Nah, mengacu pendapat Prof Hikmahanto bahwa ideologi Partai Demokrat adalah penegakkan HAM, dan pendapat peneliti LIPI bahwa penguasa mendatang dari Partai Demokrat.
Biasanya memiliki perhatian lebih serius terhadap isu-isu hak asasi manusia, maka apa yang disampaikan Presiden Jokowi sudah satu koridor dengan Biden dan Partainya Demokrat.
Di luar negeri, message Jokowi jelas ditangkap Biden dan kabinetnya, serta kelompok penggiat HAM. Aset monitoring dan jaringan intelijen AS sangat kuat di Indonesia.Â
Hanya saja ada persoalan di dalam negeri, karena beberapa waktu lalu Menhan Prabowo di release oleh US Home Land Security dan Kemlu AS, diizinkan masuk dan berkunjung ke AS. Sebelumnya bertahun-tahun Prabowo dilarang karena di cap oleh pemerintah AS sebagai pelanggar HAM.
Prabowo sebagai Menhan RI saat itu diijinkan masuk oleh pemerintahan Trump dari Partai Republik, menurut penulis sebagai bagian dari strategi Menlu Mike Pompeo yang mantan Direktur CIA.Â
Sangat jelas pertimbangan pragmatisnya dalam konflik AS vs China, untuk menarik pendulum Indonesia bergeser dari China ke AS. Instrumen conditioning pemerintahan era Trump adalah security dan militer. Prabowo sebagai Menhan dianggap ikon yang mewakili Indonesia dalam bidang militer dan pertahanan, dan cukup dekat dengan pemerintah RRT.
Nah, kini Amerika Serikat dipimpin oleh presiden yang berasal dari Partai Demokrat, dimana sudut pandang dasar kebijakannya berbeda. Biden saat kampanye menyatakan China melakukan genosida terhadap suku Uighur, ini tuduhan yang sangat keras.Â
Oleh karenanya Biden walaupun luwes dalam politik luar negeri, bisa saja intelijennya melakukan pressure terkait masalah HAM di Indonesia, titik rawan karena ada yang belum terselesaikan. Ini point pokoknya.
Kesimpulan
Penekanan dan penyelesaian soal HAM yang disampaikan Presiden Jokowi oleh penulis terbaca sebagai message yang tersirat bahwa Indonesia adalah negara hukum dan persoalan HAM masa lalu yang tersisa akan diselesaikan.
Ucapan Biden soal genosida di suku Uighur adalah sikap sangat serius yang memang perlu dicermati secara hati-hati. Kabinet inti Biden dinilai loyal, berpengalaman di bidangnya dan diantaranya ada yang bisa bertindak keras (raja tega) dalam menegaskan kepemimpinan globalnya.