Mohon tunggu...
Prima Marsudi
Prima Marsudi Mohon Tunggu... Guru - Indahnya menua.

Wanita yang ingin jadi diri sendiri tetapi tidak bisa karena harus memikirkan orang-orang yang disayanginya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diary 28

26 September 2020   05:55 Diperbarui: 26 September 2020   19:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu aku menyadari sedalam apa perasaan cintaku padanya.  Kebutuhanku akan dirinya.  Kerinduanku yang terus menyertai meski tubuhnya hanya berjarak  tiga puluh senti meter di sampingku.

Perasaan ini begitu kuat hingga aku sendiri pun tak mampu  untuk menghancurkannya.  Perasaanku padanya makin kokoh setelah ditempa oleh gempuran-gempuran masalah.

Ribuan senja telah berhasil aku dan dia lalui bersama.  Melewati dua musim yang datang silih berganti.  Rasa itu tak pernah berubah kendor.  Aku semakin mencintainya, makin membutuhkannya?

Seperti udara, harus ada.  Aku bisa mati dengan mudahnya tanpa dirinya.

Seperti matahari yang akan selalu terbit di pagi hari.  Yang selalu akan kembali ketika malam berlalu.  Menghangatkan hati.

Seperti sebuah kata yang selalu dapat menambah makna puisi-puisi

Seperti waktu yang tak akan pernah ada habisnya

Seperti malaikat yang akan selalu mengingatkanku

Seperti setan yang selalu membuatku lupa

Aku mencintaimu tanpa syarat

Tak peduli apa kata orang

Meskipun untuk itu aku harus terlihat bodoh

Sarange

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun