Mohon tunggu...
Poe Three
Poe Three Mohon Tunggu... Arsitek - citizen of the world

Keep Calm and Write It On..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resep Kebahagiaan, Resensi Buku "Hector and The Search for Happiness" Karya Francois Lelord

31 Juli 2020   19:08 Diperbarui: 1 Agustus 2020   10:04 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hector and the Search of Happiness | Francois Lelord | ISBN : 978--602--385--002-0 | Terjemahan Indonesia, 2015 | Penerbit PT Mizan Publika

Pencarian Kebahagiaan

Buku ini menarik karena saya sempat kesulitan menetapkan genre (versi saya) yang sesuai. Menurut saya, buku ini bukan semata-mata cerita fiksi, karena karakter utamanya, Hector, adalah manifestasi alter-ego dari sang penulis Francois Lelord, yang keduanya sama-sama berprofesi sebagai psikiater.

Pembaca akan berasumsi bahwa segala yang dialami oleh Hector didasari pengalaman si penulis Lelord sendiri. Ceritanya mengandung unsur humor, romance, sedikit action, juga menyerupai self-help.

Karakter Hector sendiri muncul dan dijadikan sosok utama dalam tulisannya ketika sang penulis sedang dalam perjalanan keliling dunia sebagai bagian dari pekerjannya, yakni meriset tentang kebahagiaan.

Hal ini dilakukan Hector karena sebagai psikiater dia sadar bahwa ketidakbahagiaan yang dialami oleh pasien-pasiennya bukan disebabkan oleh kelainan jiwa, atau sakit bawaan. Sebagian besar pasiennya malahan tidak punya alasan untuk tidak bahagia, jika kita menilai kebahagiaan dari kondisi hidup pasiennya yang berkecukupan, baik materi, karir, hingga keunggulan fisik dan penampilan pasiennya.

Meskipun demikian, kenyataannya mereka menjadi pasien Hector karena ketidakbahagiaan itu yang mereka rasakan. Hal ini kemudian membuat Hector (Lelord) berpikir, adakah resep kebahagiaan yang bisa dia berikan ke pasien-pasiennya?

Resep Kebahagiaan

Berikut beberapa hal yang menjadi favorit saya dari catatan Hector tentang resep kebahagiaan.

Kesalahan mendasar adalah mengartikan kebahagiaan sebagai hasil

Kebanyakan manusia memiliki target supaya bisa disebut bahagia, misalnya ketika seseorang berkata 'aku akan bahagia jika gajiku sudah 100 juta sebulan'. Namun kenyataannya, ketika kita memperolehnya kita akan terus membandingkan kondisi pekerjaan kita (termasuk harta dan kekuasaan) dengan orang yang gajinya 200 juta, 300 juta, dst. Kalau terus begitu, kapan akhirnya kita bisa disebut bahagia?

Kita harus mengurangi, bahkan berhenti, membandingkan diri sendiri dengan orang lain untuk bisa menjadi bahagia.

Selain sering memandingkan diri sendiri dengan orang lain, kita juga memiliki kecenderungan untuk membandingkan kondisi kita sekarang dengan kondisi kita kemarin atau yang dulu pernah kita alami. Contohnya, jika kita terbiasa terbang dengan pesawat kelas utama, maka kebahagiaan kita akan berkurang jika kita tiba-tiba harus terbang dengan kelas ekonomi.

Gaya hidup sederhana serta tidak lupa bersyukur harusnya tidak terdengar klise lagi untuk kita terapkan, jika kita ingin bahagia.

Cinta dan kemampuan mencintai diri sendiri dan orang lain bisa membuat kita bahagia.

Cobaan apapun akan lebih terasa ringan jika kita melaluinya dengan orang-orang yang kita sayangi, dan juga yang menyayangi kita. Cinta tidak hanya identik dengan rasa selalu ingin bersama, tetapi juga dengan keinginan 'menyelamatkan' orang yang kita cintai dari hal-hal yang berbahaya baginya (termasuk, bahkan seringkali, diri mereka sendiri).

Ketika kita dianugerahi orang yang mencintai kita, kita harus mampu berbagi tidak hanya kesedihan, namun juga kebahagiaan dengan mereka. Dan menurut saya, kita tidak bisa membagi suatu hal (kebahagiaan, cita-cita, harta, harapan, apa pun) jika kita sendiri tidak memilikinya. Cinta yang sebenarnya akan selalu membuat kita berusaha untuk menjadi versi diri kita yang lebih baik dari sebelumnya.

Kebahagiaan seharusnya berawal dari kemampuan mencintai diri sendiri, dan orang lain, dengan apa adanya terlebih dahulu. Sebaliknya, jika seseorang juga mencintai kita apa adanya, orang tersebut tidak akan mau hal-hal buruk terjadi pada kita.

Bahagia adalah melakukan pekerjaan yang kita sukai, dan berguna bagi orang lain.

Penulis yang juga seorang psikiater, rasanya dipengaruhi oleh tokoh psikiater terkemuka Sigmund Freud dan pernyataan terkenalnya, kebahagiaan adalah bekerja. Salah satu hal yang bisa meningkatkan kebahagiaan adalah tahu bahwa pekerjaan yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain. 

Kepuasan dalam bekerja bisa menghasilkan kebahagiaan yang lebih permanen. Kebahagiaan bekerja bisa didapat tidak hanya ketika kita sekedar menerima gaji, namun juga ketika kita tahu bahwa pekerjaan kita bisa menjadi berkah bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi orang lain.

Selain hal-hal diatas banyak lagi catatan Hector yang menarik untuk kita baca, misalnya bagaimana menurutnya negara yang berjalan baik bisa membuat warganya lebih bahagia, cara mengukur kebahagiaan, dan penggolongan kebahagiaan. 

Namun, jangan khawatir kalau novel ini berat untuk dibaca. Sebaliknya, buku yang berkonsep third-person story telling ini amat ringan sampai sampai kita tidak akan menyadari bahwa kita sudah di akhir cerita. Bagi orang yang menyukai happy ending saya amat menyarankan untuk membaca buku ini.

Sampai jumpa lagi di ulasan berikutnya. Semoga kebahagiaan membaca selalu dapat menginspirasi kita semua.

Penilaian untuk Buku : 4/5 bintang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun