Release Party TeaLinux sudah lama berkumandang, sudah banyak juga orang-orang yang menggunakan Kukicha. tapi saya baru saja sempat menuliskannya setelah sekian lama tersimpan dalam catatan kecil. Kertas ini tampak lusuh dengan sedikit lipatan di beberapa tempat. Setelah kucari-cari akhirnya kutemukan ditumpukan buku di lemari.
Sebelumnya saya mau mengenalkan apa itu kukicha. Agar teman-teman lebih akrab dengan codename yang di buat oleh teman-teman dari Dinus Open Source Community ini. Kukicha adalah bahasa jepang yang memiliki arti ranting teh. Teh ini berasal dari teh hijau, dalam pembuatannya ranting ini juga dicampur bersama dengan batangnya. Kukicha sangat populer dengan rasa dan aroma yang unik, karena memiliki komposisi yang berbeda dengan kebanyakan teh lainnya, wikipedia menyebutkan demikian. Berdasarkan filosofi tersebut dipilihlah Kukicha sebagai Codename.
Kukicha mempunyai distro linux yang bernama TeaLinuxOS. Versi ini merupakan generasi ke 5 dari TeaLinux. “Nikmatnya Sebuah Racikan” membuat TeaLinux mudah di kenal oleh orang lain. Tagline yang menggambarkan bagaimana distro ini dibuat berdasarkan sebuah pemikiran yang matang, dan mendapatkan berbagai dukungan dari berbagai pihak antara lain Jawa Tengah Open Source Center (JOSC), RISTEK, komunitas dunia maya dan UDINUS.
Pemilihan Ubuntu sebagai Bapak dari tealinux juga merupakan pilihan tersendiri, karena tealinux dibuat berorientasikan pemrograman, dikembangkan secara terbuka dan didedikasikan untuk dunia pendidikan. Tujuan yang sangat mulia ini semata-mata untuk mengedukasi masyarakat tentang software Open Source begitu pernyataan dari pak Edy Mulyanto selaku pembina DOSCOM.
“Siapapun yang ingin berpartisipasi dalam pengembangan TeaLinux bisa menghubungi kami di tealinuxos.org” kata mas Wildan dalam release party. “Komunitas ini berlaku untuk umum jadi siapapun yang ingin bergabung dengan DOSCOM akan kami sambut dengan wajah tersenyum.” Lanjutnya.
Sebelumnya sudah ada 4 versi yang berhasil di rilis sejak 2009. Yang pertama adalah Green Tea kemudian Black Tea, lalu White Tea yang semuanya merupakan turunan Ubuntu. Versi keempat memiliki codename Oolong tea yang berbasis Lubuntu.
Saya sangat bangga dengan teman-teman aktivis open source ini karena mereka telah menyediakan banyak waktu untuk memberikan pemahaman pentingnya Open Source bagi indonesia. Bagaimana indonesia bisa maju dengan aplikasi terbuka yang bisa dikembangkan bersama-sama, dan indonesia dapat sejajar sebagai produsen dengan dunia barat. Sukses teman-temanku, semoga segitu juga dengan penerus kita.
Penulis : Wahyu Dwi Pranata
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI