Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Akli Fairuz dan Choirul Huda, "Korban" dari Minimnya Standar Keselamatan Sepakbola Indonesia

16 Oktober 2017   08:09 Diperbarui: 16 Oktober 2017   09:02 3189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepakbola Indonesia kembali berduka. Belum genap satu minggu peristiwa bentrok suporter PSMS Medan dan Persita Tangerang yang mengakibatkan puluhan suporter terluka serta satu orang meninggal dunia, sepakbola Indonesia kembali "memakan korban". Penjaga gawang senior dari klub Persela Lamongan, Choirul Huda meninggal dunia di rumah sakit usai bertabrakan dengan pemain lain saat menjalani pertandingan melawan Semen Padang FC. Hasil diagnosa dari dokter rumah sakit menyatakan Choirul Huda meninggal akibat hipoxia atau kekurangan oksigen.

Meninggalnya Choirul Huda mengingatkan publik sepakbola Indonesia pada kasus meninggalnya Akli Fairuz. Pemain Persiraja Banda Aceh tersebut meninggal dunia usai mengalami insiden bertabrakan dengan pemain PSAP Sigli Agus Rochman, Juni 2014 silam. Kedua insiden ini juga menyadarkan pada kita, bahwa ada yang salah dan mengkhawatirkan dalam sistem pertandingan sepakbola di Indonesia. Utamanya adalah tentang Standar Keselamatan dalam pertandingan sepakbola. 

Sebagai bagian dari Law of The Game, Federasi sepakbola Internasional FIFA membuat standar medis yang harus disediakan dalam setiap pertandingan sepakbola. Tujuan utamanya tentu saja untuk melindungi keselamatan para pemain, dan mengantisipasi serta meminimalisir kemungkinan cedera berat yang bisa terjadi. Aturan pertama dari standar medis FIFA adalah setiap klub wajib mempunyai seorang dokter dan seorang fisioterapis yang harus selalu diikutsertakan dalam setiap pertandingan. Dokter klub juga harus mempunyai lisensi penanganan medis sepakbola dari FIFA atau dari federasi bersangkutan. Selain tenaga medis, FIFA juga mewajibkan adanya peralatan medis yang disebut FIFA Medical Emergency Bag (FMEB). Beberapa peralatan yang harus tersedia di dalam tas ini di antaranya adalah alat infus, ventilation bag, blood pressure monitor, dan beberapa alat-alat kesehatan lainnya.

Yang jadi permasalahan adalah, sudah berapa persen standar keselamatan sepakbola FIFA ini diterapkan oleh klub-klub sepakbola Indonesia? PSSI sendiri juga terkesan abai terhadap standar keselamatan ini. Hal ini terlihat dari ketidakseriusan PSSI dalam hal mendisiplinkan klub dengan tidak adanya regulasi khusus tentang hal ini dalam tahap verifikasi klub. PSSI lebih mementingkan faktor finansial daripada faktor keselamatan pemain sepakbola.  Klub sendiri juga lebih mementingkan gengsi dan perolehan poin pertandingan daripada menjamin keselamatan dan kesehatan pemainnya.

Permasalahan kedua adalah seberapa tegas PSSI dalam hal mendisiplinkan dan membuat efek jera bagi pemain sepakbola yang bertindak kasar melebihi batas? Yang sering terjadi adalah sikap kompromi dan toleransi dari PSSI serta operator Liga terhadap klub maupun pemain yang kedapatan bertindak kasar dalam pertandingan sepakbola. Padahal, hukuman tegas diperlukan sebagai efek jera bagi pemain agar tidak mengulangi tindakan-tindakan yang membahayakan pemain lawan. 

Meninggalnya Choirul Huda bisa dijadikan PSSI sebagai pembelajaran dan titik balik untuk lebih serius dan memberikan perhatian penuh akan standar keselamatan dalam pertandingan sepakbola. Memang, perkara kecelakaan dan kematian adalah hal yang tidak bisa dikontrol oleh manusia. Tapi, sudah menjadi tugas manusia pula untuk bisa senantiasa menjaga keselamatan diri pribadi maupun orang lain. Urusan keselamatan, apalagi menyangkut nyawa manusia jauh lebih penting daripada sekedar keramaian pertandingan sepakbola itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun