Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mitos dan Filosofi Lontong Cap Go Meh Versi Surabaya dan Semarang

10 Mei 2025   22:41 Diperbarui: 10 Mei 2025   22:41 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong Cap Go Meh (Sumber/Kredit Foto: YouTube/Sajian Sedap)

Beberapa hari yang lalu saya makan Lontong Cap Go Meh di sebuah rumah makan di Jakarta yang tidak perlu saya sebutkan namanya. Ketika disajikan, walaupun rasanya lumayan alias not bad, tetapi sebenarnya mengecewakan saya. Mengapa?

Lontong Cap Go Meh adalah hidangan khas Jawa Tengah dan Jawa Timur asal pesisir pantai utara Pulau Jawa yang dikenal sebagai makanan khas Semarang dan Surabaya. Saya dilahirkan di Sidoarjo dan dibesarkan di Surabaya, sedangkan ibu saya dilahirkan dan dibesarkan di Semarang dan sejak masa kecil dan masa remaja saya, hidangan Lontong Cap Go Meh adalah masakan yang tidak lepas dari kehidupan saya.

Lontong Cap Go Meh yang saya nikmati di rumah makan yang saya sebut di atas tadi sangat menyimpang dari pakem yang saya kenal.

Lontong Cap Go Meh adalah contoh kuliner hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa yang kaya simbol, sejarah, dan cita rasa. Meski sama-sama hadir saat Cap Go Meh (hari ke-15 setelah Imlek), Lontong Cap Go Meh dari Surabaya dan Semarang memiliki perbedaan karakteristik yang menonjol.

ASAL-USUL & SEJARAH

Lontong Cap Go Meh adalah bentuk asimilasi budaya peranakan Tionghoa dengan budaya Jawa yang muncul sejak masa kolonial. Nama "Cap Go Meh" berarti "lima belas malam" dalam dialek Hokkien, merujuk pada perayaan akhir Tahun Baru Imlek.

Diperkenalkan oleh keturunan Tionghoa yang menetap di pesisir utara Jawa. Mereka menyesuaikan budaya makan yuanxiao (bola ketan) dengan selera lokal, menggantinya dengan lontong dan lauk nusantara. Filosofinya: harapan untuk panjang umur, kesejahteraan, dan keharmonisan.

Konon, Lontong Cap Go Meh pertama kali diperkenalkan di Indonesia diperkirakan pada abad ke-19 oleh komunitas Tionghoa Peranakan, dan awal persebarannya kemungkinan besar dimulai dari daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa seperti Semarang, Surabaya.

Di Semarang: Sekitar Pertengahan Abad ke-19 (1850-an)

Semarang adalah salah satu pusat awal akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun