Mohon tunggu...
PONIMAN
PONIMAN Mohon Tunggu... -

Menulis adalah kata dan kesan hatiku untuk semua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perisai Multidimensi Menuju Anti "Hoax" Sejati

10 November 2017   16:10 Diperbarui: 12 November 2017   08:03 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Kata Hoax kini telah menjadi sangat populer di kalangan masyarakat. Terbukti dari penggunaan ucapan kata Hoax dari berbagai kalangan terkesan sudah tidak asing lagi kedengarannya dalam percakapan sehari-hari. Sedikit-sedikit, Hoax. Mungkin sejenak bisa menengok ke belakang, secara jujur kita akui bahwa kata Hoax di sekeliling kita muncul dan menjadi tenar ketika menjelang Pilpres tahun 2014 silam di tengah suasana persaingan politik yang kian memanas saat itu. 

Dan ini sekaligus menjadi bukti bahwa Hoax telah dipergunakan di segala bidang aspek kehidupan. Mulai dari bidang kesehatan, elektronik, politik, pendidikan dan lain-lain bergantung siapa yang menyebarkan Hoax dan tujuan dari si pembuatnya. Awalnya, hoax sebenarnya dipergunakan sebagai bahan lelucon saja atas berita bohong yang disebarkan tanpa maksud disebarluaskan secara masif. 

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, hoax justeru mendapat tempat spesial bagi orang yang mempunyai niat menyebarkan berita bohong dengan maksud dan tujuan serta indikasi niat yang tidak baik. Agar orang lain terjerumus dan tergelincir ke dalam lembah kebohongan tersebut. Media yang dipergunakan hoax pun variatif. Dari SMS, media sosial, media online lainnya hingga dalam bentuk surat, baik surat melalui pos maupun surat elektronik (email).

Sementara korelasi dengan kehidupan kita sehari-hari adalah bahwa jika hoax dibiarkan tumbuh berkembang tanpa adanya tindakan preventif yang dilakukan dari pihak yang peduli, baik itu pendidik, orang tua maupun para penulis sebagai penyeimbang, maka semakin ke depan kondisi paling buruk pun akan menjelma. 

Kejujuran semakin tenggelam di tengah-tengah kehidupan sehingga bukan lagi merupakan hal yang istimewa. Siswa-siswi dengan mudahnya mengakses berbagai informasi yang kadang sarat mengandung hoax. Akibatnya, otak yang masih orisinil pun ikut terimbas polusi informasi dan terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak benar. 

Padahal, usia anak-anak, ibarat kertas itu masih putih belum bernoda. Masih membutuhkan banyak asupan konsep dasar yang benar. Jika hoax yang justeru merajalela, ini sungguh akan semakin mengaburkan pengetahuan yang benar menjadi salah, sehingga konsep dasar yang diyakini pun akan salah total. Nah, andai saja seluruh siswa-siswi yang notabene mereka merupakan calon-calon penerima estafet kepemimpinan bangsa dan negara tercinta ini, selalu menerima dan dicekoki dengan racun ketidakbenaran hampir pada setiap harinya, maka kekuatan pribadi dan jati diri akan rapuh.

Sebuah informasi, akan mendapat label hoax manakala informasi tersebut tidak benar alias cuma sekedar isapan jempol belaka. Agar kita tahu, bahwa sebuah informasi itu teridentifikasi hoax, maka ada beberapa hal yang mesti dipahami:

a. Kalau informasi tersebut didapat secara langsung, maka perhatikanlah siapa pembawa informasi tersebut. Adakah indikasi yang mengarah pada status opini, kalau sang informan adalah seorang pembohong? Kalau hal ini yang terjadi, maka tentu sangat dibutuhkan sikap ekstra hati-hati.

b. Jika informasi diperoleh secara online, sebaiknya setelah membaca perhatikan komentar-komentar yang ada di bawahnya. Biasanya, diantara komentar yang dilontarkan ada yang berbanding terbalik dengan yang disampaikan , hal tersebut hendaknya membuat kita lebih waspada. Apabila faktanya justeru lebih banyak sanggahan dalam komentar, alangkah baiknya kita berhati-hati terhadap informasi yang tertulis tersebut. Dikhawatirkan banyak kemungkinan penuh campur tangan para ahli hoax.

c. Informasi hoax biasanya seringkali disampaikan dengan metode yang mengagetkan, karena memang menyalahi dengan sesuatu yang benar. Ini dimaksudkan agar si penerima/pembaca cepat merespon hal yang diinginkan.

Hoax, manakala telah menduduki dan menyandang rating tertinggi, hasilnya adalah integrasi dari kesalahan-kesalahan yang terakumulasi dan membekas. Jauh ke depan, tentu saja akan melahirkan dampak negatif yang luar biasa bahayanya. Diantara, dampak negatif dari hoax adalah sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun