Mohon tunggu...
adi pranata
adi pranata Mohon Tunggu... Akuntan - Pranata

hanya pemulung kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

74 Tahun, di Mana Sistem Pendidikan Kita?

15 Agustus 2019   17:51 Diperbarui: 15 Agustus 2019   17:59 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah 74 tahun Indonesia merdeka, bagaimana wajah dunia pendidikan kita? masih ingat dulu kakek pernah bercerita ke saya, dijaman nya dulu dia pernah diminta menjadi guru di malaysia. Karena negara Malaysia saat itu kekurangan tenaga pengajar, dan pendidikan Indonesia saat itu dianggap paling maju di ASEAN. Cerita bagaimana dunia pendidikan kita pada jamannya pernah luar biasa, lalu bagaimana sekarang? 

dari pergantian kurikulum yang seakan coba-coba berhadiah,Buku pelajaran yang tidak update bertahun tahun, aturan ujian yang tiap tahun berbeda-beda, cara menilai siswa yang standarnya gabeng, orientasi pendidikan hanya pada nilai, dan sampai saat ini adalah sistem zonasi. itu mungkin bisa mencerminkan sistem pendidikan Indonesia yang carut marut. 

yang terhormat Presiden Jokowi, misi pemerintahan anda saat ini adalah menuju Indonesia yang maju secara SDM, tapi apakah pendidikan sudah menjadi prioritas anda? dengan 20% dana APBN harusnya pendidikan Indonesia sudah melaju bak roket.  Tapi apa? mana hasilnya? 74 tahun Indonesia merdeka. 

Saya masih ingat saat SD, kita belajar pelajaran yang kadang anak SD sendiri belum mengerti tentang itu, bahkan di kelas V SD kita sudah belajar Matematika yang cukup untuk menghitung membuat nuklir mungkin hahaha... Bermacam-macam pelajaran sudah kita cicipi sejak bangku SD, Matematika, IPA,IPS, agama, bahasa Indonesia dll. Pikirkan saja bagaimana saat anak SD kelas V sudah diajarkan bagaimana sejarah politik, pantes saja banyak orang kita cita-citanya bukan jadi pengusaha melainkan jadi politikus karena sejak kecil sudah di didik di sekolah tentang perpolitikan. Jangan iri kalau orang keturunan cina biasanya jadi pengusaha, karena sejak kecil mereka diajarkan bagaimana bedagang. hehehe... 

menurut saya kenapa banyak pejabat kita sekarang suka saling berhantam atau saling sindir, karena masa kecilnya mereka tidak pernah bermain sehingga saat besar mereka bermain dengan cara berhantam. jika melihat masa pendidikan dasar dulu, pergi kesekolah adalah hal bodoh yang dilakukan, kenapa?karena selam 6 tahun belajar di bangku sekolah saya hanya menggunakan 20% dari yang saya pelajari di SD untuk kehidupan sehari-hari, misalnya penambaha, pengurangan dan bahasa Indonesia. wao!! 80% tidak berguna? terus apa gunanya sekolah SD? 

74 Tahun Indonesia merdeka, mari pak Presiden pikirkan, andai besok memilih menteri pilihlah menteri dengan visi membangun pendidikan sejak dini, membangun sistem pendidikan dasar yang tepat. Anak SD masih polos dan lugu, isilah mereka dengan motivasi mimpi untuk tumbuh mereka kedepan, jangan diisi dengan sampah. Sudah layaknya guru-guru SD disekolahkan kembali, sekolah motivasi, dimana mereka akan mengisi gelas kosong anak bangsa ini dengan mimpi-mimpi yang tinggi yang harus mereka kejar. 

setelah SD menuju SMP, disini dengan celana biru, sudah mulai dengan hal-hal yang lebih selangkah dari apa yang didapat di SD, ingat waktu SMP dicekokin dengan pelajaran yang diluar pemahaman kehidupan secara langsung, seperti fisika, menghitung gaya, tekanan dll.  Kemudian Biologi melihat bentuk dan pencernaan hewan dll, Matematika yang semakin diluar pemakaian, misal menghitung x itu berapa? ayo yang sekarang menerapkan matematika itu dalam kehidupan sehari-hari siapa? kalaupun perlu sekarang sudah ada kalkulator. pelajaran di bangku SMP selama 3 tahun saya rasa hanya 30% digunakan saat ini, lalu sisa nya kemana? untuk apa pelajaran ini. buang-buang waktu saja. 

SMP adalah masa anak mencari jati dirinya, mereka butuh sahabat berbicara bukan guru yang mendikte, mereka butuh pendengar bukan mereka yang harus mendenggarkan ocehan guru. Mereka sedang tumbuh menjadi manusia dewasa, disini peran guru mengarahkan, dibanding hanya mengajarkan hal yang sebenernya sudah bisa dikerjakan dengan kecangihan teknologi saat ini, kenapa kita tidak mencoba mendidik mereka dengan mengarahkan mereka. 

Ayo ingat kapan mulai cinta monyet? saat SMP kita mulai cinta monyet, disini peran guru mengajarkan apa itu kehidupan dewasa nantinya, bagaimana harus mengasihi orang, dengan begitu saat nanti mereka besar mereka akan menghargai pasangan nya, gak ada praktik poligami. Mengarakan disini banyak hal kita bisa tanamkan untuk mereka, Guru harus belajar bagaimana mengarahkan muritnya menjadi manusia yang bertanggung jawab. 

setelah SMP kita menuju tingkat berikutnya yaitu SMA, disini kita sudah masuk area dewasa, saat di SMA kita sudah diangap mampu mengambil keputusan sendiri, makanya disini peran guru hanya 25% sisanya kira berikan ke siswa untuk memilih. sayang nya di Indonesia belum, masih ingat masa SMA kita? selain tuntutan pelajaran yang berat juga kita dicekoki tentang cara disiplin dengan ketakutan sanksi. 

Bagi yang tidak displin maka akan kena sanksi, kalau tidak sedang diawasi cenderung anak-anak SMA akan melangar karena rasa ingin tau mereka yang besar, jadi mereka berusaha mencuri curi moment untuk melangar atura yang ada. Kenakalan remaja, seharusnya bisa di hindari jika kita memberikan pengalaman dan pemahaman tentang apa yang tidak sesuai norma dan aturan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun