Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tawuran Remaja Mampang di Malam Natal

25 Desember 2016   12:04 Diperbarui: 25 Desember 2016   12:49 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tawuran. okezone.com

Pecahan kaca dan genteng yang jadi senjata tawuran. Dokpri
Pecahan kaca dan genteng yang jadi senjata tawuran. Dokpri
Kondisi malam tadi memang agak remang-remang, pasalnya lampu jalan yang biasanya menyala terang tidak berfungsi dengan semestinya.

Suara pecahan kaca semakin terdengar. Teriakan-teriakan dengan ujaran binatang pun semakin jelas.

Ramai dan rusuh. Seperti itulah kejadian yang saya lihat tadi malam. Entah apa pemicunya tawuran ini terjadi, yang jelas hal ini sangat merugikan masyarakat sekitar.

Dari balik pagar saya coba mengintip keluar. Tampak satu orang tengah dipukuli oleh remaja-remaja yang lain. Beberapa rekannya kemudian berlari mencoba menolong sambil melemparkan pecahan pecahan genteng yang berserakan di pinggir jalan.

"MUNDUR WOY! MUNDUR DULU!"

Teriakan komando salah satu anak yang berada di belakang membuat peristiwa pengeroyokan itu rehat sejenak. Tidak lama, tiba-tiba muncul bara api entah dari mana asalnya. Agak takut, saya dan teman saya pun mundur perlahan.

Ternyata ada salah satu anak yang membawa alat penyembur api (entah apa namanya saya tidak tahu) dengan sebotol gas seukuran gas spirtus.


Secara brutal ia mengarahkan api tersebut ke lawan-lawannya. Terang saja remaja-remaja tersebut berlari mundur menjauh.

Dari jarak pandang saya terlihat beberapa remaja berlumur darah. Sepertinya mereka terkena bacokan atau mungkin kepala mereka terkena lemparan-lemparan batu bata dan botol.

Suasana sempat mereda sesaat sampai salah satu dari mereka berteriak, "LEMPAR LAGI CEPETAN!" Kondisi kembali ramai dengan suara pecahan kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun