Mohon tunggu...
Si Preman Pram
Si Preman Pram Mohon Tunggu... -

call me pram, menempuh jalan kemandirian, jalan entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Admin Pilih-pilih Kritik

12 Oktober 2012   12:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:53 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya mendapatkan dua pelajaran penting di Kompasiana.

1. Admin juga manusia. Artinya bisa melakukan kesalahan. Mereka takut dimarahi bosnya. Kesalahan kalau bisa ditutupi sebisa mungkin supaya tidak terbaca bos (entah founder, entah owner).  Kritik sebisa mungkin disembunyikan biar aman.

2. Kolom 'teraktual' dan teman2nya, ternyata bisa dimanipulasi. Vote lebih banyak, tidak menjamin tulisan kita masuk kolom tersebut. Hari ini posting saya yang berisi kritik pedas terhadap kinerja Admin,   tidak masuk kolom 'teraktual' sekalipun vote 'aktual' lebih banyak dari posisi teraktual terendah.

Dua pelajaran ini, menurut saya sangat mengecewakan. Kualitas admin tidak setinggi harapan. Admin tidak sedemokratis dan seprofessional yang saya bayangkan. Ya sudah, tidak apa-apa. Minimal kita jadi tahu kinerja dan kualitas mereka seperti apa. Mudah2an sikap ini tidak muncul karena mereka (admin) merasa kita ini cuma numpang gratisan disini sehingga sikap mereka bisa semena-mena. Karena, karena kehadiran kompasianer lah mereka bisa exist, bisa menarik pengiklan dan pada akhirnya menjadi sumber pemasukan mereka di kemudian hari. Maka wajar rasanya harapan saya agar mereka menjaga para kompasianer agar betah berumah disini bersama-sama.

Sebenarnya ada posting senada, berisi kritikan dari bunga ilalang, tapi bahasanya memang lebih halus. Bahasa saya mungkin dinilai terlalu keras sehingga tidak diloloskan dari sensor.

Ok. Saya akan sedikit mengulang kritik saya di tulisan sebelumnya secara ringkas:

1. Kolom teraktual, terinspiratif, dst itu masih seperti dulu, mudah dimanipulasi dan dikuasai oleh orang itu-itu saja. Hal ini berbahaya karena penulis baru menjadi tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Mereka harus menjalin perkoncoan agar dapat masuk ke kolom-kolom strategis tersebut.  Maka harapan saya, lakukan perubahan pada kolom-kolom tersebut secara sistematis.

2. Kolom TA meskipun secara penuh dipilih admin, tapi pemilihan topiknya sangat monoton (kalau tidak bola ya politik). Itupun durasinya terlalu lama. Sementara durasi posting baru dan mungkin lebih bermutu jadi terlewat. Akhirnya paling banter masuk highlight, itupun seringkali tak lebih dari sejam. Posting yang bagus jadi sering lolos dari screening. Ini harapan saya diperbaiki supaya konten Kompasiana lebih bagus di kemudian hari. Persingkat durasinya. Perbaiki pilihan topiknya.

3. Hari ini tulisan kang Pepih yang berisi cerita tentang launching bukunya bisa dengan mudah masuk HL. Sementara yang lain masuk teraktual saja susah padahal jelas-jelas vote nya memenuhi. Dimana letak demokratisnya kalau sudah begini? Dulu tulisan kang Isjet juga sama. Isinya tidak jelas masuk HL atau TA. Kalau rasa keadilan diabaikan, entah mau jadi seperti apa kelak Kompasiana ini.

Cukup tiga point saja. Saya capek berpanjang-panjang, dan insyaallah ini tulisan terakhir saya yang berisi kritikan terhadap admin (kecuali emosi lagi hehehe....). Saya mau balik nulis kewirausahaan lagi seperti semula. Terserah mau didengerin atau tidak. Makasih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun