Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jalan Spiritual

1 September 2021   03:40 Diperbarui: 1 September 2021   03:43 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pada suatu titik dalam perjalananmu
di Pulau Dewata Bali
Kau 'kan tiba pada persimpangan jalan
Ada 2 jalan di depan kita
Yang harus kita pilih, yang harus kita tempuh
Karena hidup adalah perjalanan
Semua harus berjalan
Tak bisa tinggal diam
Niscaya 'kan digulung waktu yang berjalan

Ada dua jalan yang menghampar di depanmu.
Jalan Keduniaan dan Jalan Spiritual.
Jalan Keduniaan gemerlap dan penuh hura-hura.
Dunia gemerlap yang begitu menyenangkan
Harta, Tahta dan Wanita.
Membuatmu ketagihan dan kecanduan
Melampiaskan nafsu syahwat, hasrat berkuasa dan bergelimang harta benda.
Seakan berada di Surga Dunia.
Sayangnya itu adalah jalan buntu
Yang tak ada ujungnya.
Penjara dunia dalam kehidupan yang fana

Jalan Spiritual adalah jalan sunyi
Bagaikan berjalan dalan kesendirian
Di pantai yang sepi
Saat matahari terbenam
Pemandangannya begitu memukau
Melihat sang matahari tergelincir ke dasar lautan
Meninggalkan kemilau warna yang indah
Akhirnya langit menjadi gelap
Muncul bintang-bintang berpendar di tengah kegelapan malam.
Bulan Purnama yang terang benderang menerangi pekatnya malam.

Suasana tenang dan tentram
Berdiri sendiri di pantai melongok ke langit
Suara debur ombak yang tak berkesudahan dan angin malam yang segar menerpa
Seakan kau menyatu dengan alam semesta
Bulan purnama menyinari hati nuranimu
Taburan bintang ada di pelupuk matamu.

Terus melangkahkan kaki
Melanjutkan perjalanan hidup
Hingga akhir waktu
Ketika kaki tak sanggup lagi melangkah
Ketika nafas menjadi tersengal-senfal
Saatnya kau berbaring menatap langit yang maha luas.
Ikhlas pasrah legowo
Penuh rasa syukur atas perjalanan panjang yang telah kau tempuh
Rasa letih yang mendera dan goresan luka yang timbul dalam perjuangan hidup menjadi sirna
Beban hidup berlalu menjadi masa lalu
Segala kekhawatiran dan kegalauan tak lagi ada.
Yang tinggal hanya Damai dalam keabadian.
Pencarian panjang itu selesai sudah.

*Pandji Kiansantang, 1 September 2021 @ Ubud, Bali


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun