Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalesu Bhumyamca Jayamahe: 71 Tahun Menjaga Kedaulatan Laut dan Darat

13 November 2016   21:18 Diperbarui: 4 April 2017   16:43 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalesu Bhumyamca Jayamahe. Belum tentu dari kita semua yang sangat mengetahui makna tersebut, sementara makna dari Jalesveva Jayamahe lebih akrab terdengar di telinga masyarakat. Jalesveva Jayamahe merupakan semboyan dari TNI Angkatan Laut (TNI-AL) yang telah dikenal bermakna 'Di Laut Kita Jaya'. Lalu apa makna dari Jalesu Bhumyamca Jayamahe dan adakah hubungannya dengan TNI-AL?.

Ternyata Jalesu Bhumyamca Jayamahe memiliki arti 'Di Laut dan Darat Kita Jaya', dan itu merupakan semboyan kebanggaan Korps Marinir TNI-AL yang memiliki kemampuan sebagai pasukan pendarat dari laut, untuk membuka jalan bagi pasukan lainnya yang berada di armada kapal perang dalam menuju daratan. Pasukan Marinir akan dapat bergerak dengan menyelam langsung menuju daratan, menggunakan perahu karet / sekoci kecil, maupun berada dalam tank amfibi yang berjalan di dalam air.

Cikal bakal Korps Marinir era modern telah dimulai sejak 28 Oktober 1664 oleh Kerajaan Inggris dengan pembentukan 12 ribu prajurit Resimen Infantri Maritim (The Duke of York and Albany's Maritime Regiment on Foot), yang akan ditempatkan di atas armada kapal perang. Sementara pada 10 Desember 1665 pihak Kerajaan Belanda meresmikan pembentukan Korps Marinir yang bernaung dalam Angkatan Laut Belanda, dimana didefinisikan Korps Marinir adalah prajurit infantri yang ditempatkan di atas kapal serta dapat beroperasi di darat dan air. Pertempuran laut sengit pun terjadi saat kedatangan Jepang tahun 1942 di Nusantara, dimana Korps Marinir Belanda menghadangnya di wilayah Laut Jawa dan Kertosono Jawa Timur.

Pasca kemerdekaan RI, banyak personel Korps Marinir Belanda menetap di Surabaya hingga tahun 1957, yang turut melatih Korps Marinir Indonesia sebagai bagian dari NMM (Nederland Militair Missie). Para pejuang Perang Kemerdekaan membentuk Corps Mariniers di Tegal Jawa Tengah pada 15 November 1945, yang bernaung dalam Tentara Keamanan Rakyat Laut yang merupakan kelanjutan dari Badan Keamanan Rakyat Laut. Konsep Corps Marinier yang dibentuk tersebut menyerupai tugas dan fungsi Korps Marinir Belanda.

Dalam perkembangannya Corps Marinier beserta Marine Keamanan Rakyat, Tentara Laut Republik Indonesia, Pasukan Laut, Korps Keamanan Pantai dilebur menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) pada 9 Oktober 1948. KKO AL turut dalam operasi mengatasi pemberontakan DI/TII, PRRI-Permesta, operasi pembebasan Irian Barat, operasi Dwikora (Dwi Komando Rakyat) saat konfrontasi Ganyang Malaysia, evakuasi jenazah Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya.

Dalam berbagai operasi penyusupan ke wilayah Kalimantan Utara hingga Semenanjung Malaysia, dua prajurit KKO AL Usman dan Harun berhasil meledakkan Gedung Bank MacDonald House di Orchard Road Singapore pada tahun 1965. Saat ini nama Usman & Harun telah diabadikan pada salah satu kapal perang TNI AL jenis fregat tahun 2014 dan Jalan Prajurit KKO Usman & Harun (dahulu Jalan Prapatan) di Kwitang Jakarta Pusat.

Atas kesetiaan dan pengabdian KKO AL maka Presiden Soekarno memberikan panji kehormatan pada tahun 1959, yang menandakan bahwa KKO AL setara dengan TNI-AD, TNI-AL dan TNI-AU.  Ada yang menarik dalam jenjang kepangkatan Korps Marinir TNI-AL. Meskipun bernaung dibawah TNI-AL, namun memiliki perbedaan dalam struktur kepangkatan di tingkat perwira tinggi. Saat seorang Kolonel Marinir dipromosikan menjadi perwira tinggi berbintang satu, maka akan tersemat pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen).

Inilah yang membedakan dengan Kolonel Laut TNI-AL yang akan disematkan pangkat Laksamana Pertama. Nama Korps Marinir kembali digunakan sejak 13 November 1975. Kemudian Korps Marinir juga turut dalam Operasi Seroja di Timor Timur, ikut dalam meredam amuk massa dengan cara simpatik dan persuasif dalam gelombang Reformasi tahun 1998, ikut dalam menangani konflik & kerusuhan di Ambon.

Untuk menjalani tugas khusus dalam unit kecil, Korps Marinir TNI-AL pun memiliki personel komando elit berkemampuan setara pasukan komando khusus seperti Detasemen 90 Bravo Paskhas TNI-AU, Detasemen 81 Kopassus TNI-AD, Green Berets Angkatan Darat AS, SEAL Angkatan Laut AS. Unit elit yang mulai aktif sejak 13 November 1984 yang dikenal dengan nama Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), merupakan gabungan satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI-AL dan Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) Korps Marinir TNI-AL

 

Dalam masa damai ini wilayah perbatasan serta pulau pulau terluar dan terdepan NKRI tetap terjaga oleh prajurit Marinir. Di tahun 2015 lalu bersama masyarakat, Korps Marinir telah merehabilitasi terumbu karang di 51 pantai dari Sabang Aceh hingga Merauke Papua. Hal ini selain menumbuhkan kemanunggalan bersama rakyat, juga untuk mengenali garis pantai NKRI (kedua terpanjang setelah Kanada) serta mempertajam naluri tempur maritim.

Korps Marinir juga mendapatkan kepercayaan untuk membantu tugas kepolisian menjaga keamanan fasilitas umum seperti stasiun, terminal dan bandara, dimana merupakan tindakan pencegahan kejahatan akan aksi calo dan para mafia taksi gelap, perparkiran yang telah mengakar selama puluhan tahun.

Sementara dalam menghadapi ancaman wilayah garis pantai & kepulauan serta menyongsong posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia, keburuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Korps Marinir pun terus ditingkatkan kemampuannya sebagai pertahanan maritim yang modern. Pengembangan alutsista ini bekerjasama dengan industri pertahanan nasional seperti PT Pindad dan PT PAL. Sehingga selain postur pertahanan semakin kokoh melalui modernisasi teknologi, juga mewujudkan kemandirian pertahanan dengan berkurangnya ketergantungan impor alat pertahanan.

Markas Besar Korps Marinir berada di Jalan Prajurit KKO Usman & Harun (dahulu Jalan Prapatan) Kwitang Jakarta Pusat, dan sejak 2016 tongkat estafet Komandan Jenderal Korps Marinir TNI-AL berpindah dari Mayor Jenderal (Mar) Buyung Lalana ke Mayor Jenderal (Mar) R.M. Trusono, yang saat ini membawahi kurang lebih 21 ribu prajurit.  Di usianya  ke 71 tahun ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dengan energi baru dan inovasi cemrlang. 

Jalesu Bhumyamca Jayamahe. Korps Marinir memang bukan yang terbesar, tapi mematikan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun