Tidak asing bagi pembaca novel Haruki Murakami, kalau cerita yang dibawakan sangat kompleks—njelimet—dengan berbagai teori dan teka-teki yang tidak terjawab.
Menurut saya, Haruki Murakami memang (sepertinya, selalu) sengaja memberi "pertanyaan" tanpa menghadirkan jawaban yang gamblang. Beliau ingin pembacanya menafsirkan sendiri:Â apa jawaban dari alur dan kejadian aneh ini?
Pertama saya membaca Colorless Tsukuru (Tsukuru Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya), rasanya cukup aneh karena membingungkan, gak jelas, dan menggantung. Anehnya, setidaknya bagi saya, aliran magic surrealism beliau bukan hanya sekedar tulisan, tapi juga "pengaruh" kepada keinginan saya untuk terus membalik halaman dan menghabiskan cerita nyelenehnya. Tanpa sadar, saya suka dan menikmati tulisan Murakami sensei.
Awalnya, saya skeptis dengan Kafka on The Shore.
Sebab premis dari penokohan Kafka Tamura ini bukan cuma remaja rebel yang mau kabur dari rumah, tetapi alasan yang cukup vulgar. Ayah Kafka mendoktrin bahwa suatu saat, Kafka akan berhubungan intim dengan ibu dan kakak perempuannya. Kafka kecil awalnya tidak paham, karena kata yang dipakai adalah "sleep together", tapi lama-lama dia mengerti maksud ayahnya.
Tentu saja saya sedikit "jijik" dengan ide penulisan ini. Apalagi incest adalah tindakan yang sangat salah dari segi kesehatan hingga agama.
Namun, saya penasaran. Mungkin sedikit bias karena saya suka karya Haruki Murakami—meskipun sempat kecewa dengan trilogi 1Q84.
Perkembangan karakter para tokoh
Seperti kebanyakan protagonis dalam novel Haruki Murakami, Kafka Tamura dan Nakata ini punya sifat yang serupa, yakni mengalir saja seperti air, luntang-lantung biarkan takdir menghampirinya.
Bagi saya, tokoh-tokoh pendukung adalah "warna" yang menghidupkan si tokoh utama. Dalam perjalanan Kafka, dia ditemani seorang anak laki-laki bernama Crow (burung gagak) yang rupanya semacam alter ego. Crow sering membisikkan kalimat pada Kafka, yang saya pikir lebih seperti buah pemikiran Kafka sendiri yang lebih frontal dan jujur.
Lalu Kafka bertemu dengan Sakura saat naik bis. Mereka mengobrol seru meskipun baru saling kenal, hingga Kafka berpikir—mungkin—Sakura adalah kakak perempuannya yang hilang.
Perjalanan panjang Kafka membawanya ke sebuah perpustakaan kecil, Komura Memorial Library, di Takamatsu. Setiap hari dia pergi ke sana menghabiskan waktu untuk membaca, karena dia gak tahu harus melakukan apa lagi selain makan dan workout. Lalu, Oshima—resepsionis perpustakaan—berbaik hati menawarkannya tempat tinggal di perpustakaan. Ini karena Oshima bisa "melihat" kalau Kafka adalah remaja yang kabur karena selalu membawa tas ransel besar kemana-mana.