Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Simfoni Sungai dan Damai di Praha

30 Mei 2025   21:23 Diperbarui: 30 Mei 2025   22:15 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karluv Most, Praha (Dokumentasi Pribadi)

Pada tanggal hari ini, 30 Mei, di tahun 1635, ada peristiwa penting yang terjadi di kota Praha (saat itu ibukota Kerajaan Bohemia, sekarang ibukota Republik Ceko), yang saya kunjungi, terakhir pada awal bulan Juli 2016, bersama seorang sahabat karib yang dulu pernah kuliah S2 bersama di Groningen, Negeri Belanda, 17 tahun sebelumnya.

Perjanjian Perdamaian Praha

Dalam sejarah Eropa yang penuh perang dan perebutan kekuasaan, kota Praha berdiri sebagai saksi bisu dari peristiwa-peristiwa besar yang mengukir sejarah benua itu. Salah satunya adalah Perjanjian Perdamaian Praha yang ditandatangani pada tanggal 30 Mei 1635 (tepat 390 (tiga ratus sembilan puluh tahun) yang lalu), di tengah keganasan Perang Tiga Puluh Tahun yang telah menghancurkan kehidupan jutaan orang.

Perjanjian Perdamaian Praha (Bahasa Ceko: Prazsky mir; Bahasa Jerman: Prager Frieden), merupakan titik balik penting dalam Perang Tiga Puluh Tahun, yang ditandatangani oleh Johann Georg I, Elektor Sachsen, dan Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci, perjanjian tersebut mengakhiri dukungan Sachsen terhadap koalisi anti-Kekaisaran yang dipimpin oleh Swedia.

Perjanjian Perdamaian Praha (Sumber/Kredit Foto: coinsweekly.com)
Perjanjian Perdamaian Praha (Sumber/Kredit Foto: coinsweekly.com)
Negara-negara lain dalam Kekaisaran Romawi Suci kemudian bergabung dalam perjanjian tersebut, dan keluarnya mereka dari perjanjian tersebut merupakan faktor kunci bagi negara Perancis yang beragama Katolik untuk ikut berperang sebagai sekutu Swedia yang Protestan. Meskipun pertempuran berlanjut hingga 1648, secara umum disepakati bahwa Perjanjian Perdamaian Praha mengakhiri perang terutama sebagai perang agama.

Mengapa Perjanjian Perdamaian itu ditandatangani di kota Praha? Kota ini bukan hanya ibukota dari Bohemia, tetapi juga pusat kekuasaan dan simbol identitas bangsa Ceko. Di masa itu, Praha adalah lokasi strategis di wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi Suci, dan Perjanjian Perdamaian tersebut menjadi titik penting untuk meredakan konflik antara Kaisar Ferdinand II dan Elektor Sachsen, Johann Georg I.

Perang telah berkecamuk sejak 1618, dipicu oleh benturan antara Katolik dan Protestan serta ambisi kekuasaan negara-negara Eropa. Bohemia, yang menjadi pusat awal dari pemberontakan Protestan, mengalami penderitaan luar biasa akibat perang itu. Maka, ketika negosiasi perdamaian dimulai, adalah simbolis bahwa Praha, kota yang pernah menjadi tempat pemicu perang, kini menjadi tempat tercapainya perdamaian, meskipun belum mengakhiri perang secara keseluruhan.

Ma vlast (Tanah Airku)

Dua abad lebih setelah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Praha, seorang komponis asal Kerajaan Bohemia (sekarang bagian dari Republik Ceko), Bedrich Smetana, mengalirkan memori sejarah dan kebangsaan ke dalam sebuah karya musik yang megah: "Ma vlast" (Bahasa Indonesia: "Tanah Airku") yang menggambarkan sejarah, legenda, dan lanskap Bohemia, tempat asal dan tanah kelahiran Bedrich Smetana.

Simfoni ini berisi puisi simfoni terkenal "Vltava", yang juga dikenal dengan nama Jermannya "Die Moldau" (dalam bahasa Inggris, "The Moldau"). Sebuah puisi simfonik yang tidak hanya menggambarkan arus sungai dengan nama yang sama, tetapi juga mengalirkan narasi nasionalisme dan perdamaian yang dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun