Menurut Edi Samson, seorang anggota Cagar Budaya di Surabaya, istilah Jancok atau Dancok berasal dari bahasa Belanda “Yantye Ook” yang memiliki arti “Kamu Juga”. Istilah tersebut popular di kalangan Indo-Belanda sekitar tahun 1930-an. Istilah tersebut diplesetkan oleh para remaja Surabaya untuk mencemooh warga Belanda atau keturunan Belanda dan mengejanya menjadi “Yanty Ok” dan terdengar seperti “Yantcook”. Sekarang, kata tersebut berubah menjadi “Jancok” atau “Dancok”.
>> Versi Penjajahan Jepang
Kata “Jancok” berasal dari kata “Sudanco” pada zaman kerja paksa romusha yang artinya “Ayo Cepat”. Karena kekesalan pemuda Surabaya pada saat itu, kata perintah tersebut diplesetkan menjadi “Dancok”
>> Versi Umpatan
Warga Kampung Palemahan di Surabaya memiliki sejarah oral bahwa kata “Jancok” merupakan akronim dari “Marijan ngencuk” (Marijan berhubungan badan). Kata “encuk” merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti “berhubungan badan," terutama yang dilakukan di luar nikah. Versi lain menyebutkan bahwa kata “Jancuk” berasal dari kata kerja “diencuk”. Kata tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “Jancok”.
Penggunaan Kata Jancok
Dalam keseharian, tata bahasa kata “Jancok” sering digunakan dalam:
> Kata Seru
Kata ‘Jancok”, atau “cok” dalam bentuk singkatnya, digunakan sebagai kata seru untuk menunjukkan perasaan yang muncul, baik perasaan yang bersifat negatif maupun positif. Contoh kalimat:
- "Cok, ora usah cekel-cekel!" (Cok, tidak usah pegang-pegang!)
- "Wih, apik'e, Cok!" (Wow, bagusnya, Cok!)