Di tengah tantangan yang ada, ASEAN masih memiliki peluang untuk memperkuat integrasinya tanpa harus langsung meniru model Uni Eropa. ASEAN bisa mulai membangun lembaga-lembaga pendukung yang lebih kuat dalam bidang yang tidak terlalu sensitif secara politik, seperti mitigasi bencana, pendidikan, atau konektivitas infrastruktur lintas batas. ASEAN juga bisa mengembangkan sistem pemantauan pelaksanaan kesepakatan ekonomi, tanpa harus mengorbankan prinsip non-intervensi secara frontal.
Sebagian pengamat menyarankan agar ASEAN mulai memperkenalkan mekanisme enhanced cooperation, yaitu memungkinkan sekelompok negara anggota yang memiliki kesamaan visi untuk bergerak lebih cepat dalam bidang tertentu, tanpa harus menunggu seluruh anggota. Model ini telah diterapkan di Uni Eropa untuk beberapa inisiatif seperti mata uang euro dan sistem pengadilan paten.
Pada akhirnya, efektivitas ASEAN harus dilihat dari konteksnya sendiri. Alih-alih meniru model integrasi yang kaku dan birokratis, ASEAN menawarkan alternatif regionalisme yang lentur, inklusif, dan berbasis pada kesepahaman budaya serta nilai-nilai Asia. Meskipun memiliki kelemahan, diplomasi sunyi dan prinsip non-intervensi telah menjaga perdamaian di kawasan yang kompleks ini selama lebih dari lima dekade. Pertanyaannya sekarang adalah: apakah model ini cukup untuk menjawab tantangan masa depan, ataukah ASEAN perlu sedikit lebih berani keluar dari bayang-bayang sejarahnya sendiri?
Kesimpulan
ASEAN menunjukkan bahwa pendekatan yang menghormati kedaulatan nasional dan mengedepankan konsensus dapat efektif dalam menjaga stabilitas kawasan. Meskipun berbeda dengan model integrasi Uni Eropa, ASEAN berhasil menciptakan kerjasama regional yang adaptif dan sesuai dengan konteks Asia Tenggara.
Ke depan, ASEAN dapat terus memperkuat perannya dengan menyesuaikan pendekatannya terhadap tantangan dan peluang yang ada.
======================
Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan informasi dari dan analisis kontemporer atas berbagai sumber seperti The Economist, ASEAN Main Portal, EU Commission, Carnegie Endowment, SpringerLink, Institut Jacques Delors, ETH Zurich, Institute of Regional Studies, Wikipedia, Research Gate
Jakarta, 25 Mei 2025
Prahasto Wahju Pamungkas
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI