hasil penelitian ilmiah, maka ada rumus/formula dan parameter yang jelas dalam menilai sebuah tulisan itu mudah dibaca atau tidak. Namanya Skor Keterbacaan. Salah satu yang populer di antaranya adalah Skor Kemudahan Membaca Flesch (Flesch Reading Ease Score).

Sesuai formulanya, tes ini memberi kita skor berdasarkan suku kata per kata, kalimat per paragraf, dan total kata dalam teks dengan skala 0-100. Menurut skala ini, semakin tinggi skor, semakin mudah konten itu dibaca.

Skor yang lebih rendah pada skala ini berarti teks/tulisan kita tidak mudah dicerna oleh pembaca. Jika sebuah artikel memiliki skor Fleshc Reading Ease 70-80, ini setara dengan bacaan untuk siswa kelas 7, atau anak remaja berusia 12 tahun. Ini berarti bahwa isinya cukup mudah dibaca.

Seperti yang saya sebutkan terlebih dahulu di atas, pada platform blog Wordpress ada plugin Yoast SEO yang sudah dilengkapi dengan fitur penghitung skor Flesch Reading Ease, atau fitur Readibility. Tetapi, skalanya tidak ditunjukkan dalam angka, melainkan indikator apakah Keterbacaannya itu sudah Bagus (Good), Ok, atau Buruk.

sumber tangkapan layar: dokumentasi Himam Miladi
sumber tangkapan layar: dokumentasi Himam Miladi


11 Cara meningkatkan keterbacaan konten/artikel

Dengan memperhatikan faktor penilaian dari Flesch Reading Ease dan fitur Readibility dari Wordpress, kita bisa mendapatkan beberapa petunjuk dan cara untuk memperbaiki dan meningkatkan Keterbacaan konten, diantaranya:

1. Gunakan kata-kata sederhana

Kata-kata yang kompleks bisa memperumit masalah. Cobalah untuk menggunakan kosakata sederhana untuk menarik perhatian pembaca. Seperti yang dimaksudkan kutipan diatas, penulis yang cerdas pilihan kata dan bahasanya sederhana.

2. Memperpendek panjang kalimat

Sesuai saran dari Readibility Score di Wordpress, kalimat yang kita tulis idealnya tidak boleh lebih dari 20 kata dalam satu kalimat. Sementara secara total, jumlah kalimat yang panjangnya lebih dari 20 kata tidak boleh melebihi 25% dari seluruh kalimat dalam satu tulisan.

Biasanya, teks yang terdiri dari banyak kalimat panjang sulit dibaca. Karena kalimat panjang lebih sulit untuk diproses otak.

Banyak orang kehilangan jejak makna kalimat ketika itu sangat panjang. Jika kalimat panjang diikuti oleh kalimat panjang lainnya, pembaca mungkin akan gagal memahami arti dari sebuah teks sepenuhnya.

3. Tulislah dalam paragraf pendek

Disarankan oleh Yoast SEO, pertahankan panjang paragraf di bawah 150 kata untuk memastikan pemahaman maksimal saat membaca. Paragraf panjang cenderung sulit dibaca dan dapat membuat teks tampak kurang menarik. Pengguna bisa langsung meninggalkan halaman website kita jika ia melihat format seperti itu. Ubahlah paragraf dalam tulisan kita setelah setiap 2-4 baris.

Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika menulis paragraf. Pertama, kita harus melihat paragraf sebagai unit tematik. Segala sesuatu yang ingin kita katakan di dalam paragraf itu harus dimuat dalam paragraf itu.

Kedua, paragraf yang baik dimulai dengan kalimat inti dan menghabiskan sisa paragraf berikutnya untuk menguraikannya. Dengan cara ini, pembaca dapat membaca kalimat pertama paragraf dan masih memahami apa yang ingin dikatakan oleh artikel tersebut.

4. Menulis dengan kalimat aktif

Kalimat aktif lebih jelas untuk dipahami daripada kalimat pasif. Oleh karena itu, batasi penggunaan kalimat pasif hingga 5% atau kurang dalam total tulisan. Contohnya adalah, "Dia menulis artikel" (kalimat aktif), alih-alih menggunakan "Artikel ditulis olehnya" (kalimat pasif).

5. Gunakan lebih sedikit suku kata

Salah satu faktor yang digunakan dalam formula Flesch adalah total suku kata. Usahakan memilih kata yang terdiri dari satu dan dua suku kata saja jika memungkinkan. Bila terpaksa, kata-kata panjang (dengan tiga atau lebih suku kata) bisa kita pakai hanya jika kata-kata tersebut banyak digunakan dan dipahami.

6. Gunakan gaya dan bahasa dari audiens

Kosakata yang kita pilih dan kata-kata yang kita gunakan berbeda sesuai audiens yang kita inginkan. Misalnya, jika kita menulis untuk pensiunan manula tentang pentingnya kesehatan dan olahraga, kita tidak akan menulis seperti ini:

"Ya pastinya, kamu harus menjaga diri sendiri dengan mempertahankan pola hidup yang sehat dan aktif."

Itu adalah bahasa yang lebih cocok untuk kaum milenial. Untuk audiensi orang lanjut usia, kita harus tetap sederhana dan mudah:

"Berolahraga adalah bagian penting dari menjaga kesehatan Anda."

7. Tambahkan subheading (subjudul) dalam artikel.

Pembaca suka memindai konten, untuk mencari tahu apa tema dari tulisan dan untuk memutuskan bagian tulisan mana yang akan mereka baca. Subheading/subjudul membantu mereka melakukan hal tersebut. Memindai tulisan menjadi jauh lebih sulit bagi pembaca apabila tulisan kita tidak mengandung subjudul apa pun, atau subjudul tersebut diikuti oleh hamparan teks yang panjang.

Jika pengunjung tidak dapat dengan cepat menemukan apa yang mereka cari, mereka mungkin akan meninggalkan website kita dan mencari jawaban lain untuk permintaan mereka. Inilah mengapa struktur teks (penggunaan tajuk dan subjudul) juga berdampak pada SEO. Algoritma mesin pencari akan menangkap orang-orang yang memantul (bouncing) dari situs kita karena mereka berpikir: tampaknya, halaman situs ini tidak memberikan jawaban dari apa yang dicari pengunjung!

8. Tambahkan visual ke konten Anda

Tambahkan suplemen bacaan seperti grafik, gambar, infografis, tangkapan layar, dan sebagainya. Hal ini bisa meningkatkan kemampuan membaca seseorang karena otak manusia memproses visual 60.000 kali lebih cepat daripada teks.

9. Gunakan kata-kata transisi

Sertakan kata transisi dalam tulisan kita. Misalnya, 'lebih-lebih', 'akibatnya', 'karena itu',' sebagai tambahan', 'dan seterusnya. Ini membantu menghubungkan kalimat dan memberikan arahan kepada pembaca.

10. Gunakan poin berbutir

Tulisan kita akan jauh lebih dapat dipindai jika dijelaskan dalam poin-poin penting. Perhatikan contoh berikut:

Versi teks:

2 sendok teh bawang putih, 2 sendok teh lada hitam, 1 siung bawang merah cincang, 1 sendok teh garam, 2 butir telur, dan 2 sendok makan minyak goreng.

Versi poin berbutir:

  • 2 sdt. Bawang putih
  • 2 sdt. lada hitam
  • 1 sg bawang (dicincang)
  • 1 sdt garam
  • 2 btr telur
  • 2 sdm. minyak goreng

Yang manakah yang lebih nyaman dilihat dan dibaca?

11. Desain tulisan yang bagus

Terakhir, buatlah konten kita lebih mudah dibaca dengan memperindah desain tampilannya. Untuk tujuan ini, pilihlah font yang mudah dimengerti. Gunakan ukuran font yang mudah dibaca (sekitar 14-16 px). Bila perlu, tambahkan warna tulisan dan kontraskan warna font dengan warna latar belakang.

***

Kesimpulannya, Keterbacaan konten adalah penting tidak saja untuk menarik perhatian pembaca. Lebih dari itu, faktor Keterbacaan pada sebuah teks tulisan bisa mempermudah komunikasi antara penulis dan pembaca, serta bisa memberi pemahaman pada pembaca mengenai pesan yang ingin disampaikan dari tulisan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun