Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Latihan Militer Rusia-China di Laut Jepang: Sinyal bagi Korea Utara Atau Amerika Serikat?

4 Agustus 2025   09:33 Diperbarui: 4 Agustus 2025   09:39 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu pertanyaan yang terus menjadi bahan diskusi adalah apakah sebenarnya militer Tiongkok benar-benar siap untuk terjun dalam konflik berskala besar. Di atas kertas, Tentara Pembebasan Rakyat/People's Liberation Army (PLA) memiliki jumlah personel yang sangat besar, dilengkapi dengan rudal hipersonik, kapal induk, drone canggih, serta kemampuan perang siber yang kompetitif.

Namun, kesiapan tempur riil berbeda dengan parade militer atau simulasi. Menurut analisis militer Barat yang dikutip oleh France24 dan beberapa lembaga think-tank keamanan, PLA masih menghadapi tantangan dalam hal interoperabilitas antar-cabang militer, kepemimpinan yang terdesentralisasi, serta pengalaman tempur nyata. Tidak seperti militer Amerika Serikat yang telah berpartisipasi dalam berbagai konflik selama beberapa dekade, PLA belum pernah diuji dalam perang skala penuh modern. Dalam video yang diunggah di YouTube di bawah oleh The Telegraph, disampaikan ulasan mengenai kemampuan (capability) dan kesiap-siagaan (combat readiness) dari militer China.


Latihan gabungan seperti yang dilakukan bersama Rusia bisa menjadi cara untuk mengatasi kesenjangan ini. Dengan berlatih bersama militer Rusia yang lebih berpengalaman di medan tempur seperti Suriah dan Ukraina, PLA mungkin berharap dapat mempercepat proses modernisasi operasional mereka.

Apa Pesan Strategisnya?

Latihan ini mengirim beberapa pesan strategis. Pertama, kepada Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO): Rusia dan Tiongkok bersatu dalam menghadapi tekanan Barat dan siap berkoordinasi lintas kawasan. Kedua, kepada negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur: kawasan Indo-Pasifik tidak lagi didominasi satu kutub kekuatan.

Selain itu, latihan ini juga memberi sinyal kepada negara-negara netral seperti India dan negara-negara BRICS bahwa dunia sedang memasuki fase bipolaritas baru, dan bahwa keputusan untuk memilih posisi akan menjadi semakin penting.

Sumber/Kredit Foto: China Global South Project
Sumber/Kredit Foto: China Global South Project
Dari sisi Rusia, latihan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak terisolasi meski menghadapi sanksi global. Bagi Tiongkok, ini adalah unjuk gigi bahwa mereka tidak hanya dominan di Asia Timur tetapi juga mampu menjalin aliansi strategis yang setara.

Mengapa Korea Utara Tidak Ikut?

Korea Utara secara geografis dan ideologis sangat dekat dengan Rusia dan Tiongkok. Namun dalam latihan ini, Pyongyang tidak terlihat hadir. Ada beberapa kemungkinan alasan.
Pertama, partisipasi Korea Utara bisa menimbulkan eskalasi tambahan yang sulit dikendalikan.

Keterlibatan Pyongyang sering diasosiasikan dengan tindakan ekstrem seperti uji coba rudal balistik, yang bisa memicu respons dari Korea Selatan dan Jepang. Kedua, latihan ini mungkin dirancang untuk menampilkan kesan profesionalisme militer dan diplomasi strategis, bukan tindakan provokatif membabi-buta.

Terakhir, ada kemungkinan bahwa latihan ini juga merupakan sinyal kepada Pyongyang bahwa meskipun mereka adalah mitra, Tiongkok dan Rusia ingin menjaga kontrol atas eskalasi dan narasi internasional.

Respons Amerika Serikat dan Sekutunya

Respons awal dari Pentagon menyebut bahwa mereka "memantau dengan seksama" latihan tersebut. Jepang dan Korea Selatan menggelar pertemuan darurat keamanan dan memperkuat patroli laut di kawasan sekitar. Pemerintah Jepang menyatakan bahwa latihan tersebut tidak membantu stabilitas kawasan dan memperingatkan Rusia dan Tiongkok untuk tidak melakukan pelanggaran wilayah udara atau maritim mereka.

Sementara itu, dalam konteks global, latihan ini memperburuk ketegangan yang sudah meningkat pasca pengiriman kapal selam nuklir oleh Amerika Serikat ke kawasan Eropa dan Pasifik setelah terjadinya adu mulut saling ancam antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev. Ada kekhawatiran bahwa dunia sedang memasuki fase baru perlombaan kekuatan militer dan diplomasi konfrontatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun