Banyak yang beranggapan bahwa jaminan dari pemerintah seperti BPJS Ketenagakerjaan atau program pensiun perusahaan akan cukup. Namun kenyataannya, jaminan tersebut sering kali hanya menjadi penopang dasar. Di tengah inflasi, ketidakpastian pasar tenaga kerja, dan umur harapan hidup yang semakin panjang, dana pensiun yang berasal dari satu sumber saja kemungkinan besar tidak memadai.
Apalagi, tren pekerjaan kini semakin fleksibel. Banyak anak muda memilih menjadi freelancer, entrepreneur, atau pekerja informal yang tidak terikat pada program pensiun konvensional. Tanpa perencanaan pribadi yang kuat, kelompok ini sangat rentan mengalami kesulitan keuangan saat memasuki masa tua. Menunda persiapan hanya akan membuat tantangan menjadi lebih berat dan opsi menjadi semakin terbatas.
Masa Tua Adalah Masa Produktif yang Berbeda
Pensiun bukan berarti berhenti produktif. Walaupun tidak bisa dikatakan semua, banyak orang yang di usia pensiun masih ingin aktif berkarya, namun dengan ritme yang lebih lambat dan tekanan yang lebih kecil. Mungkin ingin menulis buku, membuka usaha kecil, mengajar, atau sekadar berkeliling menikmati alam. Semua itu membutuhkan kebebasan finansial.
Tetapi tidak semua orang sama. Sebagai contohnya saya, di usia yang pada umumnya adalah usia pensiun, saya masih ingin aktif berkarya dengan ritme dan tekanan yang sama dengan saat saya masih berusia antara 35 sampai dengan 45 tahun.
Kebebasan finansial tidak datang tiba-tiba. Ia dibangun selama puluhan tahun. Menabung untuk pensiun adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri di masa depan, diri yang tak lagi sekuat hari ini, tapi sama berharganya. Ini adalah cara kita merawat harga diri agar tidak menjadi beban bagi keluarga, tidak bergantung pada anak, dan tetap punya kendali atas hidup sendiri.
Kesadaran yang Masih Minim
Survei demi survei menunjukkan bahwa sebagian besar generasi muda di Indonesia belum memiliki rencana pensiun yang jelas. Banyak yang bahkan tidak tahu berapa kebutuhan biaya hidup di usia pensiun nanti, atau berapa dana minimal yang harus disiapkan. Kurangnya literasi keuangan dan budaya menunda menjadi penyebab utama.
Selain itu, gaya hidup konsumtif juga kerap menjadi penghalang. Keinginan untuk mengikuti tren, travelling, atau memiliki barang bermerek sering kali lebih mendesak daripada menyisihkan dana untuk masa depan yang belum terlihat. Padahal, menabung pensiun bukan soal pelit terhadap diri sendiri, tapi justru bentuk cinta jangka panjang terhadap diri sendiri.
Langkah Nyata yang Bisa Dilakukan