Mohon tunggu...
ono Prayetno
ono Prayetno Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Bekerja sebagai Pramuwisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Setelah "Manortor" Tamuku Seperti Tak Sadarkan Diri

19 Januari 2018   09:41 Diperbarui: 19 Januari 2018   09:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pengalaman yang mungkin akan terus kuingat untuk kujadikan sebuah pelajaran dalam aku melakukan tugas tugasku sebagai seorang Pramuwisata yang senantiasa berhubungan dengan orang banyak dari berbagai macam kalangan baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Kejadian ini terjadi di objek wisata Desa Ambarita kecamatan Simanindo kabupaten Samosir.

Seperti biasa di desa ini setiap kali ada kunjungan wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara, sebagai acara tambahan untuk memanjakan para wisatawan yang berkunjung kesana bagi yang mau dan punya waktu bisa memintakan ke pihak pengelola agar dibuatkan acara menari atau "manortor". Dalam bahasa bataknya.

Dan acara ini dipandu oleh pak Siallagan.. yg juga adalah seorang tukang insinyur yg Cinta dan bangga akan budaya leluhurnya untuk diperkenalkan kepada setiap wisatawan asing maupun domestik.

Beliau memberikan kursus singkat tentang bagaimana manortor atau menari batak dengan gerakan gerakan yang mudah untuk ditirukan oleh siapa saja, tentu dengan dibuatnya kegiatan ini menambah khazanah kepariwisataan khususnya desa Ambarita umumnya Sumatera Utara.

Jadi ceritanya begini setelah acara "manortor" dan sessi photo bersama kami melanjutkan acara ke halaman sebelahnya dimana meja dan kursi batu sudah berada disitu sejak lama dan disini Pramuwisata selalu memperagakan bagaimana dulu seorang kriminal setelah disidang oleh Raja dan pembantunya yang juga bertindak sebagai hakim untuk memutuskan apakah seorang dinyatakan bersalah atau tidak.

Setelah memperkenalkan semua peralatan yang akan digunakan untuk upacara eksekusi yaitu,  kalender batak atau parholaan yang setiap bulannya hanya terdiri dari 30 hari. Kemudian pustaha lak lak atau buku yang terbuat dari kulit kayu dan sampul luar terbuat dari tulang kerbau yang bertuliskan aksara batak yang sudah jarang sekali ada orang yang bisa membacanya. Juga Tunggal Panaluan sebuah Tongkat Kayu Sakti yang dulunya hanya dimiliki orang-orang penting di Tanah Batak Seperti Raja dan Datu atau penasehat Spritual dalam lingkungan Raja.

Kemudian setelah itu, aku mengundang seorang "volunteer" atau sukarelawan untuk berakting sebagai korban atau kriminal yang akan dieksekusi. Setelah wajahnya kututup (blind folded) dengan ulos atau selendang batak kemudian secara perlahan dia ku tuntun ke sebuah batu empat persegi dan kemudian badannya kurebahkan dengan posisi terlentang sambil aku terus bercerita jalannya prosesi hukuman pancung yang akan diterima oleh sipenjahat.  Dan ketika aku baru saja selesai mengayunkan pedang kayu yang memang disediakan untuk acara ini tepat mengarah ke bagian leher sukarelawan yang juga adalah tamuku yang masih muda belia ini, tiba-tiba dia terkulai lemas dengan posisi kepalanya masih berbantalkan batu yang digunakan sebagai bantalan untuk memancung tadi.  

Semula kuanggap biasa saja karena dia belum bergerak juga untuk bangkit dan ketika audiens memberikan tepuktangan yang meriah pun dia masih tergeletak dan tak bergerak, kulihat badannya semakin lemas tertidur ditanah, tangan dan sebagian bajunya sudah kotor oleh tanah berpasir.

Aku mulai panik dan kawan kawannya pun mulai maju kedepan mencoba membangunkan tapi tidak ada reaksi apapun dia masih terbujur lunglai dan kuperhatikan disekeliling semua peserta tour terdiam, hening dan membisu tanpa suara dan semua mengarahkan pandangan kearah kami. Aku bisa merasakan seperti ada getaran getaran magis dari dunia yang tak kasat mata. Bulu kudukku terasa mulai berdiri.

Sempat terbersit di pikiranku,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun