Mohon tunggu...
Pren Lahang
Pren Lahang Mohon Tunggu... Administrasi - P.Lahang

aku adalah aku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Disiplin Gereja dan Penerapannya

20 Mei 2019   16:24 Diperbarui: 2 Juli 2021   00:59 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disiplin Gereja dan Penerapannya (chalcedon.org)

Amsal 11:19

Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi

Siapa mengejar kejahatan, menuju kematian

  1. Pengertian Disiplin

Disiplin dapat diartikan taat kepada tata tertib atau peraturan. Dengan kata lain disiplin merupakan latihan batin atau otak untuk menaati tata tertib. 

Disiplin pada diri sendiri sangat diperlukan untuk membentuk seseorang dalam pertumbuhannya secara emosi, fisik, mental, dan rohani. Kata disiplin dalam bahasa Ibrani berasal dari kata "musar" yang dapat diartikan hukuman, koreksi, disiplin dan pengajaran. 

Sedangkan kata disiplin dalam bahasa Yunani berasal dari kata "paideia" yang berarti latihan, pengajaran dan disiplin. Kata ini menunjuk kepada pengajaran kepada anak-anak seperti dalam Efesus 6:4. Ini juga dapat membawa implikasi kepada hukuman atau disiplin. 

Baca juga : Gereja Jago Lawang, Saksi Sejarah dan Warisan Budaya

Jadi, disiplin gereja dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memanggil atau membawa kembali mereka yang telah berdosa atau jauh dari Allah untuk kembali kepada-Nya dan mentaati Firman-Nya. 

Sedangkan menurut Charles C.Ryrie dalam bukunya Teologi Dasar 2 "Disiplin gereja merupakan suatu bentuk pelayanan yang sesungguhnya yang sama pentingnya dengan pelayanan yang diperlukan dalam satu ibadah".

Ada beberapa tujuan disiplin Gereja, berdasarkan buku Institutio (Yohanes Calvin) yaitu :

  1. Supaya mereka yang menempuh hidup yang memalukan dan keji jangan sampai digolongkan orang Kristen. Sebab hal itu akan menyebabkan kehinaan terhadap nama Allah, seakan-akan gereja-Nya yang Kudus (Efesus 5:25) menjadi sarang orang yang jahat dan bejat. ( Menjaga Kekudusan Gereja )

  2. Supaya orang-orang yang baik tidak dirusak karena terus-menerus bergaul dengan orang-orang yang jahat, sebagaimana biasanya terjadi. Sebab kita mempunyai kecenderungan untuk tersesat, sehingga oleh contoh-contoh yang jelek dengan mudah saja dibuat menyimpang dari jalan hidup yang lurus. ( Menjaga Kemurnian Jemaat )

  3. Supaya mereka sendiri, karena malu, mulai menyesali kejahatan mereka. Bagi mereka pun gunanya bila kejahatan mereka mendapat hukuman supaya mereka terbangun oleh rasa pedihnya lecutan-lecutan. Kalau dibiarkan saja, mereka akan nekat. (Ada Pertobatan pribadi )

Disiplin Gereja jangan dijadikan alat atau standar untuk mengukur anggota yang bersalah. Yang perlu diperhatikan oleh gereja dalam hal mendisiplinkan jemaat adalah bagaimana cara anggota jemaat yang berbuat dosa itu dibimbing/konseling supaya ia mau mengakui dosanya dan bertobat kepada Tuhan. 

Baca juga : Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus

Prinsip penerapan disiplin gereja adalah berdasarkan kasih. Gereja tidak boleh membenci orang yang berdosa atau menganggapnya sebagai musuh (Gal 6:13). Ch Abineno dalam bukunya mengatakan: 

Disiplin Gereja akan menuntun kepada pengakuan dosa dan pertobatan sepenuhnya sehingga orang yang telah melakukan pelanggaran tersebut kembali kepada jalan yang benar yaitu hidup didalam Kristus. 

Disiplin Gereja yang juga disebut pengucilan merupakan sebuah hukuman yang dilakukan dengan lemah lembut dan kasih serta dalam pelaksanaannya berbeda dengan hukuman yang dilakuakan dalam masyarakat umum (hukum negara).

  1. Fungsi Disiplin di dalam Gereja

  • Disiplin gereja berfungsi untuk mengendalikan serta menjinakkan orang yang dalam keadaan marah maupun yang melanggar ajaran Kristus (Galatia 6:2).

  • Disiplin gereja juga berfungsi supaya kejahatan tidak berkembang didalam menaati aturan yang telah ditetapkan (wahyu 2:4 & I Yoh 4:20)

  • Disiplin gereja sangat diperlukan sebab gereja adalah gereja orang berdosa yang walaupun sudah dibenarkan tetapi masih perlu diingatkan atau ditegur oleh Tuhan agar hidupnya berapadanan dengan Injil karena gereja tanpa aturan akan mengalami kekacauan. (Kel. 20:3-5)

Karena Gereja adalah merupakan tubuh Kristus, jadi dapat dikatakan gereja adalah kaum pilihan - hasil tebusan Allah. Gereja adalah bangsa yang kudus dan imamat yang rajani. 

Gereja adalah garam dan terang dunia yang menjadi saksi Kristus di tengah orang berdosa. Gereja bertugas untuk membangun Jemaat (orang-orang yang percaya kepada Allah - berdedikasi), mengasuh mereka supaya mereka menjadi serupa dengan citra Kristus. 

Oleh sebab itu perlakuan terhadap orang yang sedang dalam pengucilan tetap diperlakukan seperti perlakuan terhadap jemaat biasa dan suatu keharusan untuk lebih intensive dalam melakukan konseling terhadap mereka. Orang yang dalam kondisi di disiplinkan/pengucilan tidak boleh diabaikan.

Baca juga : Gereja adalah Gereja

  1. Penerapan Disiplin Gereja

Dalam sejarah penerapan disiplin gereja, ada catatan kelam dalam penerapanya orang yang dituduh berdosa bias di kucilkan bertahun -- tahun bahkan seumur hidup sampai ada praktek surat pengampunan dosa yang dikeluarkan oleh gereja. 

Peraturan atau Hukum gereja merupakan segala peraturan dan penetapan yang digunakan oleh gereja untuk menata atau mengatur hidup dan pelayanannya. 

Jadi peraturan gereja itu adalah cara, hukum, ketentuan, tata tertib, kebiasaan, dalam persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju terangnya jalan Allah (Ekklesia) yang telah disepakati dan terikat dalam gereja. 

Tanpa peraturan-peraturan yang baik, gereja bukan saja memberikan kesempatan untuk timbulnya salah paham dan kekacauan. Tetapi peraturan gereja harus berdasarkan ketaatan dan kasih, atau sikap lemah lembut bukan kekerasan, kebebasan dan bukan paksaan.

Adapun tujuan dari penerapan disiplin dalam gereja untuk memampukan gereja dalam melayani sesuai dengan hekakat dirinya dan dengan demikian gereja menjadi gereja yang nyata. 

Penataan diri yang sesuai dengan hakikat diri menjadikan proses pembangunan jemaat dapat berjalan dengan baik tentunya harus sesuai dengan Alkitab. Dengan adanya disiplin gereja jangan sampai menjadi batu sandungan bagi pembangunan jemaat.

  1. Kesimpulan 

Penerapan Disiplin dalam gereja sangatlah penting bagi kelangsungan hidup gereja, tanpa adanya penerapan disiplin dalam gereja serta menerapkan peraturan -- peraturan yang telah disepakati maka gereja tidak akan bisa menjalankan hidup gereja itu sendiri. Sebuah disiplin dan peraturan hidup gereja pada dasarnya bertujuan untuk mengikat hubungan jemaat dengan gereja agar tidak terjadi kekacauan, dan ketidak teraturan dalam gereja

Tidaklah mudah bagi seorang pemimpin Gereja menerapkan disiplin dalam gereja yang dia pimpin, pasti banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menerapkan disiplin tersebut. 

Ketika diperhadapkan kepada jemaat yang melakukan dosa atau pelanggaran "tidak kelihatan," mungkin bisa menghindar atau melupakannya seakan -- akan tidak ada pelanggaran dan seorang pemimpin dapat menyelesaikan pelanggaran itu dengan cara berbicara secara pribadi atau empat mata dengan si pelanggar (konseling) untuk meminta dia bertobat dan tidak mengulangi kesalahan nya lagi. 

Tetapi ketika ada jemaat yang melakukan pelanggaran " kelihatan" seperti percurian atau korupsi, perzinahan, pertikaian, penipuan, maka kita akan terasa berat, di sisi lain, ada desakan untuk menindak dan mendisiplikan orang yang melanggar, tetapi hal ini menjadi masalah tersendiri bagi seorang pemimpin gereja jika yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh besar di dalam gereja.

Bagaimana sikap kita sebagai seorang pemimpin ketika diperhadapkan dengan dilema seperti ini?

Seharusnya sebagai seorang pemimpin kita sudah diberikan mandat oleh Kristus untuk melaksanakan disiplin gereja dengan baik. Dengan tujuan hukuman harus dilihat sebagai alat untuk memulihkan hubungan mereka dengan Allah. Seorang pemimpin gereja juga harus memiliki hati yang berbelas kasihan jadi dalam menerapkan disiplin ini harus berdasarkan kasih. 

Dan seorang pemimpin dalam gereja harus menjadi contoh dalam menerapkan disiplin harus juga menjadi contoh dalam tingkah laku dan perkataan untuk semua anggota jemaatnya. Itulah sebabnya seorang pemimpin wajib melakukan "disiplin pribadi".

Yaitu dengan belajar mengendalikan diri dan hidup terus mau dibentuk oleh Kristus menyerupai karakter-Nya seperti yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada Timotius yaitu: "awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau" (1Tim. 4:16).

  1. Daftar Pustaka

Calvin, Yohanes Instituo, Jakarta: BPK-GM, 2008

Ryrie, Charles C. Theologi Dasar 2, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1997

J.L. Ch. Abineno, Teologi Penggembalaan, (Jakarta-BPK-GM, 1967)

J.L. Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, (Jakarta: BPK-GM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun