Saya ceritakan itu pada ayah dari pacar saya (tepatnya calon mertua...hehehe), beliau hanya tertawa kecil saja, sambil menjawab: biasa...itulah indonesia. Akhirnya kamipun keluar dari UNILA, keluar dari neraka yang ada di UNILA. Mungkin anda akan berkata....ah cuma gitu aja dianggap neraka, kencing dicelana kan bisa.... Tentu itu neraka bagi saya. Coba anda bayangkan anda pengen pipis tetapi tidak bisa entah karena alasan apa saja, sedangkan ada sudah tidak tahan, mau kecing di celana tapi sedang ada di keramainan? Apakah tidak seperti neraka rasanya? Karena bagi saya itu termasuk neraka. Setidaknya begitu.
Pesan saya bagi Bapak IBu kompasianer yang merasa menyekolahkan putra-putrinya di UNILA, jika ingin mengadiri wisudanya ataupun hanya sekedar ingin numpang memakai toilet saat anda kebetulan berkunjung ke UNILA, maka siapkanlah air mineral dan sepatu boot sebelumnya. Siapa tahu anda bertemu toilet-toilet yang posisinya di gedung seperti yang saya sebutkan di atas.
Sampai di sini bisa saya simpulkan bahwa kampus sebesar UNILA ternyata mengurus hal-hal yang kecil di lingkungannya semisal toilet ternyata tidak bisa. Seperti kata-kata bijak yang berbunyi: mengurus hal-hal yang kecil saja tidak bisa, apalagi mengurus hal-hal yang besar. Mudah-mudahan hanya toilet yang saya lihat saja yang bermasalah, tidak termasuk yang lainnya.
Jika ada yang merasa tersinggung dengan tulisan ini, saya mohon maaf, saya tidak bermaksud menjelekkan UNILA, saya hanya berbagi cerita tentang kenyataan yang saya lihat. Salam hormat saya untuk UnILA.
Salam neraka. :-)