Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Orangtua Peserta Didik Curhat tentang Pembelajaran Jarak Jauh

24 Mei 2021   08:59 Diperbarui: 25 Mei 2021   07:29 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Semua Orang Tua Dapat Membersamai Anak Ketika PJJ, Sehingga Tak Sedikit yang Mendukung untuk Segera Dilaksanakan PTM - Sumber:Thinkstockphotos via kompas.com

Sudah lebih dari satu tahun lamanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilaksanakan. Peserta didik harus melakukan Belajar Dari Rumah (BDR) dalam waktu yang cukup lama akibat pandemi. Guru pun beradaptasi dengan wujud kreativitas dalam kegiatan pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT). 

Beragam platform pembelajaran secara online dipelajari secepat kilat agar PJJ berjalan dengan optimal. Hal ini bentuk nyata tanggung jawab guru untuk memastikan berjalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. 

Tak hanya guru, peserta didik dan orangtua peserta didik pun juga mempelajarinya agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan optimal. PJJ bagi beberapa daerah dengan akses internet yang baik dapat dilaksanakan dengan baik pula. 

Sebaliknya jika suatu daerah tidak memiliki akses internet yang mumpuni, guru pun akan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. 

Semua sama-sama berjuang untuk belajar, untuk mendapatkan pendidikan. Luar biasa perjuangan guru, peserta didik, dan orangtua peserta didik serta seluruh pihak terkait dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi ini. 

Pelaksanaan PJJ tidak semulus yang dibayangkan. Selalu saja menuai protes dari berbagai macam pihak. Utamanya orangtua peserta didik tak jarang yang melakukan protes untuk bagaimana caranya agar anak-anaknya dapat melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) atau pembelajaran secara offline. 

Bagi yang mendukung PJJ memiliki alasan kuat tersendiri begitu pula bagi yang tidak mendukung PJJ dan menginginkan untuk segera melaksanakan PTM, alasannya pun cukup logis dengan berbagai pertimbangan dan langkah preventif. 

Kedua pihak yang berbeda pendapat tersebut harus ditampung aspirasinya, bagaimanapun juga pendidikan dapat berjalan dengan baik berkat sinergi semua pihak terkait. 

Ketika Informasi Uji Coba PTM Diumumkan 

Pemerintah berupaya keras untuk menekan persebaran Covid-19 di negeri tercinta. Beragam program dan kebijakan pun dicanangkan. Mulai dari vaksinasi hingga himbauan untuk tidak mudik bagi masyarakat ketika Idul Fitri tiba. Hal tersebut menunjukkan tanda-tanda positif. 

Dari sektor pendidikan pun juga mulai bergerak untuk bagaimana caranya melaksanakan kegiatan PTM dengan skema-skema yang telah ditentukan. Tentunya tetap dengan pertimbangan kesehatan dan keselamatan jiwa sebagai prioritas. 

Skema pelaksanaan uji coba PTM pun beragam. Mulai dari pembatasan jumlah peserta didik per kelas hingga penerapan sistem shift dalam pelaksanannya. 

Bagi orangtua yang tidak dapat membersamai anak-anaknya dalam belajar di rumah, tentunya menyambut hal ini dengan sangat gembira. Sudah tidak lagi dipusingkan dengan tugas-tugas sekolah anak yang bejibun. Rasanya plong ketika diumumkan akan dilaksanakannya uji coba PTM, bagaikan angin segar. 

Di tengah kondisi perekonomian keluarga yang pelik, di mana harus bekerja memperbaiki kondisi perekonomian keluarga, di satu sisi harus setia menemani anak dalam belajar. Rasanya sungguh nano-nano. 

Belum lagi kesabaran yang benar-benar diuji ketika membersamai anak. Buktinya nyata terlihat ketika banyak video orangtua yang tak sabar ketika membersamai anaknya dalam belajar, beredar luas dan viral.

Curhat Orang Tua Peserta Didik

"Pak, maaf baju seragam anak saya sudah kekecilan, lalu besok saat sekolah tatap muka bagaimana ya Pak?"

"Bu, maaf anak saya tidak mau potong rambut ketika PJJ, sekarang rambutnya duh panjang sekali."

"Terima kasih Pak akhirnya masuk sekolah juga, saya sedih kalau lihat anak saya seharian hanya bermain game online saja."

"Alhamdulillah, akhirnya masuk sekolah juga, anak saya berat badannya bertambah karena di rumah jarang gerak dan ngemil terus."

Ketika persiapan uji coba PTM pastinya satuan pendidikan atau sekolah akan melakukan koordinasi dengan orangtua peserta didik. Membahas bersama-sama tentang detil bagaimana uji coba PTM itu berlangsung. 

Satu hal yang paling penting adalah persetujuan dari orangtua peserta didik itu sendiri untuk dapat mengikuti kegiatan uji coba PTM. Ketika musyawarah itu berlangsung ada-ada saja kisah dari orangtua tentang bagaimana kelakuan anak-anaknya di rumah selama PJJ. Momen musyawarah malah dijadikan tempat curcol (curhat colongan) orang tua peserta didik dengan pihak sekolah. 

Awalnya sih hanya ingin mengajukan pertanyaan, namun berlanjut dengan sesi curcol. Pastilah memicu tawa dari seluruh orang yang pada kegiatan musyawarah tersebut. 

Namun, tawanya pun juga terbatas tidak dapat terbahak-bahak lepas seperti biasanya, karena semua yang hadir tentunya menggunakan masker yang menutup hidung dan mulutnya. 

"Aduuuuh, Pak! Saya ini bersyukur sekali jika sekolah bisa masuk lagi meski dengan prokes ketat. Saya ini, aduh ampun kalau harus setiap hari nyinauni (membersamai belajar) anak saya belajar online!" keluh salah satu orangtua peserta didik. 

Lalu ada lagi yang curcol demikian, "Anak saya Bu, di rumah itu kerjaannya hanya main HP teruuuus. Saya kira belajar eh ternyata main game online teruuus! Jarang gerak, makannya banyak, negmil terus, berat badannya bertambah dan seragam sekolahnya kekecilan sudah tidak cukup lagi." Sontak saja semua tersenyum dan tertawa melihat kondisi anak-anak atau peserta didik tercinta dalam situasi yang seperti ini. 

Namun pada akhirnya, sebagian besar sangat mendukung terlaksananya uji coba PTM dengan protokol kesehatan yang ketat. Semua pihak bersinergi untuk saling menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa bersama demi akses pendidikan yang lebih baik.

Selalu saja ada pro kontra tentang bagaimana pendidikan di negeri ini berlangsung selama pandemi. Ada yang pro PJJ ada pula yang kontra. Begitu pula ada yang pro PTM ada juga yang kontra dengan berbagai macam alasannya. 

Semua hal yang terjadi harus dimusyawarahkan bersama demi pendidikan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Setidaknya di tengah peliknya kondisi saat ini serta rasa bosan dan khawatir yang menghantui, masih ada kisah-kisah lucu yang mampu melegakan diri dan menghempas rasa cemas serta khawatir di masa pandemi. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun