Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu...

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat Jakob Oetama

1 April 2014   12:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah seorang wartawan senior yang saya kagumi adalah Julius Pour dari Kompas. Ia amat mencintai profesinya sehingga setiap berita ataupun feature yang ditulisnya seolah memilih roh.

Saya memiliki hampir semua buku yang pernah ditulisnya. Termasuk buku biografi Jenderal Benny Moerdani, Laksamana Soedomo, dan Letkol Ignatius Slamet Rijadi (gugur saat pemberontakan Republik Maluku Selatan pada 1950).

Julius termasuk wartawan yang produktif menulis buku. Kebanyakan buku-bukunya bertema sejarah. Sebagai koresponden daerah, saya banyak belajar dari gaya tulisan feature para jurnalis kawakan seperti Bambang I. Soedono (eks Matra, kini pemred majalah Greenlife Inspiration), Triyanto Triwikromo (redaktur Suara Merdeka, sastrawan), Bahari (redaktur Jawa Pos), dan Julius (Kompas-Gramedia).

Saat menghadiri peresmian Manajemen Penulis Indonesia (MPI) di Surabaya pada Ahad, 30 Maret lalu, pakar sejarah Islam Budi Ashari mengatakan bahwa buku sejarah yang baik adalah yang ditulis berdasar riset dan diperkuat sumber-sumber sahid. Kiranya, kalau bicara buku sejarah di tanah air, karya Julius merupakan referensi yang bisa dipakai. Sebab, buku-bukunya tidak hanya ditulis berdasar data dari pustaka-pustaka yang ada, tetapi juga riset langsung ke pelaku sejarah yang masih hidup.

Namun, ada satu hal yang ingin saya tiru dari Julius. Yakni totalitasnya dalam menulis buku. Ternyata ini tidak lepas dari nasihat Jakob Oetama, pendiri Kompas. Julius terkesan ketika menerima nasihat dari Jakob bahwa buku adalah mahkota bagi wartawan. Jika berita koran harian umurnya tidak terlalu panjang, buku lebih abadi.

Seberapa penting buku? Maxim Gorky punya pandangan tersendiri. ”Seni dan sains adalah dua kekuatan yang berhasil memengaruhi pendidikan manusia. Dan keduanya bertemu dalam buku!”

Surabaya, 1 April 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun