Mohon tunggu...
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Hanya ingin berbagai untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Mengajar

17 Desember 2019   16:31 Diperbarui: 17 Desember 2019   17:14 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jika sebelumnya penulis membahas mengenai Merdeka belajar, maka rasanya perlu juga kita berbicara dari sisi pendidiknya apakah mereka sudah merdeka dalam mengajar karena pada dasarnya hanya guru yang merdeka yang dapat menciptakan peserta didik yang merdeka belajar. Merdeka belajar dalam pengertian sejauh mana kebebasan yang diberikan kepada Guru untuk mendesain proses pembelajaran di kelasnya sesuai dengan karakter siswa yang diajarkan. 

Selain hal yang berbau administratif lainnya, Guru di kelas dibebani dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sangat panjang dan membacanya saja sudah membuat pusing. 

Mengapa RPP tidak dibuat sederhana, bukankah RPP itu sebagai panduan/peta dalam mencapai goal kurikulum? ibaratkan kita akan menuju suatu lokasi dengan menggunakan bantuan peta, mana yang kita pilih, peta yang praktis atau peta yang rumit? tentunya kita akan memilih peta yang praktis karena akan lebih mudah dan cepat untuk mencapai tujuan kita. 

Begitupun dengan RPP, jadikan itu menjadi peta yang praktis bukan yang rumit sehingga cenderung hanya digunakan oleh Guru untuk proses akreditasi semata bukan dalam proses pembelajaran padahal nyawa pendidikan itu ada di proses pembelajaran bukan di akreditasi.

Guna mencapai Guru yang merdeka mengajar dapat dilakukan dengan memberikan kebebasan dalam menyusun proses pembelajarannya atau lebih dikenal dengan Desain Instruksional. Ada beberapa metode dalam penyusunan desain instruksional yang dapat digunakan oleh Guru seperti metode GAGNE, ADDIE, KEMP dll tergantung kenyamanan Guru dalam menggunakan metodenya sehingga Guru dapat mengexplore kemampuan mengajarnya dan tidak terpaku pada hal yang terlalu baku sehingga proses pembelajaran terkesan kaku. 

Selain itu, Guru juga harus diberikan kebebasan dalam proses pengambilan nilai dari siswanya tanpa dibatasi dengan hal yang bersifat Administratif. Selama ini Guru cenderung mengambil nilai hanya berdasarkan kemampuan siswa dalam menjawab soal di atas artinya Guru hanya menilai kemampuan siswa dalam menghafal apa yang diajarkan oleh Guru di kelas tanpa menilai potensi dan kompetensi siswa yang lain padahal tugas sekolah itu sesungguhnya adalah menggali potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswanya dan seharusnya hal tersebut masuk dalam proses penilaian. 

Salah satu contoh yang pernah seorang guru Bahasa Indonesia lakukan di sebuah sekolah yang penulis lihat sendiri yaitu  Guru melakukan pengambilan nilai dengan meminta siswa membuat pertunjukan drama dimana pertunjukan drama tersebut akan ditonton oleh semua siswa di sekolah. Siswa diberikan kebebasan untuk menentukan Judul, tema cerita, setting panggung dan sebagainya yang sekiranya diperlukan untuk membuat drama tersebut terlihat bagus. Siswa akan diberikan tenggang waktu dalam mempersiapkan pertunjukan dramanya dan menentukan tanggal pertunjukannya. 

Setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia maka siswa akan melakukan diskusi baik satu kelas ataupun dalam group-group kecil termasuk dalam menentukan tugas dari masing-masing individu yang terlibat semua dilakukan siswa secara bersama-sama dengan satu tujuan melakukan pertunjukan dengan baik tanpa memikirkan nilai yang di dapat dan semua siswa terlihat menikmati proses tersebut. 

Pertunjukanpun dilakukan sesudah jam pulang sekolah supaya tidak menggangu jam belajar dan semua siswa terlihat bersemangat dan masing-masing siswa saling mensuport satu dengan yang lain supaya pertunjukan dapat dilakukan sesuai dengan rencana dan meminimalisir kesalahan. Siswa yang menjadi penontonpun menikmati pertunjukan dan terlihat lebih bersemangat dan berusaha mengambil pelajaran dari pertunjukan kelas yang ditonton untuk menjadi referensi supaya tidak kalah dengan kelas lain. 

Sang Guru yang hanya bertindak sebagai fasilitator dan konsultan dari siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pertunjukan dan mengambil nilai dari seluruh tahapan dari proses yang dilakukan oleh siswa bukan dari menjawab soal diatas kertas dan siswa terlihat menikmati prosesnya dan disitulah akan terasa kata Merdeka. Merdeka belajar, merdeka mengajar.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun