Saya adalah seorang penggemar, jika bukan pecinta, teh. Saya meminum teh setiap hari, walaupun tidak dalam volume yang sama dengan meminum air putih. Tetapi sudah pasti tiada hari tanpa minum teh, bagi saya. Baik panas ataupun dingin, saya suka minum teh. Tetapi saya tidak suka teh manis.
Dari berbagai macam teh yang sudah pernah saya coba (teh dari Indonesia, dari Assam (India), Turki, Inggris, Russia, Tiongkok, dan Jepang), saya paling suka teh Tiongkok, yang beraneka ragam jenisnya, rasanya, cara menikmatinya dan bahkan cara memprosesnya.
Ketika saya berkunjung ke Republik Rakyat China (Tiongkok Daratan) pada bulan April 2018, dan mengunjungi Hangzhou dan kemudian Shanghai, saya dan rombongan berkesempatan mampir ke China National Tea Museum yang juga merupakan pusat  industri teh Longjing di Hangzhou, di mana kami menikmati minum teh Longjing. Saya bahkan membeli berbagai macam teh China tersebut dan juga aneka ragam peralatan minum tehnya yang saya bawa pulang ke Indonesia sebagai souvenirs.
Baca juga: Ramuan Obat Sebagai Rahasia Negara
Teh Longjing, kadang-kadang disebut sebagai teh Sumur Naga (Dragon Well tea), yang terkadang disebut dengan nama terjemahan harfiahnya, adalah jenis teh hijau panggang dari daerah Desa Longjing di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Teh ini sebagian besar diproduksi dengan tangan dan terkenal karena kualitasnya yang tinggi, sehingga mendapat julukan Teh Terkenal Tiongkok.
- teh putih (Baihao Yinzhen),
- teh hijau (Longjing, Biluochun, Lu'an Melon Seed, Huangshan Maofeng),
- teh kuning (Junshan Yinzhen),
- teh Oolong (Wuyi Da Hong Pao, Anxi Tie Guan Yin),
- teh hitam (Keemun) dan
- teh fermentasi (Pu'erh).
Teh putih dan teh kuning hanya memerlukan fermentasi ringan, teh hijau tidak memerlukan fermentasi, teh oolong dan teh hitam hanya memerlukan setengah fermentasi. Hanya Pu'erh yang memerlukan fermentasi penuh.