Bangsa Varangia membawa sistem pemerintahan yang terorganisir dan kemampuan berdagang serta berperang. Mereka juga mengembangkan jalur dagang dari Laut Baltik ke Laut Hitam melalui sungai-sungai besar seperti Dnieper dan Volga, yang menjadikan Kiev sebagai pusat dagang antara dunia Kristen Byzantium dan dunia Muslim Abbasiyah. Inilah yang mempercepat pertumbuhan Kiev sebagai pusat kekuatan ekonomi dan politik di kawasan.
Walaupun berasal dari luar, Varangia dengan cepat berasimilasi dengan penduduk lokal Slavia. Mereka mengadopsi bahasa, agama (setelah konversi ke Kristen Ortodoks pada tahun 988 oleh Vladimir Agung), dan budaya lokal. Dalam waktu beberapa generasi, keturunan Varangia tidak lagi dibedakan dari elit Slavia Timur lainnya.
Pada tahun 988 M, Pangeran Vladimir Agung dari Kiev mengadopsi agama Kristen Ortodoks dari Byzantium, yang kemudian menjadi fondasi spiritual bagi wilayah tersebut. Langkah ini mempererat hubungan budaya dan agama antara wilayah-wilayah Slavia Timur.
Setelah runtuhnya Kievan Rus akibat invasi Mongol pada abad ke-13, wilayah tersebut terfragmentasi menjadi berbagai kerajaan kecil. Wilayah Russia berkembang di bawah Kepangeranan Moskow, sementara wilayah Ukraina barat berada di bawah kekuasaan Polandia-Lituania. Perbedaan pengaruh politik dan budaya ini menyebabkan berkembangnya identitas nasional yang berbeda antara Russia dan Ukraina.
Meskipun berbagi akar budaya dan agama, pengalaman sejarah yang berbeda membentuk persepsi identitas yang terpisah. Ukraina, khususnya bagian barat, mengalami pengaruh kuat dari Eropa Tengah, sementara Russia berkembang dengan pengaruh Ortodoks dan otokrasi yang lebih kuat.
Tsardom Russia dan Upaya Integrasi Ukraina
Pada abad ke-17, setelah Pemberontakan Khmelnytsky, bagian timur Ukraina (Left-bank Ukraine) memasuki persekutuan dengan Tsardom Russia di bawah Dinasti Romanov melalui Perjanjian Pereyaslav pada tahun 1654. Langkah ini awalnya dimaksudkan untuk perlindungan militer, namun kemudian digunakan Russia untuk memperluas pengaruhnya di Ukraina.
Selama periode ini, Russia mulai menerapkan kebijakan Russifikasi di wilayah Ukraina, termasuk pembatasan penggunaan bahasa Ukraina dan penekanan terhadap budaya lokal. Meskipun demikian, identitas Ukraina tetap bertahan, terutama di wilayah barat yang berada di bawah pengaruh Austria-Hongaria.
Dinasti Romanov bukan keturunan biologis langsung dari Dinasti Rurikid, tetapi secara simbolis dan politik mereka mengklaim kesinambungan legitimasi dari Rurikid, dan memang memiliki ikatan pernikahan serta adopsi politik yang membuat transisi kekuasaan dari Rurikid ke Romanov dapat diterima oleh bangsawan dan rakyat Russia saat itu.
Uni Soviet dan Penindasan Budaya Ukraina