Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rotan Pak Guru

30 November 2021   09:03 Diperbarui: 30 November 2021   09:06 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cetar...cetar....cetaaaaar!" Suara rotan itu begitu menakutkan kala itu. Ya, sebuah suara rotan Pak Guru yang membekas dan tak akan hilang dalam memori masa kecil.

Sekedar berbagi sebuah pengalaman yang begitu berkesan di hati. Mengapa? Pendidikan adalah sebuah proses pendewasaan yang begitu nyata. Bermula dari ketidaktahuan hingga pada akhirnya dapat menemukan sebuah cahaya sinar harapan tentang masa depan dan tentang bagaimana menjalani hidup di dalam trek yang benar dan tentunya penuh keberkahan. 

Adalah sosok guru yang berperan penting dalam hidup. Berjumpa dengannya sungguh anugerah terindah, bak diselamatkan ketika hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Kehadirannya sungguh menjadi pelita dalam kegelapan. 

Pendidikan yang saya terima selama duduk di bangku sekolah dasar begitu berkesan. Ini adalah momen tepat untuk saya berbagi sebuah kisah dan pengalaman berkesan dalam hidup saya. Saya bersekolah di sebuah sekolah swasta di Kota Ungaran, sebuah kota kecil di sebelah selatan ibukota Jawa Tengah, yakni Kota Semarang. Enam tahun lamanya saya menempuh pendidikan di sekolah tersebut. 

Banyak kisah yang tercipta selama itu, bagaimana berinteraksi dengan teman-teman dan juga bagaimana ketika berinterakis dengan Bapak dan Ibu Guru. Bukan hanya mempelajari mata pelajaran umum namun juga soal agama, dan karakter.

Selama bersekolah di sana, awalnya saya begitu benci dengan guru-guru saya yang terkesan sangat galak. Bayangkan saja ketika terlambat sekolah, pasti beliau pasang wajah yang cukup membuat saya gemetaran dan serasa ingin kencing di celana. 

Lalu, ketika terlambat setor hapalan atau bercanda saat membaca ayat-ayat suci, beliau pun tak segan-segan memukul lenganku dengan rotan yang selalu beliau bawa setiap kali mengajar. Hal ini sungguh membuat saya enggan dan malas untuk masuk kelas. 

Di sisi lain jikalau harus 'wadul' kepada orang tua semakin berpotensi memunculkan masalah lagi. Mengapa? Sudah pasti bakal diomelin sejadinya dan dinasehati seperti ini, "Hormati Bapak dan Ibu Guru, kalau kamu dibegitukan artinya kamu buat kesalahan, ayo perbaiki sikapmu!" Momen itu jelas akan menjadi sebuah bahan perenungan diri, "Kenapa ya aku begini?"

"Meski Pak Guru bersama rotannya selalu memberikan rasa takut yang begitu nyata, namun Pak Guru selalu berhasil pula membuat saya merasa nyaman dan dihargai. Pelukannya sungguh mampu meredakan dan mematahkan semua anggapan buruk tentangnya."

Rekaman Nasihat-nasihat Pak Guru Lekat Terekam di Dalam Jiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun