Mohon tunggu...
Harta Sujarwo
Harta Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang

Pembelajar multidimensional yang sedang bermetamorfosa, Pengamat, Peneliti, Kritikus dan Invisible Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setan-Jin, si Genius dan Invisibel dalam Hedonisme

21 Maret 2020   09:28 Diperbarui: 27 April 2020   01:40 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setan -Jin  Si Genius Pembius Rasa

Umumnya orang misunderstanding soal hakekat setan-Jin yang ada di sekitar kita. Kebanyakan dari kita memandang Setan-Jin hanya sebagai sosok imajiner seperti dalam film horor. Seolah adanya di alam ghaib saja. Seolah mereka tidak terlibat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan  penampakannya sebagai sosok misterius  seolah tak bisa dihadirkan di ruang publik. Semua ini akibat kita salah tafsir makna Setan-Jin.

Makna Jin Dari Tinjauan Terminologi


Berdasarkan KBBI, istilah Jin bermakna mahluk halus yang diciptakan dari api. Tapi kamus belum menjelaskan apakah makna “api” disitu bermakna denotatif dan atau konotatif. Sehingga disitulah persoalan salah kaprah itu bermula.

Sedangkan istilah setan dalam KBBI bermakna roh jahat (yang selalu menggoda manusia supaya berlaku jahat). Bahkan, dalam KBBI juga dinyatakan makna setan sebagai orang yang sangat buruk perangainya (suka mengadu domba dan sebagainya).


Makna Jin secara Etimologi


Secara etimologis, kata Jin berasal dari kata janana yang artinya tertutup atau tidak kelihatan. Bisa juga berasal dari kata janna atau ajanna yang artinya menutupi, merahasiakan, atau menyembunyikan. Itulah kenapa Jin tak bisa terlihat secara kasat mata. Karena kerja mereka menutupi, merahasiakan, atau menyembunyikan misi rahasia mereka. Seperti intelijen CIA (AS), M16 (Inggris), GRU (Rusia), DGSE (Prancis), ISI (Pakistan), BND (Jerman), Mossad (Israel), CSIS (Canada), dll.

Jadi dapat dianalogikan Sepertihalnya janin yang tersembunyi dalam rahim (Istilah janin masih satu akar kata dengan jin) juga tak bisa terlihat dengan mata telanjang. Itulah kenapa istilah jannah (yang diterjemahkan sorga) juga tak dapat  dilihat dengan mata kita ini kecuali dengan Kacamata Al-Quran.

Salah satu perangkat Ilmu alat (bahasa) dalam Al-Quran yang perlu dipahami untuk bisa memandang pengertian “Jin” secara objektif, adalah gaya bahasa Al-Quran Mutasyabihaat.

Lazimnya untuk menghidupkan karya sastra, sastrawan menggunakan berbagai jenis majas. Secara garis besar ada 4 klasifikasi, yaitu perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegas. Masing-masing dipecah dalam spesialisasi. Misalnya majas perbandingan terdiri dari metafora, asosiasi, personifkasi, hiperbola, eufemisme, metonimia, simile, alegori, sinekdok, dan simbolik. Begitu juga majas lainnya juga dapat dipecah.

Dalam konteks tersebut, Al-Quran adalah di atas seluruh maha karya sastra dibandingkan ciptaan manusia, sepanjang sejarah. Karena Al-Quran sumber inspirasi tertinggi para sastrawan dunia. Buktinya, sastrawan Arab merumuskan gaya bahasa sastra dengan sebutan Al-Balaghah atau Ilmu Bayan yang diantaranya membahas tentang Tasybih. Istilah Tasybih ini masih satu akar kata dengan istilah Mutasyabihaat.


Berdasarkan tinjauan di atas, dapat kita buktikan cara Allah menjelaskan istilah “Jin” pun sering menggunakan gaya bahasa sastra atau majas atau Mutasyabihat atau Tasbih.

Sehingga eksistensi Jin dapat diilustrasikan seperihalnya janin sebagai mahluk yang tersembunyi dan belum menentu apakah janin itu akhirnya baik dan atau buruk. Sepertihalnya ujung api, juga belum menentu apakah ujung api itu dipergunakan untuk kebaikan dan atau kejahatan.


Artinya istilah Jin ini awalnya masih netral sepertihalnya manusia pubertas .  Atau masih hampa budaya.  Menjadi tidak netral ketika setelah baligh. Ketika alternatif nilai-nilai Haq dan bathil tersampaikan. 

Beranjak dari itulah Jin dan manusia memilih satu kesadaran. Jadi Jin dan manusia berpotensi sebagai hamba atas kedua alternatif kesadaran itu. Apakah selanjutnya jadi kesadarannya menjadi  hamba Allah dan atau hamba setan.

Begitulah Jin yang berasal dari rumusan  ujung api atau lidah api sebagaimana tersurat dengan indah dalam ungkapan di QS 55:15. 

Faktanya ujung api memang paling panas. Begitu gambaran energi atau kekuasaan yang paling tinggi juga adanya di Top Management dan yang paling panas.


Jin Sebagai Kaum Elit Dalam Piramida Sosial


Dari tinjauan stratifikasi sosial, golongan Jin adalah istilah Al-Quran untuk menyebutkan suatu golongan elit.  Kemudian disimbolkan Al Qur'an sebagai bangsa Jibal atau sejenis bukit. Kuantitasnya walau segelintir tapi sangat menentukan dominasi jalannya kebudayaan dan peradaban manusia.

Siapa yang merancang lidah api emas pada tugu Monas?, siapa yang merancang bundaran HI, siapa yang merancang sistem pendidikan sekolah?, siapa yang merancang sistem peradilan, perekonomian, politik dan ideologi di Indonesia?, Dll. Apakah kaum elit atau kaum marjinal?.  Apakah pendukung Freemason, Illuminati, Zionis, Satanic sebagai organisasi rahasia dan atau pendukung penduduk pribumi?

Itu sebabnya dalam QS Al-Hijr:27 disebut juga bahwa Jin itu berasal dari api yang sangat panas. Itulah kenapa Iblis adalah wujud dari sangat panasnya arogansi dan kedengkian serta dendam. Ingat juga, Iblis yang mengaku begitu bangganya tercipta dari (kalangan) Nar.  Ingat juga, ada Malaikat yang menjadi ashaban-Naar (Al-Muddasir: 31). 

Tidak heran, Iblis inilah nenek moyangnya Jin (sebagaimana dalam tafsir Al Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793). 

Yang dimaksud kalangan Nar ini adalah kalangan sebangsa sistem Piramida sosial yang bersifat destruktif yang selalu menyertai langkah manusia yang enggan memperjuangkan kehidupan Jannah.

Dalam Al-Quran disebutkan terkait dengan Jin Qarin yang fungsinya menyertai manusia yang ingin menyesatkan diri manusia itu sendiri, sehingga Jin Qarin menyertai kesesatan yang dikehendaki manusia itu secara sadar atau tidak (QS 50:27). Ini seperti hukum permintaan dan penawaran sebagai dua kekuatan yang secara bersamaan menggerakkan perekonomian.


Persamaan Dan Perbedaan Kedudukan Jin dan Insan


Sesama ciptaan Allah. Manusia dan Jin sama-sama berpotensi menjadi baik dan atau buruk. Bedanya, Jin berasal dari kalangan yang berenergi (Powerfull). Sedangkan insan berasal dari kalangan yang lemah (dhuafa). Faktanya ada juga Jin, si manusia jenius yang shalih  dan atau menyimpang (QS: Al-Jinn: 11 dan 14). Begitu juga manusia biasa.


Sebagaimana gambaran kaum elit, posisinya di atas Piramida sosial, pantas saja dia dapat mengamati segala sesuatu yang ada  di bawah. Sedangkan kaum dhuafa yang dibawah tak mampu melihat kekuatan pola pikir kaum elit. Karena kelemahan pikiran kaum dhuafa yang sudah didesain. 

Maka jangan biarkan pikiran kita diperlemah. Ingat guys.., mukmin yang kuat lebih Allah cintai dari pada mukmin yang lemah. Terutama kekuatan pikiran, ucapan dan sikap dalam membentengi sihirnya !.

..Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (Al-A'raf 7:27). 

Maka Jin itu selain sebagai mahluk imajiner (ghaib), juga ternyata sebagai mahluk riil (syahadah). Dalam hal ini Allah mengilmui perihal yang abstrak dan yang realita sebagaimana dalam Surat 59:22. 

Sebagai mahluk imajiner, Jin berupa Mahluk 3 dimensi dari semua motifasi duniawi yang tersembunyi terkait atas perut, perut dan bawah perut. Sedangkan sebagai mahluk riil, Jin sebagai tempat bergantung manusia pada ambisi yang bersifat hedon. Misalnya: lawan jenis, keturunan/anak buah., transportasi, pertanian, peternakan, dll (QS 3:14).


Manusia Bergantung Pada Dimensi Jin?


Selama ini tanpa disadari, umumnya manusia telah bergantung pada hasil karya (dimensi) Jin. Karena tidak tahu, otomatis tidak tergantung pada (dimensi) Malaikat yang Allah utus untuk merisalahkan aturan Allah. Kita lebih gelisah jika kehilangan android. Tapi kita malah santai jika tak tahu isi Al-Kitab. Dalil berikut, bukti kebanyakan manusia bergantung pada dimensi Jin.


dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara (golongan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan
. (Al-Jin 72:6).


Begitu halusnya cara kerja Jin, sampai-sampai mata kita terbatas untuk melihatnya. Bahkan diantara kita menyangka golongan Jin ini adanya di dunia lain. Sampai ada yang bilang takhyul. Padahal istilah "Jin" itu ada datanya dalam Al Qur'an. Hanya penafsirannya saja diselewengkan kearah mistis atau klenik atau mitos.

Padahal “mahluk halus” itu sebenarnya memiliki keahlian dalam menghasilkan karya dengan seni dan teknologi duniawi yang tinggi. Yaitu yang bermutu ditinjau dari kehalusan, keindahan dan lain sebagainya dalam kaitannya dengan sifat-sifat luar biasa dalam duniawi atau dalam pandangan subyektif manusia. Bukan sifat sifat primitif. Sebaliknya dimensi Malaikat dengan Al Kitab dengan 600 dimensi di atas segala yang manusia pikirkan. Kenapa pikiran manusia jadi dangkal begini?.

Semua Bermula Dari Pergeseran Istilah Al-Quran


Perhatikan hubungan kosa kata antara Jin dan Engine. Ada persamaan bunyi atau pronunciation.  Akibat pergeseran istilah dari Jin jadi engine. Tapi makna masih terkait. Terminologi engine biasa digunakan sebagai sumber tenaga atau penggerak utama (prime power) pada  machine, genset, kapal (marine vessel) ataupun berbagai macam peralatan industri.


Jadi engine ini berdasarkan definisi ahli, adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk merubah energi panas yang dimiliki oleh bahan bakar menjadi energi gerak. Disiplin ilmunya disebut Engineering dan pelakunya disebut Engineur. Kaitkan juga istilah Jin dengan Genius. Semua itu terkait dengan Jin yang memiliki kemampuan 3 dimensi?.

Sayangnya istilah Jin dikaitkan dengan ide horor yang berbau mistis dan menyeramkan. Selama ini idak jelas pangkal dan ujungnya karena dikisahkan dari mulut ke mulut, waris-mewarisi dan ada yang dibukukan bahkan difilmkan. Bagaimanapun dia  dijadikan alat yang mampu mengubah energi mistis  menjadi energi gerak klenik bagi yang berminat pada hal-hal demikian. Dari mana ide tersebut?.


Animisme Dan Dinamisme Berdimensi Jin


Kepercayaan ide animisme berlaku sejak zaman primitif. Kepercayaan animisme (dari bahasa latin anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh yang mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia. malah dianggap bisa membantu mereka dari roh jahat dalam kehidupan seharian mereka.

Keyakinan purba itu lah sebenarnya selama berabad-abad sebagai salah satu mahluk halus yang pernah menyusup  membius dan merasuk dalam kesadaran kita. Bahkan masih mengendap dan melemahkan pikiran  bawah sadar kita. Akibatnya, sekarang banyak diantara kita yang tidak sadar siapa kawan dan lawan sebenarnya dalam kehidupan ini. 

Ingat, Setan dari kalangan jin dan manusia itu adalah musuh yang nyata dari para nabi dan mukmin. Bahkan musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Karena dalam nafsu pada dirinya sendiri dimana Setan bersemayam selalu membisikkan perintah jahat dengan melalui media publikasi.

Keyakinan atas mitos dan modus jahat serta apriori menjadi roh budaya dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia?. 

Bahkan jauh sebelum masuknya Hindu, Budha dan Islam serta kristen. Sampai sekarang masih terdapat 7.5 juta orang Dayak yang menganut Animisme di Kalimantan Barat. 

Disamping Animisme, Dinamisme juga  berasal dari bahasa Yunani. Dunamos yang artinya daya, kekuatan atau kekuasaan. Jadi kepercayaan dinamisme adalah meyakini ada kekuatan mistis pada benda-benda tertentu. Misalnya pemujaan pada batu besar, jimat, keris atau senjata,  api juga pohon.


Mahluk Halus Zaman Modern.

Sedangkan untuk zaman modern, ide yang sebenarnya  jadi makhluk halus itu tidak berbau mistis tapi berbau naturalisme. Yaitu liberalisme, komunisme, kapitalisme, feodalisme, neokolonialisme, imperialisme, Revolusi industri dll. 

Tidakkah kesemuanya adalah sejenis roh jahat karena semangatnya nyata menjadikannya sebagai alat menindas, mengancam, dan merusak setiap sendi kehidupan manusia. Itulah Setan sebagai musuh yang nyata.

Setan itu bisa dari kalangan Jin dan dari kalangan Manusia. Sebagaimana Allah menegaskan:


Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)." (QS. Al-Anam: 112).

Jadi bicara setan sebenarnya adalah bicara perkataan dan kelakuan yang buruk. Dia bersemayam dalam nafsu duniawi kita. Mengalir dalam peredaran darah kita. Bisa merasuki alam pikiran, ucapan dan perbuatan kaum elit dan dhuafa. Berikut kelakuan setan dari kalangan Jin dalam organisasi rahasia:

..maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
(QS Luqman: 33). 

Buruknya kelakuan setan itu adalah mengadu domba atau menghasut (QS An-Naas: 4-5). Sebagaimana hubungan nabi Yusuf dan saudaranya rusak karena setan (QS 12:100)
Tidak itu saja, Setan juga menakut-nakuti dengan kemiskinan sehingga memerintah manusia menurut kehidupan keji.  (QS 2: 268). 

Sifat setan lainnya yang melekat pada manusia adalah takabur yang membangga-bagakan asal usulnya (QS 7:12). Sifat setan lainnya adalah keras kepala dalam menjerumuskan manusia dengan berbagai cara. (QS 7:16-17).   Kemudian mungkir janji (QS Al-Anfal: 48).  

Maka perlu upaya demitologi pemikiran Islam agar pikiran kita bersih dari mitos yang menyesatkan. Sehingga jelas dalam mendudukkan manusia dan Jin pada tempatnya.

Dimana Jin sebagai mahluk gaya selalu menjadi pusat gaya hidup manusia seumumnya. Dan setan yang selalu menjerumuskan massal manusia dan Jin ke dalam  sistem kehidupan Jahannam. Sebagaimana tersurat pada surat 7:179. Karena manusia punya  qalbu, mata dan telinga tidak difungsikan untuk memahami Al Quran. Akhirnya manusia bahkan dapat lebih menyimpang dari hewan piaraan.

******Mohon kritik dan saran!. Terimakasih.

Wawasan berbeda dalam konteks yang sama, ada disini https://verahumas.home.blog/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun