Sekali lagi saya tegaskan, keyboard fisik yang hadir pada KeyOne bukanlah sebuah hal minus, tapi itu menjadi sebuah atribut penting di mana produk tersebut bisa menyasar segmen yang lebih spesifik. Percayalah, di luar sana masih banyak orang yang berharap ada ponsel Android yang menghadirkan keyboard fisik. Alasannya apa? Tentu saja kenyamanan dalam pengalaman mengetik.
Tidak semua orang suka dengan keyboard virtual yang selama ini masih menjadi primadona. Tidak semua orang suka itu. Alasan mereka tetap memilih ponsel keyboard virtual --meski  tidak suka---saya yakin adalah karena keterpaksaan. Terpaksa mengikuti pasar yang monoton dengan model yang begitu-begitu saja. Saya yakin itu.
Karena itulah saya menilai bahwa KeyOne sebenarnya memiliki potensi keterjualan yang jauh lebih besar di pasar. Spesifikasi yang diusung memang cukup mumpuni tapi harga yang ditawarkan terlalu berlebihan. Dengan harga hampir 9 juta rupiah, saya pribadi lebih baik membeli Galaxy S series atau Note series atau beralih ke iPhone 7. Prestisnya dapet, fungsinya juga dapet.
Faktor harga ini yang patut disayangkan oleh para pecinta ponsel keyboard qwerty fisik di seluruh dunia. Kalau saja Blackberry tahu diri dan sadar bahwa ia akan kesulitan menjangkau segmen pasar atas dengan memaksakan harga yang terlalu tinggi, pasti ia mau sedikit merendahkan harga tanpa terlalu banyak mengurangi kualitas. Kalau saja Blackberry rendah hati mau menjangkau segmen pasar menengah dengan ponsel keyboard fisik, mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin penjualannya bisa melesat lebih dari yang diharapkan. Mungkin saja di kemudian hari Blackberry bisa kembali mendominasi (meski sulit).
Namun dari segala kemungkinan itu kita patut menyayangkan, bahwa Blackberry tidak tahu diri.