Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Jadinya Tanpa Istri?

28 September 2020   06:06 Diperbarui: 28 September 2020   06:35 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa jadinya tanpa istri?  Seorang suami mungkin pemimpin rumah tangga... tapi jika tidak ada rakyatnya, buat apa ada pemimpin? Buat apa ada nahkoda bahtera rumah tangga tanpa awak kapalnya?

 Jika suami adalah pilot pesawat, maka istri adalah co-pilot. Jika suami adalah pembalap reli, sang istri adalah navigatornya... mengingatkan agar arah rumah tangga tetap "on the track"... 

Cuma "Ibu rumah tangga"... profesi yang sering diremehkan orang dan justru bikin minder banyak istri. Padahal itu adalah pekerjaan 24 jam yang mahaberat : mengasuh anak, memasak, membereskan rumah, melayani suami... memastikan segala hal di rumah sudah siap untuk aktivitas suami dan anak-anak... membuat yang di kantor dapat tenang bekerja karena rumah diurus dan dijaga dengan baik... 

Dengan segala ego dan ambisi suami, istri adalah suara hati nurani... yang mengingatkan, meluruskan agar tetap berpegang pada kebaikan dan kebenaran.... 

Mahluk lembut penyayang... yang melahirkan dan membesarkan anak tanpa pamrih.... Mengingatkan kita bahwa masih ada Kebaikan yang tersisa di dunia yang kejam ini... Cahaya Surga di dunia yang kelam...

Mereka bagaikan air yang menyejukkan... peredam emosi dan frustasi pria dalam menghadapi tantangan dunia... tempat berbagi duka, pelipur lara dan pembangkit semangat...

Istri adalah benteng perkawinan. Batas kesabarannyalah yang biasanya menentukan nasib suatu perkawinan... 

Tanpa istri, tidak ada support moril bagi suami. Wanita fisiknya lebih lemah dari pria, tapi daya tahannya lebih kuat... lebih kuat menderita sakit, seperti ketika melahirkan,  dan lebih tegar dalam kesulitan (dengan 2 media katarsisnya : menangis dan curhat). Ini yang menyebabkan mereka rata-rata berusia lebih panjang...

 Di masa normal, kaum pria perkasa dan berjaya. Di masa krisis yang penuh tantangan seperti sekarang ini, wanita yang lebih tanggap dan banyak akal. Dalam situasi sulit ini, suami akan menemukan jalan buntu tanpa feedback istrinya...

Di balik seorang suami yang sukses, biasanya ada istri yang berkorban... berkorban perasaan, mengorbankan ego dan cita-citanya, berkorban untuk keluarga... 

Di balik tangisan seorang istri, selalu ada doa dan harapan yang terbaik bagi suaminya dan anak-anaknya... bagai cahaya dalam kegelapan... yang menyisakan harapan untuk hari esok yang lebih baik.... 

Terimakasih istriku... Kau sungguh anugerah terindah dari Tuhan yang dikaruniakan untukku... Tanpamu apa jadinya aku... 

Pandji Kiansantang, dengan penuh rasa syukur pada HUT istriku ke-50, Amalia pada 27 September 2020/dokpri
Pandji Kiansantang, dengan penuh rasa syukur pada HUT istriku ke-50, Amalia pada 27 September 2020/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun