Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tangan Kanan Memberi, (Haruskah) Tangan Kiri Selfie?

27 April 2022   14:12 Diperbarui: 27 April 2022   14:16 2761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sedekah - Sumber: amp.kompas.com

"Ibadah bukan hanya yang bersifat vertikal saja, namun juga yang bersifat horizontal tidak boleh ketinggalan. Salah satu ibadah yang bersifat horizontal dan jelas memberikan manfaat yang nyata adalah bersedekah."

Mencoba mengedukasi diri dan merasakan apa yang dirasakan orang yang sedang kesusahan. Contoh saja mencoba merasakan bagaimana perjuangan orang yang tidak memiliki uang dan bahkan tidak bisa makan hanya untuk sekedar menyambung hidup di setiap hari yang dilaluinya. Hal ini menjadi sebuah pemantik yang nyata untuk menggerakkan hati nurani. Melihat saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita, akankah hanya diam saja? Rasanya perlu untuk menyadari bahwasannya mereka butuh aksi nyata kita, mereka butuh uluran tangan kita. Ragam pilihan bisa kita berikan untuk membantu mengurangi beban hidup yang mereka alami. Namun semua harus didasari dengan niat ibadah, kerelaan hati, dan tulus ikhlas tanpa pamrih dalam memberi. Jika hal ini dapat dilaksanakan, kebahagiaan dan kedamaian akan tercipta dalam diri.

Ketika tangan kanan memberi dan tangan yang lain menerima akan muncul senyum merekah yang menentramkan jiwa. Senyum penuh makna telihat jelas di raut wajah, tersirat ungkapan syukur begitu nyata. Wujud warna warni hidup yang begitu nyata. Harta yang kita miliki seyogyanya bukanlah sepenuhnya milik kita, ada hak orang lain di dalamnya yang harus disampaikan dengan cara yang baik pula dan di dalam agama segala sesuatunya telah diatur sedemikian rupa. Amalan sedekah merupakan amalan yang begitu indah, ibadah yang bersifat horizontal tentang bagaimana menjadi manusia yang mampu memanusiakan manusia lainnya. Ketika bersedekah pun rasanya tidak sembarang dalam memberi, ada adab yang harus dikedepankan.

Jangan Sampai Terjebak Ujub, Riya, dan Mengungkit-ungkit Kebaikan dalam Bersedekah

"Dalam bersedekah tidak boleh sembarangan, ada adab yang harus dikedepankan."

Ketika melakukan amalan sebenarnya dalam diri kita pun juga dalam sebuah ujian. Melaksanakan amalan bersedekah misalnya, sebagai manusia yang lemah dan tempatnya khilaf terkadang muncul rasa ujub (sombong atau merasa bangga atas amalan yang diperbuatnya) hingga riya' (pamer). Nah, ini merupakan ujian yang nyata bagi seseorang yang akan melakukan ibadah sekalipun. Ketika memilki kemampuan untuk memberi dalam bentuk uang, makanan, atau bantuan lainnya perlu kembali merenungkan niat apa yang menggerakkan untuk melakukan itu semua. Apakah murni wujud ibadah dan membantu sesama atau malah sebaliknya, berharap balasan tertentu hingga pamer kebaikan? Meluruskan niat begitu penting di sini agar tidak terjebak dalam hal negatif misalnya ujub dan riya' yang mana malah merusak nilai ibadah yang dilakukan.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya' (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasanya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu licin itu lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memeberi petunjuk kepada orang-orang kafir - Q.S. Al-Baqarah : 264."

Sedih rasanya jika amalan sedekah kita sia-sia karena kesalahan hati kita yang terjebak dalam ujub dan riya'. Sebuah penyeselan yang terkadang membuat manusia terlena. Ketika bersedekah kita pun perlu menjaga perasaan orang yang diberi. Jangan sampai saat bersedekah kita mempermalukan penerima itu sendiri dengan berfoto selfie atau sejenisnya dan menyebarluaskan melalui media sosial. Bukankah hal ini sungguh sangat menyakitkan. Lalu akan lebih menyakitkan lagi jika mengungkit-ungkit kebaikan yang telah kita perbuat kepada mereka yang telah kita bantu. Rasanya jika hal ini terjadi jelas tidak sesuai dengan makna ikhlas yang harus dikedepankan dalam bersedekah. Berangkat dari Q.S. Al Baqarah ayat 264 sebagai pedoman dalam bersedekah. Perlu kehati-hatian dalam mengkontrol hati agar tetap dalam trek yang benar dalam bertingkah laku dalam hal ini adalah bersedekah. 

Sedekah adalah amalan yang sangat baik dan juga kebermanfaatan yang dirasakan begitu nyata. Berbagi dengan apa yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan akan semakin meningkatkan persatuan dan kebersamaan di dalamnya. Namun sebagai manusia yang lemah dan tempatnya khilaf, perlu kehati-hatian dalam mengontrol hati agar tidak terjebak dalam sifat-sifat negarif seperti ujub, riya', dan mengungkit-ungkit kebaikan, apalagi sampai menyebarluaskan dan membuat penerima sedekah itu merasa malu dan tidak berkenan hatinya. Hal ini jelas akan merusak pahala ibadah itu sendiri. Wallahu'alam Bisshawaab. (prp)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun