Mohon tunggu...
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Hanya ingin berbagai untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajar Milenial

12 September 2019   10:43 Diperbarui: 26 November 2019   16:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini ada beberapa pendidik yang mengeluh karena kurang mampu mengendalikan peserta didiknya di kelas. Pada umumnya mereka merasa jika peserta didiknya saat ini tidak bisa diatur, sulit untuk memahami materi ajar padahal sudah disampaikan berulang-ulang, motivasi belajarnya rendah, kurang suka belajar, sulit dinasehati, dan lain sebagainya yang mungkin semua pendidik di saat ini mengalami hal yang sama khususnya anak-anak yang berada di kota-kota besar.

Satu hal yang perlu pendidik pahami adalah bahwa generasi peserta didik saat ini sangat berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Banyak para ahli yang mendefinisikan generasi ini dengan sebutan generasi milenial yaitu generasi yang lahir dari 1981-2000, kelahiran 2000 -- 2010 sebagai generasi Z, dan kelahiran 2011 -- sekarang disebut dengan generasi alfa. 

Pada intinya bukanlah nama generasinya tetapi yang perlu kita telaah lebih jauh adalah apakah perbedaan antara generasi milineal/generasi sekarang ini dengan generasi sebelumnya?

Generasi sebelumnya yang disebut dengan generasi baby boomer (1946 -- 1964) atau generasi Xer (1965 -1980) yang lahir tidak disertai dengan kecanggihan teknologi seperti saat ini sehingga generasi sebelumnya seringkali disebut dengan imigran technology. 

Kemajuan dunia saat ini khususnya dalam bidang  teknologi tentunya akan mempengaruhi pola pikir manusia khususnya dikarenakan sumber informasi yang terbuka lebar dan mudah diakses hanya dengan menggunakan gadget yang dimiliki, begitupun dalam dunia pendidikan. 

Peserta didik saat ini tidak bisa hanya sekedar diceramahin oleh Gurunya seperti zaman pendidikan sebelumnya karena apa yang disampaikan oleh Guru dengan mudah mereka dapatkan melalui jari-jari mereka di layar smatphonenya dan terkadang ada peserta didik yang meremehkan yang disampaikan oleh gurunya karena merasa sudah mengetahui informasi yang disampaikan oleh gurunya didalam kelas. 

Peserta didik yang hanya mendengar Gurunya berbicara di depan kelas akan segera jenuh karena pada dasarnya mereka ingin mendapatkan sesuatu yang berbeda yang tidak akan mereka dapatkan di internet.

Siapa yang kita didik saat ini? mereka pembelajar abad 21, pemain game digital, pengguna computer, mulai tidak menyukai TV karena Youtube lebih menarik, tidak bisa lepas dari Gadget, mereka terbiasa dengan Blog, Wikipedia, e-mail, Medsos, website, yang terkadang gurunya sendiri tidak menggunakan itu.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh Guru dalam mengajar peserta didik generasi milenial ini?

  1. Kenali siapa peserta didik anda, sebelum mengajar tentunya kita harus tahu siapa yang kita ajar. Guru harus memiliki informasi selengkap mungkin mengenai peserta didiknya karena informasi yang kita miliki dapat menjadi sebuah modal untuk lebih mengetahui dunia mereka. Misalkan latar belakang keluarganya, hobi, potensi yang dimiliki, waktu yang dihabiskan untuk bermain internet, waktu yang dimiliki untuk berinteraksi dengan keluarga dan informasi lain yang dapat membantu Guru mengetahui peserta didiknya. Semakin dalam anda mengenal siswa anda akan lebih mudah bagi guru untuk lebih mendekatkan diri/berinteraksi kepada peserta didiknya.
  2. Sesuaikan gaya komunikasi. Cara berkomunikasi kaum milenial saat ini sudah berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial lebih menyukai gaya komunikasi melalui teks, atau berbicara melalui dunia maya, dan suka membuat akun di beberapa media social seperti twitter, Instagram, facebook, line, WeChat, Path dan media social lainnya. Bagi generasi ini, itulah gaya komunikasi yang lancar menurut mereka bukan lagi tatap muka secara langsung. Dan disini guru harus mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan gaya tersebut tetapi tidak melupakan gaya berkomunikasi secara langsung. Guru harus mampu mendidik peserta didiknya kapan mereka berkomunikasi secara online dan kapan waktu untuk berbicara secara langsung.
  3. Libatkan mereka dalam proses pembelajaran. Salah satu ciri dari generasi milenial adalah lebih kritis dalam menyikapi hal-hal baru. Melihat hal tersebut akan lebih sulit bagi guru menyampaikan materi dengan informasi yang hanya satu arah melalui metode ceramah, atau dengan kata lain Guru harus merubah dari memberitahu menjadi mencari tahu. Biarkan peserta didik mengexplore materi yang akan disampaikan oleh guru, dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi saat ini akan mempermudah peserta didik untuk mencari hal-hal yang akan disampaikan melalui guru dan peserta didik akan lebih aktif mengikuti proses pembelajaran karena sesuai dengan gaya mereka. 
  4. Bantu mereka untuk berkreasi/kreatif. Guru harus membuka kesempatan bagi siswa untuk dapat lebih kreatif, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dan jika diperlukan dapat mengintegrasikan proses pembelajaran dengan teknologi. Selain itu dapat juga ditambahkan dengan permainan kreatif di dalam kelas, membuat project, melakukan experiment sederhana, gunakan visualisasi dan hal-hal lain yang sekiranya dapat digunakan untuk memancing siswa dalam berkreasi.
  5. Ajari mereka berpikir. Berpikir kritis merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar dalam pendidikan Abad 21 khususnya dalam mempersiapkan peserta didik kita dalam menghadapi masa depan mereka yang akan sangat jauh berbeda dengan zaman kita saat ini. Anak-anak bukan lagi saatnya untuk menghafal/mengingat karena semua informasi di zaman ini sudah sangat mudah di dapatkan. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melatih anak berpikir kritis salah satunya dengan mengubah pola pertanyaan kepada siswa. Jangan menggunakan pertanyaan yang hanya membuat siswa mengingat tetapi gunakan pertanyaan 5 W + H (what, who,why, where,when + How), kurangi memberikan jawaban secara langsung, dorong anak mencari referensi sendiri, biasakan anak mengeluarkan pendapat, dan berikan pilihan jawaban lebih dari satu. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis mereka akan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang mereka di masa yang akan datang, masa yang penuh dengan ketidakpastian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun