Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Karate Olimpiade Tokyo 2020, Kekecewaan Tareg Hamedi dan Ryutaro Araga Penyelamat Wajah Jepang

7 Agustus 2021   22:02 Diperbarui: 7 Agustus 2021   22:04 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tareg Hamedi (Merah) Ketika Berhadapan dengan Sajad Ganjzadeh (Biru) di Partai Final Kumite +75kg - Sumber : olympics.com

"Karate sudah bukan milik Jepang lagi. Hasil dari Olimpiade Tokyo 2020 ini secara kentara membuktikan bahwa kekuatan karate saat ini benar-benar sudah sangat merata."

Setelah gagal mengawinkan gelar juara di nomor kata (seni) di hari pertama dan kedua perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 cabang olahraga karate ditambah lagi tak satupun medali dari nomor kumite (pertarungan) dapat diraih membuat tim karate Jepang berada dalam tekanan yang begitu besar. 

Jepang harus membuktikan tajam tajinya di hari ketiga, Sabtu, 7 Agustus 2021 yang mana masih menyisakan dua nomor atau kelas kumite , yaitu kumite +61kg putri dan kumite +75kg putra. 

Pada kedua nomor tersebut, tercatat dua nama karateka terbaik Jepang, adalah Ayumi Uekusa di sektor putri dan Ryutaro Araga di sektor putra. Keduanya diharapkan mampu menggondol medali di kandang sendiri.

Baca Juga : Jepang Gagal Kawinkan Gelar di Nomor Kata Cabang Olahraga Karate

Karateka Jepang Bertanding Penuh Tekanan

"Bertanding di kandang sendiri, karate merupakan cabang olahraga baru yang dipertandingkan dalam Olimpiade, dan juga merupakan olahraga beladiri asli Jepang, mungkin menjadi alasan begitu beratnya beban yang harus diemban oleh karateka-karateka Jepang yang bertanding dalam Olimpiade Tokyo 2020."

Ayumi Uekusa, karateka yang biasa tampil impresif di beberapa kejuaran resmi World Karate Federation (WKF), kali ini tampil tidak seperti biasanya. Pada babak eliminasi, Ayumi Uekusa berada di pool A bersama Iryna Zaretska (Azerbaijan), Sofya Berultseva (Kazakhstan), Silvia Semeraro (Italia), dan Meltem Hocaoglu Akyol (Turki). 

Pertandingan di pool A benar-benar sangat sengit, semua karateka menampilkan performa terbaiknya demi mencatatkan sejarah. 

Ayumi Uekusa yang digadang-gadang mampu meraih medali, nyatanya harus puas berada di posisi keempat dengan catatan dua kemenangan dan dua kekalahan, raihan ini membuatnya tak dapat melaju ke babak selanjutnya. Ayumi Uekusa harus pulang lebih awal.

"Raihan perunggu dari Ryutaro Araga mampu menjadi penyelamat wajah Jepang di nomor kumite."

Di sektor putra, Ryutaro Araga mampu tampil gemilang pada fase eliminasi. Cederanya Jonathan Horne yang merupakan juara dunia 2018 mengurangi ketatnya persaingan di pool A. 

Ryutaro Araga mampu menyapu bersih seluruh pertandingan di pool A. Ryutaro Araga maju ke babak semifinal. Di babak semifinal ia berjumpa dengan karateka muda penuh talenta berasal dari Saudi Arabia, adalah Tareg Hamedi. 

Namun, tatkala menghadapi Tareg Hamedi, Ryutaro Araga tak dapat bermain cemerlang seperti pada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Ia harus mengakui keperkasaan juara dunia junior 2015, Tareg Hamedi dengan skor 2-0. 

Meski kalah, Ryutaro Araga berhak atas medali perunggu. Raihan ini merupakan penyelamat wajah Jepang di nomor kumite cabang olahraga karate. Total dari cabang olahraga karate, Jepang meraup 1 medali emas, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu.

Kekecewaan Tareg Hamedi

Di sektor putri, Feryal Abdelaziz menjadi yang terbaik di kelas kumite +61kg. Feryal Abdelaziz, karateka asal mesir pada babak final mampu meredam perlawanan Iryna Zaretska, karateka asal Azerbaijan dengan skor 2-0. 

Keseruan terjadi di sektor putra, dimana menyajikan partai final kumite +75kg antara Tareg Hamedi (Saudi Arabia) dengan Sajad Ganjzadeh (Iran). Pertandingan didominasi oleh Tareg Hamedi.

Pada detik kesembilan, ia mampu melayangkan tendangan ke arah kepala Sajad Ganjzadeh sehingga ia mendapatkan ippon (3 poin). Pertandingan berjalan semakin seru.

Masing-masing karateka mencoba untuk menembus pertahanan satu sama lain dengan teknik andalan masing-masing, hingga akhirnya Tareg Hamedi semakin di atas angin tatkala pukulannya mampu mengahsilan yuko (1 poin) sehingga memperbesar keunggulan. Sajad Ganjzadeh tak tinggal diam, ia terus mencoba mencari poin, hingga akhirnya ia mampu mencuri yuko, skor menjadi 4-1.

Pertandingan semakin seru, namun petaka bagi Tareg Hamedi terjadi tatkala Sajad Ganjzadeh melancarkan pukulan secara bersamaan Tareg Hamedi melancarkan tendangan ke arah kepala Sajad Ganjzadeh dengan sangat keras. 

Seketika itu pula Sajad Ganjzadeh jatuh tersungkur. Atas kejadian itu, Tareg Hamedi didiskualifikasi dan medali emas jatuh kepada Sajad Ganjzadeh. Raut wajah kekecewaan Tareg Hamedi tak dapat ia sembunyikan, ia harus merelakan medali emas Olimpiadenya ke tangan karateka Iran. 

Karate sudah bukan milik Jepang lagi, namun milik seluruh dunia. Persaingan sengit yang terjadi dan tak ada lagi dominasi Jepang sebagai negara asal beladiri karate itu sendiri telah menjadi bukti yang nyata. 

Persaingan yang sengit terjadi karena kekuatan perkaratean saat ini sudah sangat merata. Nippon Budokan tempat dimana dihelatnya pertandingan cabang olahraga karate menjadi saksi bisu bahwasannya cabang olahraga karate menyajikan pertandingan menarik dalam Olimpiade Tokyo 2020 kali ini. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun