PENTIGRAF "SEPOTONG RINDU DALAM HUJAN"Â
Oleh:prajuniartiprajuniarti
Derasnya hujan pagi ini membuatku terbangun. Kabut pagi membuat suasana gelap dan sunyi. Perlahan kubuka jendela dan kunikmati nyanyian hujan yang tertawa riang. Kupandangi tetes demi tetes hujan yang membasahi pelataran dan dedaunan. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Dedaunan tampak bergoyang meliukkan badanya penuh gembira seakan terbalas rasa rindunya seiring datangnya hujan.
Apa benar hujan selalu menciptakan kerinduan? Ataukah aku yang sensitif karena masih menunggu bersama harapan yang tak kunjung datang. Tapi aku tetap saja menunggu meski waktu telah berlalu dan hujan selalu datang menghampiri. Aku akan menunggumu karena rasaku telah kau curi dan hatiku kau miliki. Dan pagi ini tepat semusim kebersamaan kita.
Pikiranku sedang melayang ketika tiba-tiba Bik Inah datang dan mengejutkanku. "Maaf Non, ini ada surat buat Non Winda." Aku buka surat bersampul merah muda yang ditujukan kepadanya. Penuh rasa penasaran, surat itu segera kubaca. Bukan main terkejutnya, badanku terasa lunglai dan lemas. Surat pemberitahuan akan pemakamanmu membuatku diam seperti patung. Ternyata ini jawaban hujan yang sudah lama aku tunggu. Ada rasa tak rela tapi aku tak kuasa. Tak ingin menangisi dan menyalahkan takdir, mungkin aku harus menunggumu dalam diam dan sunyi hingga kutemukan bintang yang membuatku tersenyum kembali.
Gresik, 8 Desember 2021