Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Backstreet? Yay or Nay?

10 Juli 2016   21:34 Diperbarui: 11 Juli 2016   07:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngomongin cinta emang gak ada habisnya.. Kalo lagi jatuh cinta, siap-siap segala pikiran terkuras untuk mikirin si dia.. Apalagi kalo udah jadian, rela deh pulsa atau kuota habis karna kepake nelpon, bbman, atau nge-stalk sosmednya. Hehehe.. Iya donk, namanya juga pacar.. Demi dia, kita harus jadi orang pertama yang tau kabar si dia.. Segala cara pun kita lakukan untuk membahagiakan dia.

Bahkan, saat suasana dan orang-orang di sekitar kita kurang mendukung atau nggak merestui, kita pun rela menjalani hubungan dengan format backstreet. Tujuannya jelas, agar hubungan kita bisa terus berjalan, tanpa dicampuri atau diusik oleh pihak-pihak lain yang berpotensi menggagalkan berlanjutnya hubungan.

Membahas tentang Backstreet, mungkin sebagian orang, khususnya anak muda paham arti istilah ini. Ada pula yang menganalogikan backstreet seperti main kucing-kucingan. Mungkin karena tingkah laku pasangan-pasangan backstreet yang suka nge-date atau ketemuan secara sembunyi-sembunyi. Hehehe.. Saya jadi inget beberapa minggu lalu di rumah saya ada kucing yang nyolong ikan mama saya.

Mama marah luar biasa.. Sampai dendam.. Katanya kalo ketemu sama kucing yang nyolong itu, bakalan digebukin pake sapu.. Hehehe.. Nah, ini dia contoh dampaknya kalo berani backstreet (main kucing-kucingan) secara sembunyi-sembunyi terus ketahuan, bisa mancing kemarahan atau emosi orang-orang yang merasa dirugikan.

Beberapa orang yang menjalani hubungan berjenis backstreet ini biasanya berprinsip seperti ini: "Nggak apa-apa deh, jalan diam-diam.. Yang penting kita jalani aja dulu.. Sambil berharap sikonnya mendukung..".

Ada juga yang karena tidak direstui oleh ortunya si pacar, tapi takut kehilangan sang pujaan hati, akhirnya mengajak pacarnya backstreet, dengan harapan semoga besok-besok orang tuanya bisa merestui.

Keputusan untuk backstreet juga bisa timbul karena kesepakatan kedua belah pihak (cowok dan cewek) yang tidak ingin hubungannya diketahui oleh siapapun.

Alasannya, mereka merasa lebih santai jika menjalani hubungan berdua saja, nggak mau ribet atau repot menghadapi mulut-mulut yang gemar berbisik usil atau mata-mata iseng yang suka ikut campur, mengusik kestabilan hubungan. Sebagai contoh: omongan tetangga sebelah rumah yang suka berujung fitnah yang penyebarannya sulit dikontrol.

Oke.. Sebijak-bijaknya alasan yang melatarbelakangi keputusan untuk backstreet,tetap saja tindakan ini sangat tinggi resikonya bila dibiarkan berlarut-larut dalam waktu yang lama. Apalagi, jika pacarannya sudah serius dan orang tua masih belum ada tanda-tanda memberi restu, karna masih kurang sreg dengan orang yang kita pilih. Bisa stres berdua untuk menentukan kelanjutan hubungan mau dibawa ke mana. Mau putus? Salah.. Tapi, masa iya mau lanjut tanpa kepastian?

Nah.. Inilah yang agak mengusik pikiran saya..

Saya bukannya tidak setuju dengan komitmen atau apapun yang telah dibangun bersama pasangan (dalam hal ini: pacar, belum suami atau isteri).. Tapi, saya hanya menyayangkan beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari keberanian ber-backstreet ini. 

Bukannya mau mencampuri atau sok bijak ingin menasehati, tapi berdasarkan pengamatan dari beberapa orang-orang terdekat yang mengalami kasus yang sama, beberapa keluhan sering saya dengar dari mulut mereka.. Apa saja?

1. Backstreet indentik dengan kebohongan.

Mau nonton sama pacar, tapi begitu minta ijin ke ortu, bilangnya kerja kelompok di rumah temen. Minta duit buat traktir pacar makan malem, ngaku ke ortu duitnya buat dipake beli alat-alat tulis atau untuk keperluan skripsi. Semakin lama pacaran, bisa dihitung sudah berapa banyak dosa yang tercetak dari kebohongan yang kita buat?

2. Backstreet = nggak bebas.

Gimana mau bebas kalo mau makan di kafe, nonton di bioskop, atau jalan berdua ke mall aja harus cek lokasi dulu? Khawatir jangan sampe ada keluarga, tetangga, atau temen yang kenal sama kita dan mergokin kita lagi jalan bareng pacar? Ujung-ujungnya bisa diaduin ke mama-papa kita, dan jadi bahan interogasi.. Kalo udah gini, kira-kira kita udah siap dengan segala resikonya? Atau masih pengen melanjutkan semuanya dengan terus berpura-pura? Gimana mau bebas kalo pura-pura terus? Kapan jujurnya?

3. Backstreet bisa berujung pada ketidakpastian.

Pacaran, entah backstreet ataupun nggak, biasanya ada komitmen atau janji dari kedua belah pihak untuk sepakat membawa hubungan ke arah serius. Tapi, siapa yang bisa menjamin kepastian arah hubungan jika semuanya serba sembunyi-sembunyi? Satu hal yang harus dipahami dan diingat, bahwa hubungan yang serius adalah hubungan yang dilandasi kejujuran dan keterbukaan. Semakin jujur sebuah hubungan berjalan, maka semakin jelas kepastian arahnya, dan akan semakin nyaman kita menjalaninya.

4. Backstreet = Inbalance

Ini keluhan mama saya sebenernya. Saat tau anak-anaknya mulai ngerti pacar-pacaran, mama mulai khawatir jangan-jangan anaknya lebih peduli sama pacarnya ketimbang orang tuanya. Atau bisa juga anaknya lebih jujur dan blak-blakan ngomong ke pacar daripada ke mamanya sendiri. Ketakutan terbesarnya adalah kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan yang sedikit absurd apabila anaknya pacaran tanpa sepengetahuannya, khawatir jangan sampai prioritas waktu dan perhatian si anak lebih condong ke pacar.

5. Backstreet bisa berujung nekat.

Satu hal yang harus kita sadari, bila cinta sudah bicara dan menguasai hati, kadang seseorang menjadi sulit untuk mengontrol pikirannya sendiri. Biasanya, saking terlalu cintanya, beberapa pasangan nekat mengorbankan segala-galanya demi sosok yang dicintainya. Akibat tidak adanya pengawasan dari orang-orang terdekat yang seharusnya bisa mengawasi dan memperingatkan, bisa saja keduanya melakukan hal-hal di luar kontrol yang dapat merugikan kedua belah pihak. Could anybody understand?

6. Backstreet bisa memancing kemarahan orang yang kita bohongin.

Pada poin ini, yang dimaksud adalah rasa marah yang timbul dari emosi yang disebabkan oleh kekecewaan orang-orang yang merasa dibohongi atau dikhianati dari belakang. Orang-orang yang dimaksud bisa saja orang tua, sahabat, saudara, atau orang-orang terdekat kita yang sudah menitipkan kepercayaan yang demikian besar kepada kita. Bayangkan apabila kita di pihak orang tua, apa kita rela dibohongi oleh anak kita sendiri? Nggak kan?

Tanpa bermaksud menghakimi.. Sebenarnya, keputusan backstreet atau nggak, mari kita kembalikan lagi kepada pribadi masing-masing yang menjalani. Segala apapun yang kita lakukan, ingatlah untuk selalu melandasinya dengan rasa tanggung jawab. Tentukan prospek yang jelas, sangat disayangkan jika membiarkan hubungan dan rasa digantung demikian lama.. Bisa tersiksa sendiri!

Ingat, bahwa orang yang sedang menjalani hubungan 'kucing-kucingan' ini adalah masih berstatus 'anak orang', bukan milik kita sepenuhnya. Hatinya boleh memihak pada kita, but please.. Be responsible to him/herself and do not ruin him/her future by your wishy-washy action. And remember, dont push yourself too hard in this absurd love labyrinth.Tegaslah!

Bila nasib tak memihak pada kita karna tak ada restu, mulailah berpikir seribu kali untuk terus melanjutkan hubungan.. Ingat kembali segala kerugian yang bisa saja timbul.. Bila sudah jodoh nggak akan ke mana-mana, dan nggak bakal tertukar kok.. Silahkan iringi keseriusan anda dengan niat dan ikhtiar yang sungguh-sungguh..

***

Terima kasih..

Semoga bermanfaat..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun