Kuliah adalah tempat membangun networking (jaringan) yang bisa menjadi modal penting saat Anda lulus nanti. Ini adalah aset yang tidak tertulis di ijazah Anda.
2. Pendidikan Karakter: "Vaksin" Revolusi Mental
Kita butuh pendidikan yang lebih luas. Bukan hanya soal rumus dan teori, tapi soal karakter dan moralitas.
Di tengah maraknya isu intoleransi, bullying, dan kekerasan seksual, pendidikan karakter harus menjadi proyek besar Revolusi Mental bangsa. Kampus dan sekolah harus menjadi benteng yang mengajarkan:
- Empati
- Toleransi terhadap perbedaan
- Tanggung jawab moral dan sosial
Jika pendidikan hanya fokus pada nilai kognitif, kita akan gagal membentuk warga negara yang beretika dan bertanggung jawab.
Kritik untuk Kampus: Jangan Biarkan Kami Berenang Satu Gaya!
Di sinilah letak kritik terbesar terhadap sistem pendidikan saat ini.
Bayangkan Anda seorang perenang. Di kampus, Anda diajarkan satu gaya, katakanlah gaya katak, dan Anda hanya berlatih di kolam renang yang tenang dan terprediksi. Anda menjadi sangat ahli di situ.
Namun, begitu lulus, Anda "diceburkan ke laut lepas". Dunia kerja itu tidak tenang, penuh gelombang kejutan (disruption), dan Anda dituntut untuk menguasai banyak gaya (multiskilling).
Jika Anda hanya menguasai satu gaya dan tidak pernah diajarkan navigasi atau cara bertahan di ombak besar, risiko Anda tenggelam (gagal bersaing) sangat tinggi.
Apa solusinya?
- Kurikulum Fleksibel: Kampus harus berani mendorong pembelajaran interdisipliner (anak teknik belajar marketing, anak sastra belajar coding).
- Perbanyak "Cebur ke Laut": Program magang, proyek nyata dengan industri, dan bootcamp harus diperkuat. Mahasiswa perlu merasakan realitas pekerjaan sebelum mereka lulus.