Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bagaimana Mencari Sosok Ideal dan Loyal untuk Calon Kepala BIN?

14 November 2021   12:32 Diperbarui: 16 November 2021   05:46 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mobile lab milik Badan Intelijen Negara saat rapid test covid-19 di Pasar Bogor, Senin (11/5/2020). (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Di sinilah presiden membutuhkan sosok calon kepala BIN yang mumpuni seharusnya pernah mengikuti pendidikan intelijen lengkap, syarat dengan pengalaman operasi-operasi intelijen dan pernah bertugas di badan intelijen.

Loyalitas dan Sense of Intelligence

Bagian penting sang calon terpilih harus sosok yang karakternya setia, memiliki loyalitas tinggi, karena dia akan bekerja melindungi bangsa dan negara dengan segenap jiwa raganya saat memberikan petujuk kepada end user. 

Sekaligus, orang tersebut harus loyal kepada presiden yang sedang menjabat resmi (Presiden Jokowi). Kalau sang calon tidak loyal, punya dua kaki, kepentingan pribadi dan politiknya besar, jelas ini akan sangat merugikan dan berbahaya.

Petunjuk Kepala BIN akan menjadi dasar bagi Presiden yang tepat berdasarkan analisis intelstrat (komprehensif), walau kadang hanya harus menjawab UUK taktis.

Di samping itu, seorang pimpinan intelijen sebaiknya (ideal) punya sense of intelligence (rasa) yang hanya dipunyai bila seseorang pernah mengikuti pendidikan dan bertugas di institusi intel.

Rasa adalah semacam instink si pemimpin yang akan mampu melihat terutama kerawanan pihak sendiri serta ancaman yang tidak bisa dilihat dan diperkirakan oleh orang awam.

Pemimpin intelijen ini sangat penting sekaligus berbahaya. Sebagai contoh Presiden George Bush saat pidato nengahiri jabatannya menyatakan penyesalan karena mempercayai informasi badan intelijennya yang menyatakan adanya Senjata Pemusnah Massal (SPM) di Irak, sehingga memutuskan dilakukannya penyerbuan pendudukan Irak. 

Sebagai akibat invasi, pemerintahan Sadam Husein runtuh, tetapi dampak bagi AS, juga besar. Amerika Serikat kehilangan 4.487 personilnya di Irak sejak Operasi Penbebasan Irak dilancarkan pada tanggal 19 Maret 2003. 

Sebanyak 3.492 tewas dalam operasi militer dan sekitar 32.000 luka-luka. Sementara Inggris kehilangan 179 tentaranya dengan 136 tewas dalam operasi. 

Di lain sisi perhitungan korban jiwa oleh lembaga Iraq Body Count --yang secara rutin melakukan perhitungan korban perang Irak-- yaitu 112.000 penduduk sipil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun