Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Terlarang Sunda-Jawa

20 Oktober 2013   15:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semua orang memanggilku Putri.Putri. Layaknya seorang putri, aku bersyukur terlahir memiliki fisik yang sempurna, paras yang menawan dan kecerdasan di atas rata-rata.Aku terlahir dalam keluarga harmonis dan bahagia.Keluarga terhormat dan terpadang di masyarakat dan mempunyai pemikiran yang terbuka, demokratis dan menerima perubahan ke arah yang lebih baik.

Kesenanganku bergabung dengan berbagai organisasi membuatku mengenal banyak sifat dan karakter orang.Di sinilah petaka itu di mulai.

Aku dengan mudah bergaul dengan banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat.Suatu ketika ketika sedang studi banding ke universitas lain di Pulau Jawa, aku mengenalnya.Seorang sosok laki-laki yang sangat dewasa, berwibawa, pembawaannya tenang dan berwibawa, cerdas, pintar, murah senyum dan sangat menyenangkan.Namanya Andika.Seorang dosen di universitas yang menerima kedatangan rombongan kami ke jurusan yang sama dengan kami yaitu seni budaya. Kami di sambut dengan kesenian khas Jawa yang disampaikan secara tertata dan menarik sebaliknya kami menampilkan seni budaya khas priangan yaitu jaipongan oleh rekan kamiyang sangat ahli dalam hal tari menari. Acara studi banding berlalu sudah dan meninggalkan banyak tambahan ilmu dan kenangan.

Sebulan berlalu sudah.

“Bisa bicara dengan Putri?” aku mengenal suara di seberang sana, tapi ragu.

“Ya, saya sendiri.Maaf dengan siapa dan ada yang bisa saya bantu” tegasku sambil pura-pura lupa dengan suara yang sebenarnya aku rindukan.

“Andika.Oh sudah lupa ternyata ya..”

“Pak Andika rupanya, apa kabar Pak?”

Bla bla bla percakapan mengalir ngalor ngidul dan akhirnya terjadi kesepakatan bila aku akan menemui Andika dan rombongannya pada acara temu ramah balasan ke kampusku beberapa hari lagi.

Duh senangnya….

Aku sadar kalau rasa yang berkecamuk di dadaku adalah terlarang.Andika sudah memiliki keluarga dan anak.Ia juga berasal dari suku Jawa, sedangkan aku Sunda.Dari kecil aku diwanti-wanti oleh ayah ibuku agar tidak mempunyai suami yang Suku Jawa.Alasannya banyak sekali dan aku tidak mau mengingatnya.Tapi aku mencintai Andika yang sukunya Jawa, apa itu salah?Cinta ini hadir tiba-tiba menyelonong dan hinggap dalam hatiku dan menyelimuti dadaku.Berusaha untuk sadar dan melupakan tapi tidak bisa.Semakin kuat aku berusaha melupakan ia semakin sakit rasa dadaku.Jadi aku putuskan untuk membiarkannya tumbuh dalam dadaku walau aku ragu apaia juga menyimpan perasaan yang sama denganku.Entahlah…Aku bahagia mencintainya dalam diam.

Ternyata gayung bersambut.Mencintaiku dalam hening seperti yang aku rasa.Posisinya sebagai seorang ayah dan kepala keluarga yang bertangggung jawab sangat berat untuk mengutarakannya padaku tapi aku memahami bahasa tubuh yang ia berika padaku saat bertemu.Memang tak seharusnya cinta terlarang ini tumbuh dan bersemi saat ini.Kelak? Hanya Tuhan Yang Tahu.

Yang aku sedihkan, aku pertama kali jatuh cinta tapi mencintai laki-laki yang sudah berkeluarga dan suku Jawa.Sepertinya layu sebelum berkembang, belum merasakan bahagia tapi sedihnya sudah terasa.Demi kebaikan semua aku akan menghilang sementara dari kehidupannya.Biarlah waktu yang akan membuktikan kekuatan cinta pertamaku terhadap ia.Aku pasrah dan menerima semua jalan yang telah menjadi takdirku.

Tapi mengapa masih ada “permusuhan” antara suku Sunda dan suku Jawa.Aku tidak mengerti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun