"Saya mengucapkan terima kasih kepada aparat yang telah sukses membebaskan sandera setidak-tidaknya yang terakhir adalah Muhammad Farhan," kata Hadi.
Analisis
Operasi Pembebasan WNI yang disandera atas nama M. Farhan berjalan sukses dan aman. Berbentuk soft approach untuk menghindari jatuhnya korban seperti operasi Basra tanggal 22 Desember 2019 (ops tempur).
Pembebasan Farhan sebagai WNI yang disandera adalah bukti bahwa negara hadir di medan berat dan berbahaya yang dikuasai Abu Sayyaf militan bersenjata di Luar Negeri. Proses pembebasan diawali dari perintah Presiden Jokowi, kemudian dikordinasikan oleh Menko Polhukam, Prof Mahfud MD, langkah diplomasi Kemlu RI, operasi dilaksanakan oleh TNI dan mendapat dukungan dari BIN (Badan Intelijen Negara).
Upaya tersebut membuktikan kerjasama beberapa institusi terkait, bila dikordinasikan dengan baik secara profesional dan proporsional akan berhasil sesuai instruksi presiden. Farhan hanya seorang nelayan kecil, tetapi dia tetap WNI yang harus dibebaskan saat disandera, OpsBasra kali ini seperti dikatakan Menko Polhukam: membuktikan negara hadir.
Abu Sayyaf adalah militan bersenjata dan dikenal selalu mencari sandera untuk menuntut tebusan. Mereka memang gerakan separatis dan ada kaitan dengan kelompok Teroris ISIS, sangat sulit diberantas oleh pemerintah Filipina sekalipun.
Semoga kerja sama beberapa institusi di bawah Menko Polhukam tetap solid dalam melaksanakan tugasnya. Penulis juga memberikan apresiasi pemikiran strategis Pak Mahfud, sipil kedua yang menjabat Menko Polhukam, lebih alert dan memahami kerjasama operasi intelijen militer di luar negeri serta mengarahkan pelaksana agar tidak menciderai kedaulatan negara lain (Filipina) dan juga negara sendiri.
Penutup
Artikel ini disusun untuk menunjukkan betapa sulit, ribet dan berbahayanya operasi pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Selain itu, untuk klarifikasi jalannya operasi, tidak perlu ada klaim mereka yang paling berjasa, karena inilah kronologis kenyataan di medan konflik di Filipina Selatan.
Tiap institusi jelas sulit bila harus bekerja sendiri untuk membebaskan sandera, kecuali bila ada yang mau membayar uang tebusan. Bila ini dikerjakan, kita akan jadi sapi perahan belaka dan seterusnya.
Terakhir, fakta menunjukkan bahwa langkah diplomasi kepada negara lain harus didukung kekuatan militer dengan langkah yang terukur. Tanpa militer, diplomasi hanyalah permohonan atau protes yang belum tentu digubris, karena tiap negara punya kepentingan nasional masing-masing