Mohon tunggu...
Putra Zulfirman
Putra Zulfirman Mohon Tunggu... Jurnalis - Informatif & Edukatif

Kerja Ikhlas, keras dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Marlia, Guru Bakti Berdedikasi di Pesisir Aceh Tamiang

19 Desember 2019   03:46 Diperbarui: 19 Desember 2019   03:52 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marlia, S.Pd.I menerima secara simbolis tiket umrah gratis dari Anggota DPR Aceh, Asrizal H Asnawi. Foto: Putra Zulfirman.

Mentari menyengat terik, Selasa (17/12/2019) lalu. Sejak pagi, sinarnya terus panaskan bumi, setelah sekian lama diguyur hujan.

Sebuah pesan dari aplikasi whatshApp masuk ke handphone penulis. Isinya, pemberitahuan untuk berangkat ke Kuala Penaga, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, Aceh.

Guna memberi kejutan hadiah umrah gratis kepada Marlia, S.Pd.I, guru SMPN 6 Bendahara, yang saat HUT PGRI, dianugrahkan penghargaan Guru Berdedikasi Tinggi dan Berintegritas dari Pemerintah Aceh.

Pesan itu, berasal dari Anggota DPR Aceh Fraksi Partai Amanat Nasional, Asrizal H Asnawi, yang juga politisi asal Dapil Aceh 7 (Langsa dan Aceh Tamiang).

Setelah membaca pesan, langsung bergegas menuju lokasi pertemuan yang telah ditentukan, yakni kediaman orang tua Asrizal di Paya Ketenggar Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang.

Suasana perjalanan menggunakan perahu motor atau Boat. Foto: Muhammad Hanafiah.
Suasana perjalanan menggunakan perahu motor atau Boat. Foto: Muhammad Hanafiah.

Tepat pukul 10.00 WIB, menggunakan mobil SUV Mitsubishi Pajero Sport, kami melaju tujuan pekan Sungai Iyu, Kecamatan Bendara.

Diperjalanan, Asrizal menghubungi Ketua PGRI Aceh Tamiang, Rudi Ardi. Mereka janjian bertemu di Simpang Empat Upah, sebelum menyusur jalanan ke Sungai Iyu.

Setelah bertemu dengan Rudi Ardi, perjalan diteruskan ke Pekan Sungai Iyu. Disana, Kepala SMPN 6 Bendahara, Muhammad Nurdin.

Bahkan, Kepsek itu telah menyiapakan satu unit perahu bermotor atau Boat untuk mencapai sekolah yang dipimpinnya di Kuala Penaga.

Setelah mobil parkir di lokasi penambat boat. Perjalanan 45 menit menyusur Sungai Tamiang dimulai.

Sepanjang perjalanan, Nurdin bercerita kepada Asrizal H Asnawi, kondisi terik dan hujan kerap dilakoni dirinya beserta 15 tenaga pendidik lain, saban hari menuju sekolah.

Termasuk Marlia. Sarjana pendidikan Islam yang akhirnya banting setir menjadi guru IPS di SMPN 6 itu, lantaran minimnya spesifikasi guru di sekolah lanjutan pertama itu.

Semua guru dan petugas tata usaha, memarkirkan sepeda motor mereka di tempat penambat perahu. Begitu pula Marlia yang berdomisili di Desa Tumpok Tengah Kecamatan Bendahara atau 15 menit berkendera roda dua ke lokasi perahu.

Dikatakan Nurdin, Marlia sudah mengabdi sebagai guru bakti murni sejak tahun 2011. Ibu empat anak itu, tak mengeluh meski gaji tak seberapa.

Ia fokus mencerdaskan anak bangsa di kawasna pesisir Aceh Tamiang. Bahkan, anak bungsunya yang masih balita kerap dibawa serta, karna tak ada tempat untuk ditinggalkan.

Liuk perahu terus menyusur sungai berair keruh itu. Nurdin masih berceloteh agak berbisik lantaran deru mesin perahu nyaris memekakkan telingga.

"Pak Asrizal beruntung air sungai pasang. Kalau air surut maka akan tampak buaya besar berjemur di sungai ini," ungkap Nurdin.

Mendengar hal itu, Asrizal terkejut. Dia membatin, begitu sulitnya perjuangan guru ini. Bila perahu karam atau terbalik, maka buaya penunggu sungai siap memangsa mereka.

Asrizal H Asnawi dan Muhammad Nurdin dalam perjalanan ke Kuala Penaga. Foto: Putra Zulfirman.
Asrizal H Asnawi dan Muhammad Nurdin dalam perjalanan ke Kuala Penaga. Foto: Putra Zulfirman.

Menurut Nurdin, mereka biasa saja melihat buaya itu. Karna saban air surut emang sering melihat binatang predator itu.

Waktu terus berlalu. Perahu akhirnya menepi di sebuah Tempat Pendaratan Ikan (TPI) milik nelayan Kuala Penaga. Hanya di sini perahu biasa ditambat sampai jam pulang sekolah tiba.

TPI itu tampak usang. Bahkan nyaris tak tersentuh pembangunan. Perlahan, satu persatu penumpang perahu turun dan menginjak kaki di daratan.

Kemudian, perjalanan satu kilometer harus dilakoni untuk tiba di sekolah tujuan.

Rupanya, kabar kedatangan Anggota DPR Aceh ini sudah diketahui sejumlah guru disana. Hanya saja, mereka tidak mengetahui bahwa ada kejutan untuk Marlia.

Kata Nurdin, dirinya mengabari gutu bahwa akan datang anggota dewan provinsi melihat sekolah dan mendengar keluhan guru-guru.

Setiba diruangan guru. Acara seremonial sederhana digelar. Tiba giliran Asrizal berbicara. Tak terduga, air matanya basahi pipi. Ia terisak dan begitu sedih merasakan perjalanan dengan perahu dan melihat kondisi sekolah.

"Hari ini saya rasakan betapa getirnya bapak-ibu guru untuk berjuang ke sekolah. Memberikan ilmu pengetahuan kepada generasi bangsa," ujar Asrizal menganak sungai di matanya.

Foto bersama guru SMPN 6 Bendahara. Foto: Putra Zulfirman
Foto bersama guru SMPN 6 Bendahara. Foto: Putra Zulfirman

Suasana haru terus membaluti seisi ruangan saat Asrizal secara tiba-tiba memberikan penghargaan kepada Marlia.

"Umrah gratis ini secara peribadi saya berikan atas dedikasi dan perjuangaj bu Marlia," kata Asrizal disambut puji syukir seluruh dewan guru.

Marlia sendiri tamak bahagia, meski matanya berbinar dan sesekali diusao iar mata itu.

"Alhamdulillah. Ini luar biasa. Saya tidak menyangka Pak Dewan sampai peduli seperti ini," sebut Marlia.

Diakuinya, pemerintah Aceh pada Minggu (8/12/2019), memang memberikannya penghargaan saat HUT PGRI di lapangan Mapolda Aceh.

Selain piagam, Marlia yang saat itu ditemani Kepala sekolahnya, diberikan uang pembinaan sebesar Rp5 juta rupiah.

Piagam itu diberikan Pemerintah Aceh kepada tiga guru berdedikasi tinggi dan berintegritas, termasuk Marlia dari Aceh Tamiang.

Tiket Umrah Gratis secara simbolis. Foto: Istimewa.
Tiket Umrah Gratis secara simbolis. Foto: Istimewa.

Kepada Asrizal H Asnawi, sejumlah guru bakti di SMPN 6 Bendahara itu, menyampaikan keluhan agar mereka bisa dijadikan tenaga kontrak. Meski bukan CPNS.

Selain itu, uang Tunjangan Prestasi kinerja Daerah (TPKD) begitu minim bagi guru PNS, hanya sebesar Rp500 rupiah perjam.

Padahal, untuk menuju sekolah dari rumah masing-masing membutuhkan perjuangan panjang.

Beruntung, Nurdin selaku kepala sejolah memiliki satu unit perahu motor miliknya pribadi yang kerap dijadikan moda transportasi para guru itu.

Sedangkan untuk mengisi BBM Solar, guru harus patungan. Karna tidak dibenarkan membeli BBM dari dana BOS yang diperoleh sekolah itu.

SMPN 6 Bendahara memiliki 51 orang siswa. Terdiri, 24 laki-laki dan 27 perempuan yang kesemuanya adalah warga Kuala Penaga.

Kemudian, empat orang guru PNS termasuk kepala sekolah. Ditambah dua PNS lain bertugas pada Tata Usaha. Tenaga kontrak terdapat empat orang guru dan bakti murni sebanyak lima orang.

Selama ini, berdasarkan jumlah muris yang ada. Sekolah hanya mendapat 12 juta dana BOS pertahunnya.

Tentu jumlah ini terbilang minim guna memenuhi kebutuhan operasional dna gaji guru bakti.

Asrizal H Asnawi berjanji akan membicarakan hal itu, kepada pemerintah daerah. Baik Bupati maupun Gubernur Aceh.

Semoga dedikasi guru di hilir Aceh Tamiang ini diapresiasi pemerintah dan menjadi skala prioritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun