Mohon tunggu...
Prida Isti Zulriani
Prida Isti Zulriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

suka masak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Body Shaming: Ketika Begini Salah, Begitu Juga Salah

14 September 2022   19:32 Diperbarui: 14 September 2022   22:02 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jerawatnya banyak banget, jijik ngelihatnya!"

"Dia cantik kalau pakai make up aja, kalau tanpa make up, mukanya jelek banget!"

"Kulitmu sekarang hitaman ya?"

"Kok kamu jadi kurus kering gitu sih?"

"Pipimu makin bulat ya? Badanmu jadi lebar, makin gendut!"

Sebenarnya apa tujuanmu? 

Memuaskan dirimu, karena kau merasa penampilanmu lebih baik dari mereka? 

Untuk apa?

Cukup. Kami hanya butuh dukungan, bukan cacian. 

Yang memberi kita hidup saja, tidak menilai dari penampilan.

Siapa kamu? Berani menghina ciptaan-Nya?

Dalam Islam, Allah SWT melarang seorang muslim untuk mencela, menghina, atau mengejek seseorang. Serius ataupun bercanda, mengejek atau mencela orang lain bukanlah hal yang dibenarkan.

Body Shaming? tentu tidak asing ketika mendengar kata itu. Body shaming sendiri diartikan sebagai tindakan atau praktik yang mempermalukan bentuk tubuh atau image tubuh seseorang.

Sebenarnya ada kaitannya dengan body image, bagaimana gambaran tubuh. Jadi, biasanya bisa disebut dalam sejenis bullying atau mencemooh atau meledek dalam bahasa kita sehari-hari. Jadi, meledek yang kaitannya bentuk fisik. Bisa dalam bentuk misalnya kekurusan, kegemukan, warna kulit dan bisa juga rambut.

Mengapa membicarakan Body Shaming itu Penting?

Dari tahun ke tahun korban dari Body Shaming terus meningkat, ujaran kebencian yang dilontarkan pun semakin beragam. Hal ini tentu saja berdampak buruk. Dalam hal sehari-hari, sering terjadi Body Shaming. Hampir setiap orang bisa menjadi korban ataupun bisa menjadi pelaku juga. 

Body shaming itu bukan cuma perilaku yang diberikan, tetapi bagaimana kita mengidentifikasikan hal itu. 

Contoh, Bang Erik menilai bahwa dirinya itu monyet atau membandingkan dirinya dengan teman-teman lebih rendah. Itu juga sudah Body Shaming terhadap dirinya sendiri. 

Kak Arum mengatakan, "Orang lain melakukan body shaming juga terhadap dirinya, misal 'Lu Nyet!' dan anda menerima itu. Ketika itu tidak jadi soal, dan kalian menyepakati hanya sebagai 'Lelucon' ya itu it's okay asal itu persepsinya sama. Tapi yang menjadikannya sedikit seperti bullying adalah ketika punya persepsi yang berbeda dengan maksud menghina, mengejek, mencemooh, dan merasa dicemooh, dihina yang bentuknya negatif."

Statistik mengatakan 64% remaja putra dan 94% remaja putri pernah mengalami Body Shaming. 

Dampak Body Shaming

1. Kehilangan kepercayaan diri.

2. Depresi ringan hingga berat.

3. Diet berlebihan hingga menyebabkan gangguan makan.

4. Hingga bunuh diri. 

Fakta mengejutkan lainnya, bahwa 32% korban body shaming melakukan hal yang sama kepada orang lain. 

Darimana asal mula anggapan bahwa yang hitam dan gemuk itu jelek? 

Dikutip dari buku Fat Shame : Stigma and The Fat Body in American Culture dikatakan bahwa tubuh gemuk awalnya menuai banyak pujian karena merupakan wujud dari kemakmuran dan kesejahteraan. Sedangkan mereka yang kurus adalah rendahan, pemalas, dan tidak teratur. 

Nah namun sekarang persepsi masyarakat telah berubah, mereka yang gemuk justru dinilai pemalas, menjijikan. Dan, mereka yang kurus dinilai pandai memilih makan dan menjaga tubuh mereka. 

Lalu, Bagaimana Body Shaming di Indonesia?

Body Shaming mulai populer sejak semakin maraknya penggunaan media sosial. Body shaming menjelma menjadi komentar jahat di media sosial yang di asosiasikan dengan berbagai lelucon. Body shaming itu kejahatan yang tidak secara langsung bisa membunuh si korban tetapi efeknya membunuh mind korban secara perlahan, apalagi body shaming dilakukan oleh orang-orang yang tidak kita kenal.

Body shaming selalu dianggap "cuma bercanda", semuanya kelihatan normal, tapi mereka tidak pernah memikirkan perasaan orang yang dia insult. Dan parahnya, kadang kita ngelakuin hal ini tanpa kita sadari.  

Ada 3 bentuk body shaming menurut kak Arum :

1. Bagaimana ia mengidentifikasi dirinya, menilainya dan membandingkan (Diri Senmdiri)

"Oh ini saya lebih jelek daripada orang lain."

"Saya ini lebih pendek."

"Saya kok kulitnya gelap banget ya?."

2.  Orang lain menghina secara langsung 

"Heh jelek lu."

"Pendek lo."

"Gendut lo."

3. Di belakang orang lain (Tidak secara langsung)

Mungkin sebenarnya ingin mengatakan, "Aku tidak suka dengan dia." tapi sudah menyampaikan rasa dan dibelakangnya bilang, "Si item tu kaya gini ya?" 

Cara menghindari Body Shaming.

Menurut Kak Arum, "Mungkin lebih tepatnya bukan menghindari, tetapi bagaimana kita mampu mengapresiasi diri lebih lagi. Sehingga, kita tidak terjebak dalam lingkaran body shaming entah untuk melakukan pada diri sendiri ataupun misal dapat dari orang lain. 

Saya tadi baca buku tentang Body positivity, jadi itu sisi lain dari body shaming dimana kita mengapresiasi bentuk tubuh kita, mengapresiasi fisik diri kita dari Tuhan, dan memang adanya seperti ini. Jadi, dibandingkan kita memberi penilaian, dan membandingkan diri kita dengan gambaran manusia seperti apa, maka lebih baik diterima, disyukuri, dan diapresiasi atas kesempurnaan ini."

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bukan menghindari body shaming, tetapi mengedukasi diri kita agar kita lebih body positivity dengan cara:

1. Apresiasi diri sendiri

2. Temukan bahwa diri itu berharga

Dapat di list, seberapa berharga diri kita. Dari kita lahir, apa saja yang sudah kita capai, dan bahwa keberhargaan itu tidak hanya soal fisik tetapi juga bagaimana cara menjaga agar mental tetap sehat, menjalani relasi yang oke, berjuang untuk menjalani kehidupan yang sangat luar biasa. Jadi, temukan keberhargaan diri. 

3. Menjalani relasi yang memberikan positive vibes 

Lebih banyak apresiasi ke orang lain, apresiasi ke diri sendiri, dan juga berkumpulah untuk diskusi agar perspektif kita lebih luas. Jadi, kita tidak tertumpuk dengan pemikiran sendiri. 

Adakah Sanksi bagi Pelaku Body Shaming?

Pelaku body shaming dapat dikenai pasal 27 ayat 3 hingga pasal 45 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Ancaman atas tindakan pelanggaran UU ini adalah pidana penjara paling lama selama 4 tahun, dan denda paling besar Rp 750.000.000. 

Penyebab Body Shaming

Kenapa kita tidak bisa menghentikannya? 

Kita hidup di tengah masyarakat yang looks oriented dan setiap saat selalu dihadapkan dengan ekspektasi yang lebih tinggi, bahkan terhadap penampilan seseorang.  Tekhnologi membawa itu semua menjadi semakin buruk. Hampir setiap detiknya foto seorang perempuan yang di unggah di media sosial mendapatkan komentar buruk tentang bagian tubuhnya. 

Maka dari itu, jangan takut untuk menunjukkan reaksi tidak suka atau tersinggung, meskipun nantinya orang-orang akan menganggap kita tidak asik, mudah tersinggung, terlalu sensitif, padahal tidak seperti itu kenyataannya. 

Nah yuk kita ubah kebiasaan ini dari diri kita sendiri, belajar mengapresiasi diri dan tubuh orang lain, berkomentar positif, dan menggunakan media sosial secara bijak. 

"Kita sama-sama berharga, saya berharga, anda berharga, kita berharga maka hargai diri sendiri, cintai diri sendiri, dengan menjaga kesehatan mental, dan juga jangan lupa terima kasih kepada diri sendiri karena sudah berjuang sejauh ini." Arum, (23 des 2019)

Sumber: https://youtu.be/Zq_SFONIOI8

                   https://youtu.be/dfPihNNy64M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun