Mohon tunggu...
Aris Sang Pencerah
Aris Sang Pencerah Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Alumni Pencerah Nusantara yang mencoba merangkai penggalan-penggalan hikmah

Pencerah Nusantara adalah gerakan sosial berbasis kolaborasi interprofesi untuk meningkatkan layanan kesehatan primer serta menumbuhkan paradigma sehat di masyarakat. Pencerah Nusantara Konawe bertugas di Puskesmas Onembute, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Anggota Tim Pencerah Nusantara Konawe (2016-2017): 1. dr.Cut Nyak Dian 2. Ns. Istiqomah NK 3. Bd. Charity Hartika 4. Aris Sujoko, SKM 5. Bunga Ramadani, S.I.P. Pencerah Nusantara Konawe dapat dihubungi melalui e-mail : pn4konawe@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cahaya Surga di Bumi Tolaki Onembute

2 Juli 2016   23:02 Diperbarui: 2 Juli 2016   23:12 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Mengharu biru hati ini melihat engkau kala itu. Mata berkaca memandang engkau terbaring lemah tak berdaya. Namun dengan tegar engkau masih berjuang menunaikan ibadah Sholat Dhuhur yang engkau jama’ dengan Ashar, yang telah ditakdirkan menjadi sholat terakhir dalam hidupmu. Pemandangan yang sangat mengharukan. Suara mesin detak jantung yang mengiringi suasana itu, seolah turut memicu detak jantung kami yang memandang. Alat medis lengkap menempel di tangan, kaki dan dadamu, ruang ICU itu menjadi saksi akan titik terendah manusia yang berjuang menjalankan ibadah terakhirnya kepada pencipta Nya… “

Perjalanan panjang dakwah ini dimulai tiga puluh empat tahun yang lalu. Tepat di Tahun 1982, seorang da’i mendapatkan tugas pertamanya di wilayah pelosok nusantara Onembute. Membabat alas dan menyebarkan risalah agama adalah tujuannya. Masa mudanya sangat berbeda dengan kaum remaja seusianya pada saat itu. Ia taat beribadah, disamping mempunyai karakter dan akhlaq yang mulia lagi bersahaja.

Dibesarkan dalam suasana pendidikan pesantren yang mengantarkannya menjadi seorang guru agama di kota kelahirannya, Lamongan Jawa Timur. Bahkan di usianya yang sangat muda, menginjak 24 tahun, ia telah ditugaskan untuk menyebarkan risalah Islam di pelosok nusantara Onembute. Menyampaikan kebaikan dan membangun awal nafas Islam di daerah pengabdian.

Onembute adalah sebuah kecamatan di wilayah terpencil di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Mungkin tidak pernah terdengar sebelumnya daerah ini di telinga kita. Memang ini bukan daerah yang penuh dengan fasilitas dan kenyamanan atau kota penuh destinasi wisata. Kondisi geografis yang cukup sulit, dikelilingi oleh perbukitan yang melingkari wilayah ini.

 Suasana pedesaan yang kental akan budayanya, jalan yang berdebu ketika kemarau namun menjadi sangat becek jika musim penghujan. Sebuah kecamatan dengan dua belas desa yang beraneka ragam sukunya.

 Suku Bugis, Tolaki, Jawa Transmigrasi dan Toraja membuat khasanah budaya daerah sangat beragam. Pun kisah seorang da’i yang berjuang puluhan tahun mengabdi kepada Allah SWT dan ummat yang nyaris tidak pernah muncul ke permukaan tak pernah terdengar di telinga kita. Namun apa yang terjadi di daerah ini begitu membuat takjub hati ini. Kedalaman kisah pejuang da’I sejati yang membuka mata hati akan kuasa Illahi. Pengorbanan dan ketulusan dalam mengabdi menyebarkan risalah Islam yang suci.

Beliau adalah Bapak Ahmad Shodiq atau biasa orang kampung memanggilnya Pak Shodiq. Awal kali dakwah beliau adalah bersama mengajak masyarakat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik melalui pendekatan budaya yang mudah diterima. Tentunya sebagai pendatang beliau tahu dan mampu dalam menempatkan diri di masyarakat. 

Pendekatan budaya yang luwes namun tetap sopan dalam menyampaikan dakwah yang lurus adalah kekhasan beliau. Bapak kelahiran 59 tahun yang lalu ini adalah da’i sekaligus guru yang mempunyai pengaruh besar di masyarakat Onembute. Berawal dari diniyyah dan majelis ta’lim, ditemani istri tercinta yang dinikahi setahun sebelum mengabdi, Pak Shodiq mampu mengambil hati masyarakat dan dakwah beliau diterima oleh warga.

Ijin Allah turun melalui pesan dan tauladan Pak Shodiq yang akhirnya menggerakkan hati warga untuk  bersama membangun secara mandiri sekolah dengan mengutamakan pendidikan Islam. Latar belakang sebagai guru semakin mempermudah jalan dakwah beliau dalam tarbiyah. Masyarakat dengan sukarela menyumbangkan bahan bangunan, genteng dan tenaga dalam membangun tempat ibadah dan pendidikan. Pendekatan kultural yang dibangun lebih dari sepuluh tahun telah meyakinkan masyarakat akan pentingnya pendidikan agama.

 Sehingga pada 14 Juli 1994 lahirlah secara resmi Yayasan Mujahidin, yang menjadi cikal bakal pendidikan formal berbasis agama di Kecamatan Onembute. Buah manis dari perjalanan dakwah puluhan tahun telah menghasilkan beberapa sekolah keagamaan yang dinikmati hingga sekarang. Mulai dari tingkat RA, MI, MTS dan MA serta masjid yang di dalamnya terlantun ayat suci tempat anak-anak belajar mengaji bersama sang da’i.

Sebagai seorang Muballigh, ia dikenal memiliki karakter yang khas. Kemampuan komunikasi yang dihiasi oleh sentuhan sastra yang unik, acap kali membuat masyarakat terkesima sebagaimana kemampuan ia membangkitkan semangat yang menggelora untuk kebaikan. Bakat seni dan sastra menjadi anugrah Allah dalam menjalankan tugasnya. Terutama pendekatan ke masyarakat yang berbeda budaya dan kebiasaan , termasuk suku asli Onembute, suku Tolaki. Bakat itu menjadi bagian yang tak pernah lepas dalam dirinya. Berirama dengan semangat yang melekat. Dzikir dan fikir melebur menjadi satu kesatuan yang melahirkan karya sastra. Karya sastra berjudul Bismillah ini adalah salah satunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun