Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengapa Orangtua Perlu Belajar Parenting?

24 Agustus 2022   05:30 Diperbarui: 24 Agustus 2022   12:00 2561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua dan anak (tirachardz/ Freepik)

Apa mau dikata, alih-alih membuat anak berkembang maksimal, semua jadwal ketat dan pengaturan yang dibuat ibunya malah membuat anak jadi kehilangan motivasi dan turun prestasinya karena merasa tertekan.

Nah, ternyata tidak semudah itu, apa yang dianggap baik oleh orangtua tidak selalu baik menurut anak. Di sinilah pentingnya orangtua belajar lebih jauh apa yang namanya parenting.

Apa saja manfaat ikut parenting?

1. Tahu banyak hal terkait tumbuh kembang anak

Anak dari dalam kandungan hingga menjadi dewasa menjalani proses tumbuh dan berkembang. Tumbuh merupakan proses secara fisik yang kasat mata dan dapat diukur secara kuantitatif/angka. Pertumbuhan gigi, bertambah tinggi, adalah contoh pertumbuhan.

Sedangkan berkembang menunjukkan pada kemampuan anak yang tidak terlihat jelas dan tidak bisa diukur dengan kasat mata. Contoh kecerdasan, kemampuan motorik, kemampuan bicara.

Untuk memaksimalkan tumbuh anak, terlebih kembangnya, perlu orangtua memahami apa saja yang bisa dilakukan sebagai stimulasi, pendorong anak mencapai perkembangan maksimal.

2. Menghindari Trial and Error

Jika dalam dunia kerja trial and error dipandang baik, sebagai metode pemecahan masalah yang dilakukan berulang hingga berhasil, tidak demikian halnya dengan mengasuh anak. 

Jika percobaan yang dilakukan salah (baca: tidak sesuai dengan anak) dan  membawa hasil yang buruk, akan sulit dan panjang proses untuk memperbaikinya.

Karena anak terus tumbuh dan berkembang, tahapan tumbuh kembang anak sudah ada standarnya di masing-masing usia. 

Jika mereka ketinggalan, maka yang terjadi adalah efek domino, ketertinggalan itu berlanjut. Ditambah lagi dengan masalah psikis yang muncul sebagai imbas keterlambatan tersebut, maka makin rumitlah "PR" yang dihadapi orangtua.

Contoh sederhana, anak usia lima tahun, sudah bisa menempel stiker dengan rapi, menggunting mengikuti gambar, mewarnai dengan hasil penuh dan rata. Boleh dikatakan mereka sudah pandai mengontrol gerakan tungkai tangan, mengatur genggaman dan gerakan tangan dan jari. Lalu di tahapan selanjutnya mereka siap untuk diajarkan menulis.

Tapi untuk anak yang tidak pernah diajak melatih motorik tangannya, sehingga gerakan tungkai, genggaman dan gerakan tangan kaku akan mengalami kesulitan ketika harus mulai memegang pensil dan menggerakkannya saat belajar menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun