Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

60 Sahabat Nabi : Abu Dzar Al Ghifari (Bagian 2)

20 Mei 2013   22:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:17 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahaya terhadap perbedaan-perbedaan yang timbul itu mencapai puncaknya, ketika ia mengadakan dialog dengan Mu’awiyah di hadapan umum, di mana yang hadir menyampai­kan kepada yang tidak hadir dan beritanya, bagaikan terbang dibawa angin. Abu Dzar tampil sebagai orang yang paling jitu ucapannya sebagai telah dilukiskan oleh Nabi sebagai gurunya.

Dengan tidak merasa gentar dan tanpa tedeng aling-aling ditanyainya Mu’awiyah tentang kekayaannya sebelum menjadi wali negeri dan kekayaannya sekarang …. Mengenai rumah yang dihuninya di Mekah dulu, dan mahligai-mahligainya, yang ter­dapat di Syria dewasa ini . . . .

Kemudian dihadapkannya pertanyaan kepada para shahabat yang duduk di sekelilingnya, yaitu yang ikut bersama Mu’awiyah ke Syria dan telah memiliki gedung-gedung serta, tanah-tanah pertanian yang luas pula. Lalu ia berseru kepada semua yang hadir: “Apakah tuan-tuan yang sewaktu Qur’an diturunkan kepada Rasulullah, ia berada di lingkungan tuan-tuan”. Jawaban pertanyaan itu diberikannya sendiri, katanya: “Benar, kepada tuan-tuanlah al-Quran diturunkan, dan tuan-tuanlah yang telah mengalami sendiri berbagai peperangan!”

Kemudian diulangi pertanyaannya: “Tidakkah tuan-tuan jumpai dalam al-Quran ayat ini”:

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafqahkannya di jalan Allah, bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Yaitu ketika emas dan perak dipanaskan dalam api neraka, lalu diseterikakan ke kening, ke pinggang dan ke punggung mereka — sambil dikata­kan —. Nah, inilah dia yang kalian simpan untuk diri kalian itu, maka rasailah akibatnya!”

(Q.S. 9 at-Taubah: 24 — 35).

Mu’awiyah memotong jalan pembicaraannya, katanya: “Ayat ini diturunkan kepada Ahlul Kitab!”, “tidak!”, seru Abu Dzar; “bahkan ia diturunkan kepada kita dan kepada mereka!”

Abu Dzar melanjutkan ucapannya, menasehati Mu’awiyah dan para anak-buahnya agar melepaskan gedung, tanah serta harta kekayaan itu; dan tidak menyimpan untuk diri masing­-masing kecuali sekedar keperluan sehari-hari.

Berita tentang Abu Dzar dan soal jawab ini tersebar dari mulut ke mulut, dari orang banyak ke orang banyak. Semboyan­nya semakin nyaring terdengar di rumah-rumah dan di jalan­-jalan: “Sampaikan kepada para penumpuk harta akan seterika­seterika api neraka!”

Mu’awiyah sadar akan adanya bahaya, ia cemas akan akibat ucapan tokoh ulung ini. Tetapi ia pun mengerti akan pengaruh dan kedudukannya, hingga tidak akan melakukan hal-hal yang menyakitkannya. Hanya dengan segera ditulisnya surat kepada Khalifah Utsman r.a. menyatakan: “Abu Dzar telah merusak orang-orang di Syria!”

Sebagai jawabannya Utsman mengirim surat meminta Abu Dzar datang ke Madinah. Kembali Abu Dzar berkemas-kemas menyingsingkan kaki celananya, lalu berangkat ke Madinah. Dan pada hari keberangkatannya itu, Syria menyaksikan saat-saat perpisahan dan ucapan selamat jalan dari khalayak ramai, suatu peristiwa yang luar biasa yang belum pernah disaksikannya selama ini … !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun