Mohon tunggu...
Pramono Kusumastoto
Pramono Kusumastoto Mohon Tunggu... Guru - @pramonoksmstt

Composer | Praktisi Musik | Pendidik Seni | Pengajar Musik Klasik

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Musik, Bunyi yang Matematis

10 Maret 2021   00:34 Diperbarui: 11 Maret 2021   03:45 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi peralatan musik. (sumber: pixabay.com/Hansuan_Fabregas)

Akan tetapi, jika not-not tersebut dimainkan dalam sukat atau tanda birama yang berbeda, maka nilai ketuknya pun akan berubah. 

Sebagai contoh not setengah akan bernilai satu ketuk jika dimainkan pada sukat 2/2 atau 3/2, not seperempat akan bernilai dua ketuk jika dimainkan pada sukat 6/8, 9/8, atau 12/8, itu artinya ada operasi matematika dalam penentuan nilai ketuk tadi. 

Sukat atau tanda birama memiliki peran penting dalam penentuan nilai ketuk dari masing-masing not pada sebuah notasi. Berbeda sukatnya, berbeda pula nilai ketuk dan juga temponya.

Dalam sebuah proses musikal, seorang musikus mensinergikan otak kanan dan otak kiri agar terjadi keseimbangan momentum antara not yang satu dengan not yang lain dalam penentuan maupun penyusunan intervalnya. 

Otak kanan dan otak kiri saling menjalankan fungsinya sehingga musik yang tercipta menghasilkan harmoni yang semestinya. 

Enak itu yang diharapkan, meskipun enak dan tidak enak ada pada subjektivitas masing-masing pendengar, sementara objektivitasnya ada pada skema matematis serta unsur-unsur pembentuk harmoninya.

Matematika dalam konteks skema matematis musik tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Meskipun hubungannya terksesan jauh, matematika dan musik memiliki korelasi yang erat membentuk kesatuan-kesatuan organik. 

Matematika dengan kemampuan logikanya, musik dengan kecenderungan intuisinya. Kerumitan-kerumitan matematika ternyata ada di dalam musik, terbalut estetika-estetika sehingga yang tampak dari musik hanya esensi utamanya saja yaitu bunyi. 

Bunyi sebagai esensi musik jika sudah diberi sentuhan ritme (minimal), maka akan menjadi bunyi yang selain estetis juga matematis.

Matematisnya bunyi inilah “musik”, yang dengan khazanahnya mampu masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia dengan berbagai cara dan bahasa tanpa terkecuali, tidak hanya bahasa sastra dan bahasa tulisan lain yang tidak bisa dibahasakan dengan kata namun juga bahasa matematika yang berupa angka-angka dan formula-formula. Musik mampu membahasakan matematika dalam entitas seni. 

Music is Universal Language, hampir semua hal yang ada di dunia ini bisa dibahasakan dengan musik dari bentuk yang paling sederhana hingga bentuk yang paling rumit sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun