Mohon tunggu...
ono Prayetno
ono Prayetno Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Bekerja sebagai Pramuwisata

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bila Puncak Musim Liburan Tiba di Daerah Lingkar Danau Toba

19 Desember 2018   08:59 Diperbarui: 19 Desember 2018   10:10 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang terbayang bila libur panjang tiba adalah antrian kendaraan bermotor memadati setiap ruas ruas jalan disetiap daerah tujuan wisata. Wajah wajah lelah, stress, pasrah,  jengkel,  ditambah suara klakson yang memekakkan telinga dan suara anak-anak yang merengek menambah suasana semakin emosi dan tak terkendali.

Belum lagi melihat supir angkot yang ugal-ugalan menerobos antrian tanpa perasaan "bersalah".  "semakin lengkap lah penderitaan"  Maksud hati, menenangkan jiwa menyenangkan keluarga,  apa daya belum sampai ke tujuan sudah lemas duluan.

Seperti biasanya kota wisata Parapat pun penuh sesak nyaris tak bergerak karena kapasitas daya tampung kendaraan pun sebegitu adanya mau direkayasa bagaimanapun tetap saja tak mampu menampung luberan kendaraan yang datang dari seluruh penjuru kota

Kalo kawasan wisata Tomok apalagi, manusia berjubel seperti semut keluar dari sarang. jalan masuk dan keluar orang tak dipisahkan akhirnya macet dan berdesakan.

Pengelola hanya mengutip uang retribusi masuk tanpa memikirkan bagaimana membuat pengunjung nyaman. Kadang kapal pun tak punya tempat untuk bersandar karena pelabuhannya memang dari dulu tak pernah dikembangkan. Ferry penyeberangan sudah pasti antrinya dari pagi sampai siang dari siang terus ke malam untuk pengunjung segera siapkan makanan dan minuman, agar tak haus dan kelaparan. kamar hotel yang sudah dipesanpun kadang tak sempat digunakan karena waktu sudah habis dijalan.

Kepada penduduk setempat harap bersabar ada yang kebagian karena pandai memanfaatkan peluang ada juga yang cuma diam menggumam, memandang keramaian dalam ruang kehampaan cuma jadi korban dari kemajuan jaman.

Lain Parapat Lain pula Berastagi,  Kalau macet memang sudah mulai menjadi pemandangan keseharian  Katanya macet adalah "indikasi dari sebuah kemapanan,  atau ketidak disiplinan?"

Berastagi - Medan biasa 2 Jam jadi 4 jam.

Pasar buah pun tak mampu menampung kepadatan kendaraan sering terjadi kendaraan terjebak di keramaian setelah merayap jauh jangankan dapat ruang untuk parkir untuk sekedar memutar saja harus pergi berjauh jauh dulu keluar kota untuk kemudian siap siap untuk bermacet macet lagi. "Pusing memang..!"

Di objek wisata pasar buah kotoran kuda pun kadang berserakan aromanya berseliweran tak ada yang peduli.
Ruang terbuka hijau ada tapi belum termanfaatkan pompa bensin ditengah kota pun jadi salahsatu biang kemacetan semua jadi tak karuan.

Satu lagi tambahan dikala musim hujan seperti sekarang harap berhati-hati bila melewati kawasan hutan dan perbukitan karena rawan bencana setiap saat bisa terjadi tanah longsor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun